Berdaya Bersama Astra Mengelola Sampah Rumah Tangga



Persoalan sampah memang memusingkan, terlebih bila tidak ada yang peduli cara pengelolaannya. Apalagi warga kota yang tidak mempunyai lahan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA). Tidak ada cara lain, sampah pun dibiarkan berserakan di jalanan karena tidak ada yang mengangkutnya. 

Tidak hanya itu, sampah juga dibuang ke selokan sehingga saat terjadi hujan rawan banjir karena parit-parit tersumbat tumpukan sampah. Ketika cuaca panas, sampah-sampah ini menimbulkan bau menyengat yang menggangu penciuman. Pemandangan seperti ini sering kita jumpai di kota akibat tata kelola sampah yang tidak tepat.

Sampah benar-benar meresahkan warga, tidak ada yang menginginkannya. Namun upaya untuk pengurangan sampah tidak ada. Jadinya sampah - sampah pun kian menumpuk yang memusingkan kepala.

Bersyukur Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards dari PT Astra Indonesia menyalurkan dana CSR- nya melalui apresiasi Astra untuk generasi muda. Melalui program ini, Astra mendorong para anak muda yang terlibat dalam SATU Indonesia Awards untuk berkolaborasi dengan program unggulan Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA). Harapannya ialah bisa memberikan dampak positif yang lebih besar dan kontribusi yang berkelanjutan pada usaha-usaha pembangunan di daerahnya.

Bagai gayung bersambut, Abdul Halim warga Dusun Lhok Baroh Desa Glee Putoh, Kabupaten Bireuen Aceh ini, merasa tata kelola sampah di kotanya harus dibenahi. Sebab persoalan sampah di Kota Bireuen sudah menepakki jalan buntu. Penolakan lahan sebagai TPA oleh warga sekitar membuat sampah-sampah tersebut tidak terurus dan mencemari lingkungan.

Akhirnya Abdul Halim mencoba ikut program yang dicetuskan Astra tersebut. Awalnya pertama kali ia ikut mendaftar di tahun 2019, tapi tidak lulus dikarenakan belum banyak persiapan dan strategi perencanaan yang matang tentang pengelolaan sampah ini. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Ia pun mencoba mendaftar lagi di tahun 2021. Dan Alhamdulillah, ia dan timnya terpilih sebagai penerima Satu Indonesia Awards di bidang lingkungan.

Pengelolaan Sampah Berbasis Desa

Berawal dari pengalaman Abdul Halim yang pernah mendatangi kota Surabaya dan melihat langsung tata pengelolaan sampah di Ciliwung dan Citarum, maka ia pun tergerak untuk mengelola sampah berbasis desa. Keterlibatan masyarakat dan perangkat desa harus ada untuk bersama-sama mengatasi permasalahan ini.

Awalnya ia ingin menerapkan pengelolaan sampah di desanya sendiri, yaitu Desa Glee Putoh, Kabupaten Bireuen Aceh, hanya saja di daerah tempat tinggalnya itu masih tersedia banyak lahan kosong yang digunakan warga untuk membuang sampah rumah tangga.

"Persoalan sampah di sini belum terlalu urgent seperti di Kota Bireuen, sebab di kampung saya masih banyak lahan kosong, jadi warga pun bisa mengatasi sampahnya sendiri. Berbeda dengan Kota Bireuen yang sampahnya tidak tahu dibuang ke mana lagi, akhirnya dibuanglah di selokan dan ditinggalkan di jalanan." Ungkap Abdul Halim saat diwawancarai via Zoom Meeting, tanggal 8 September 2023.

Kemudian Abdul Halim pun membuat pilot projects nya di Desa Blang Asan, Kecamatan Peusangan, Bireuen Aceh. Alasannya karena keterlibatan perangkat desa untuk mau mengelola sampah bersama. Warga pun juga ikut mendukung program ini, walaupun hanya setengahnya yang menyetujui, dari 110 kepala keluarga (KK) di Desa Blang Asam, 60 KK ikut terlibat dalam kegiatan pengelolaan sampah.

"Bagi saya suatu hal luar biasa, meskipun setengahnya tidak mau ikut terlibat tapi perangkat desanya sangat mendukung untuk menjalankan program ini." Ujar Abdul Halim.

Berdirinya Bank Sampah Pertama di Kota Bireuen

Pada tahun 2021 tepatnya pada tanggal 18 Desember tercetuslah Bank Sampah pertama di Kota Bireuen yang berada di Desa Blang Asan. Cikal bakal terbentuknya bank sampah ini tidak lain bermula dari projects Abdul Halim sebelumnya tentang pengelolaan sampah mandiri bersama warga yang ada di sini.

Konsep Pengelolaan Sampah Terintegrasi (PST) yang diluncurkan oleh Bupati Bireuen, berhasil diimplementasikan di Desa Blang Asan. Warga di desa ini diedukasi tentang pemilihan sampah sebelum dibuang dan diangkut menggunakan becak sampah ke TPA. 

Sampah plastik yang bisa didaur ulang seperti botol plastik di antar ke Bank Sampah untuk dikumpulkan, lalu ditimbang dan diganti dalam bentuk uang. Setelah tabungannya cukup, warga pun bisa menarik tabungan tersebut dan dipergunakan untuk kebutuhan lainnya.

Cara seperti ini rupanya sangat efektif untuk mengurangi sampah rumah tangga. Hal ini terbukti dari lingkungan sekitar desa Blang Asan lebih bersih dan tidak ada lagi sampah yang bertaburan di jalanan dan selokan. Warga semula tidak terlibat dalam pengelolaan sampah kini mau ikut dan menjadi bagian dalam nasabah bank Sampah.

Abdul Halim berharap ini menjadi langkah awal untuk memberdayakan masyarakat melalui pengelolaan sampah rumah tangga secara mendiri. Sehingga desa-desa lainnya yang ada di di kota Bireuen pun bisa ikut menjalankan program seperti ini dan masalah sampah bisa teratasi dengan baik.

6 Influencer yang Bikin Kamu Peduli Lingkungan

Kepedulian itu muncul ketika informasi tentang suatu hal itu tersampaikan ke kita. Kenapa banyak orang yang tidak peduli tentang isu lingkungan, tapi gosip artis atau trend fashion jadi hal yang menarik untuk diperbincangkan? Hal itu dikarenakan sumber informasi yang diterimanya lebih banyak tentang gosip atau trend fashion terebut, makanya secara tidak sadar mereka yang menerima informasi tersebut terbawa arus mengikuti apa yang dilihat dan didengarnya.

Lantas, bagaimana kita bisa menumbuhkan kesadaran untuk peduli akan lingkungan? Nah, kamu bisa mengikuti 6 Influencer yang sering membuat konten tentang lingkungan dan hidup di lingkungan yang sehat dan bersih.

Ini versi aku, mungkin kamu punya Influencer yang menurutmu bagus, juga bisa diinformasikan di kolom komentar supaya kita lebih banyak tahu lagi Influencer yang membahas isu lingkungan.


1. Kampung Halaman Official

Aku mulai mengikutinya semenjak bulan April lalu. Menurutku ini konten yang bagus untuk diikuti karena menyuguhkan suasana kehidupan perkampungan yang asri dan alami.

Pemerennya bukan anak muda, tapi sosok orang tua yang disebut Akung dan Uti. Dua sosok ini berhasil membuat kita rindu akan susana kampung dan orang tua. Mereka membuat konten tentang masakan kampung yang bahan-bahannya diambil dari kebun di sekitar rumah.

Cara memasaknya juga unik dan masih menggunakan peralatan tradisional, tidak ada peralatan canggih yang bisa membahayakan lingkungan. Namun, hasil dari masakan yang disuguhkan sangat menggoda selera. Influencer asal Yogyakarta ini berhasil menarik banyak followers karena menyadarkan kita bahwa untuk bahagia itu tidak perlu mewah, cukup hidup sederhana, bersahabat dengan alam tanpa harus merusak lingkungan.


2. Emarsela

Aku juga suka mengikuti akun Instagram ibu muda ini karena kegiatan berkebunnya di lahan sempit, tepatnya di samping rumah. Bagaimana tidak terkagum-kagum lahan yang tidak seberapa itu bisa ditanami berbagai macam sayuran dan buah. Jadi, kalau dia mau memasak tinggal ambil di kebun samping rumah deh.

Ia juga sering membagikan tips cara berkebun dan mengelola sampah organik rumah tangga yang dijadikan kompos untuk tanamannya sendiri. Dari akun inilah aku tertarik mencoba berkebun di lahan sempit rumahku. Awalnya aku pesimis karena teras dan belakang rumah semua ditutupi dengan semen, tapi ketika melihat video-video dari Bunda Emarsela yang membuat pot dan polibag untuk tanam-tanamannya akhirnya tarraaaa.

Meskipun tidak secantik dan sebanyak kebunnya Bunda Emarsela, paling tidak aku sudah mencobanya dan Alhamdulillah sudah sempat panen sayur beberapa kali. Rumahku pun juga tidak terlihat gersang lagi karena ada tanaman yang mempersejuknya.


3. Eco Blogger Squad

Aku termasuk bagian dari Eco Blogger Squad. Sejak tahun 2020, kami para blogger dari berbagai daerah bergabung dalam komunitas ini. Tugas kami ialah menulis tentang isu lingkungan yang terjadi di sekitar kami.

Tentunya kami tidak sembarangan menulis karena sebelumnya kami diberikan informasi dari ahlinya yang paham tentang lingkungan. Setelah itu, kami menulisnya di blog masing-masing dan membagikannya melalui media massa, baik Instagram maupun Twitter.
Hasil tulisan yang kami rangkum dan ilmu yang kami dapat, kami share melalui Instagram yang kemudian dikolaborasikan dengan Instagram Eco Blogger Squad. Jadi, kebanyakan postingan di akun ini adalah hasil kolaborasi dari para blogger. Di antara para blogger ini juga ada yang konsisten membahas isu lingkungan, jadi kamu bisa melihat-lihat akun mereka yang tentunya bisa menambah teman-teman yang peduli akan lingkungan.


4. Bumijo | Less Waste Lifestyle 


Buat kamu yang kebingungan cara mengolah sampah rumah tangga, wajib banget ngikutin akun ini. Sebab di sini banyak trik dan cara yang tepat pengolahan sampah yang dibagikan melalui konten video. Yang awalnya kita kira sampah tersebut tidak bisa dingapa-ngapain lagi, bisa diolah dan dibuat sesuatu yang lebih berharga.

Selain itu, Mijo admin akun ini juga sering mengampanyekan untuk membawa totebag atau tumbler sendiri saat berpergian. Ini untuk meminimalisir penggunaan kertas kresek dan penggunaan botol plastik. Coba deh lihat postingannya sangat mempengaruhi kita untuk melakukan hal baik agar lingkungan terjaga.


5. Bule Sampah

Eits, jangan kira ini konten 'sampah' berkonotasi negatif ya. Pemilik akun ini ialah bule asal Jerman yang hobinya jalan-jalan. Dia sering membagikan konten video yang memperlihatkan tumpukan sampah di berbagai daerah. Namun, ia lebih sering memperlihatkan sampah yang ada di Indonesia. Mungkin karena dia tinggal di Indonesia kali ya?

Kadang ada juga konten yang membandingkan pengelolaan sampah yang ada di Indonesia dengan di Jerman. Memang jauh banget perbedaannya, tapi ia bukan bermaksud menjelek-jelekkan Indonesia. Namun, ia ingin membangun kesadaran warga Indonesia agar lebih peduli untuk menjaga lingkungan sekitarnya.

Di bio bule ini tertulis, "Buat Indonesia Bersih Kembali" mulia bangetkan hatinya. Masak sih bule aja pengen Indonesia bersih, kita yang lahir, besar, dan bertumbuh di tanah air sendiri tidak mau melakukan hal yang sama? Bagi kamu yang penasaran bagaimana cara bule sampah mengampanyekan isu lingkungan, langsung aja lihat konten instagramnya.


6. Team Up for Imapcat


Nah, ini akun kolaborasi juga sama seperti akun Eco Blogger Squad. Namun, bedanya siapapun bisa berkolaborasi dengan akun ini bila isunya terkait lingkungan. Sesuai dengan tulisan di bionya "Siapapun bisa menyelamatkan bumi dengan caramu sendiri" jadi kamu bisa juga membuat konten tentang lingkungan dan mengajak teman-temanmu untuk melakukan juga.

Memang dampaknya gak seberapa sih, tapi bila dilakukan bersama dan pesan baik ini terus disebarluaskan jadi banyak yang tahu dan ikut melakukannya. Daripada terus ngikutin isu artis atau fashion, mending deh kamu fokus pada isu lingkungan yang bisa menyelamatkan kita semua dari kerusakan lingkungan.

Nah, itulah beberapa Influencer yang bisa kamu ikuti untuk menambah pengetahuan tentang menjaga lingkungan. Sebenarnya ini adalah tantanganku untuk menyelesaikan challenge TEAM UP FOR IMAPCAT agar mendapatkan satu pohon yang akan ditanam atas namaku sendiri.

Jadi, aku memilih tantangan untuk mengikuti Influencer lingkungan dan kemudian aku tuliskan di blog untuk di share lagi ke teman-temanku. Aku yakin, kontenku yang receh ini bisa bermanfaat untuk kamu yang mungkin sudah tergerak hatinya untuk hidup ramah lingkungan, tapi belum tahu cara melakukannya.

Sebab, menurut hasil survei indikator Politik Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah, 82% anak muda Indonesia khawatir tentang kerusakan lingkungan. Jadi, apa yang bisa kita lakukan?

Caranya ya dengan mengangkat isu lingkungan melalui konten di media sosial. Supaya makin banyak yang sadar bahwa kita harus peduli pada lingkungan.


Bagaimana Indonesia Maju Kalau Karhutla Terus Melaju

Petugas Pemadam Kebakaran hormat kepada bendera merah putih 
sebelum memadamkan api. Sumber Foto Antaranews.com 

Sudah 78 tahun Indonesia merdeka, tapi rasa-rasanya hutannya semakin berkurang. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), tak henti-hentinya terjadi bahkan setiap tahun sudah menjadi lingkaran setan. Ada kemungkinan unsur kesengajaan dengan alasan ingin membuka lahan untuk perindustrian. Kebanyakan sasarannya ialah lahan gambut yang kemudian dibakar, dikeringkan dengan maksud alih fungsi lahan.

Hanya saja cara pemanfaatan seperti ini berisiko terjadinya Karhutla. Akibat dari kebakaran itu, bisa melepaskan emisi karbon ke udara yang meningkatkan pemanasan global, kemarau kering dan panjang sehingga membuat cuaca tidak menentu. Kamu bisa rasakan dampaknya sekarang betapa amburadulnya cuaca yang kian tidak menentu. Hari-hari semakin panas saja ibarat tinggal di gurun sahara. Sungguh berbanding terbalik dengan keadaan Indonesia yang dulunya subur dipenuhi hutan raya, kini di kemerdekaannya yang ke-78 dipenuhi Karhutla. Bagaimana bisa maju kalau keadaan lingkungan kita tidak baik-baik saja?

Peran Penting Lahan Gambut

Mungkin belum banyak yang tahu betapa besar pengaruh lahan gambut untuk menyokong kehidupan kita, sehingga ketika adanya kebakaran lahan gambut dianggap persoalan biasa. Padahal, bila kamu mengetahui betapa pentingnya lahan gambut ini, kamu jadi orang yang terdepan mencegah terjadinya kebakaran lahan gambut. Berikut saya paparkan alasannya berdasarkan penjelasan Kak Ola Abas saat online #ecobloggersquad, pada 11 Agustus 2023.

1. Bisa mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau

Daya serapnya yang tinggi membuat gambut berfungsi sebagai tendon air. Ia bisa menampung air sebesar 450-850% dari bobot keringnya. Selain itu, gambut yang terdekomposisi juga mampu menahan air 2-6 kali lipat berat keringnya. Nah, sekarang kenapa dampak bencana banjir dan kemarau begitu terasa karena banyak lahan gambut yang hilang akibat dibakar dan dikeringkan.

2. Menunjang perekonomian masyarakat lokal

Berbagai tanaman dan hewan yang habitatnya di lahan gambut, seperti beraneka jenis pohon sebagai tempat bersarang lebah yang menghasilkan madu dapat menjadi sumber pangan dan pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut.

3. Habitat untuk perlindungan keanekaragaman hayati

Berbagai macam flora dan fauna dapat tumbuh dan tinggal di lahan gambut. Beberapa jenis flora sangat berguna bagi masyarakat sehingga perlu dibudidayakan. Sementara itu, fauna yang tinggal di lahan gambut berperan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup ekosistem gambut lainnya.

4. Lahan gambut menjaga perubahan iklim

Gambut menyimpan cadangan karbon yang besar dan dua kali lebih banyak dari hutan yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu, dikeringkan, atau mengalami alih fungsi, simpanan karbon di dalam gambut terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca. Bayangkan kalau dalam setahun berkali-kali terjadi kebakaran lahan gambut, betapa banyak gas karbon yang dilepaskan ke udara. Wajarlah hari-hari yang kita lalui saat ini penuh dengan kepanasan berasa bumi tak layak lagi hunyi.
Lahan gambut di Indonesia 

Bagaimana Lahan Gambut Terbakar?

Ketika lahan gambut kering, api kecil atau bahkan puting rokok bisa memicu kebakaran. Api bisa menyebar hingga lapisan gambut di kedalaman 4 meter. Walaupun di permukaan sudah padam, bukan berarti api di lapisan dalam juga padam. Api bertahan sampai berbulan-bulan bahkan menjalar ke tempat lain.
Perlu diketahui bahwa bila satu hektar lahan gambut dikeringkan di wilayah tropis, akan mengeluarkan rata-rata 55 metrik ton CO2 setiap tahun, setara dengan membakar lebih dari 6.000 galon bensin. Coba bayangkan bagaimana dampak buruknya terhadap lingkungan bila hal ini terus- menerus terjadi?

Peristiwa Karhutla Besar di Indonesia

1. Kebakaran hutan dan lahan Juli 1997 – Februari 1998 di 24 Provinsi di Indonesia

a. Luas hutan terbakar 11,7 juta hektar, kerugian akibat kebakaran tersebut mencapai USD 1.62-2.7 M.

b. Kerugian akibat kabut asap: USD 674-799 juta, kerugian terkait emisi karbon: USD 1.8 M.

c. Pesawat Garuda GA 152 jatuh di Sibolangit karena kabut asap dan sebanyak 234 penumpang menjadi korban jiwa.

d. Sebanyak 20 juta orang terkena polusi udara dan pencemaran air, secara langsung dan tidak langsung.

e. Di Papua, ratusan warga meninggal karena transportasi untuk mengantarkan makanan dan keperluan suplai lainnya di pedalaman terhenti akibat asap.

f. Jumlah emisi 0.81 – 2.7 gigaton setara CO2.

g. Asap sampai ke negara-negara sebelah, seperti Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, Thailand, Filipina, dan Australia.

2. Kebakaran Hutan dan Lahan 2015 di 32 Propinsi di Indonesia

a. Kebakaran hutan dan lahan gambut seluas lebih dari 2,6 juta ha (33% di lahan gambut) yang terbesar di Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Papua.

b. Hilangnya kayu atau produk non-kayu, serta habitat satwa.

c. Kerugian lingkungan terkait keanekaragaman hayati diperkirakan sekitar $295 juta.

d. Ribuan hektar habitat orangutan dan hewan yang hampir punah lainnya pun ikut hancur.

e. Kabut asap terjadi terjadi di hampir 80% wilayah Indonesia. Asap yang dihasilkan dari Karhutla turut dirasakan hingga Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam .

f. Sebanyak 120 ribu titik api dipadamkan lewat waterbombing, hujan buatan, dan pemadaman darat. Untungnya ada hujan besar di Oktober 2015 yang berhasil menurunkan jumlah titik api secara drastis.

g. Sejumlah 28 juta jiwa terdampak, 19 orang meninggal, dan hampir 500 ribu orang mengalami gangguan pernapasan atau ISPA. Racun yang dibawa oleh asap menyebabkan gangguan pernapasan, mata dan kulit, dan berbahaya bagi balita dan kaum lanjut usia. Udara yang beracun tersebut mengandung karbondioksida, sianida dan ammonium.

h. Sekitar 5 juta siswa kehilangan waktu belajar akibat penutupan sekolah pada tahun 2015.

i. Jumlah emisi 1.1 gogaton setara CO2.

Begitulah sekilas gambaran keadaan Indonesia di ulang tahun yang ke-78. Di sini hanya dijelaskan dua Karhutla terbesar, tapi sebenarnya setiap tahun selalu terjadi Karhutla. Walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi tetap menjadi risiko bagi kehidupan kita. Semoga ke depan tidak ada lagi Karhutla di Indonesia, sehingga kita fokus untuk melakukan hal-hal positif yang membuat Indonesia bisa lebih maju dan berjaya. Merdeka!


Pohon Umur Cahya Aksi Kecil untuk Semesta



Dulu di tahun 2017, saat aku mengikuti pelatihan Perempuan Peduli Leuser (PPL), kami yang terdiri atas para perempuan membuat sebuah pertunjukkan drama yang berjudul “Pohon Umur untuk hadiah Ulang Tahun.”

Pertunjukan itu kurang lebih seperti bermain peran yang menceritakan kehidupan masyarakat di sekitar hutan Leuser, Aceh. Dalam drama tersebut menceritakan ada salah seorang pejabat negara mengadakan perayaan ulang tahun dengan mengundang para rekanannya. Semua berlomba-lomba membawakan barang-barang mewah dan branded.

Namun, ada salah satu tamu undangan dari komunitas pencinta lingkungan membawa sebatang pohon yang disebutnya Pohon Umur. Semua mata para undangan tertuju pada si pembawa pohon karena di antara tumpukan hadiah, pohon itulah yang mencuri banyak perhatian. Ada yang kagum, tapi banyak juga yang meremehkan sambil jadi bahan guyonan.

Kemudian si pembawa pohon mengatakan “Selamat ulang tahun, Ini pohon umur untukmu Bu pejabat, meskipun umurmu terus berkurang hingga sampai batas waktunya, pohon ini terus tumbuh dan berkembang membawa manfaat bagi banyak orang. Selama pohon ini terus mengeluarkan oksigennya, maka pahalanya terus mengalir untukmu walaupun dirimu tidak ada lagi di dunia ini.”

Ide Pohon Umur Cahya

Tiga tahun sudah drama itu berlalu, tapi ingatan itu terus terngiang. Hingga akhirnya pada bulan Februari 2020, aku melahirkan putri pertamaku yang kuberi nama Cahya Putroe Semesta. Dengan nama itu, aku berharap sosok kecil ini nantinya akan menjadi perempuan yang mendatangkan banyak manfaat dan penerang bagi semesta.

Jadi, terpikirkan olehku untuk membuat Pohon Umur Cahya. Satu bulan setelah kelahirannya, aku menanam satu pohon inai/pacar kuku (Lawsonia Inermis) untuknya di dalam sebuah pot. Alasanku memilih pohon ini karena mudah hidupnya dan banyak manfaatnya, terutama bisa digunakan untuk obat-obatan.



Dan bila pohon ini bisa bertahan sampai Cahya dewasa, bisa digunakan untuk inai kukunya saat ia menikah nanti sebagaimana prosesi adat pernikahan di Aceh.

Aku bertekad, setiap ulang tahun Cahya akan ada satu pohon yang ditanam untuknya. Di ulang tahunnya yang kedua, dia yang menanam sendiri pohon alpukat. Dan di ulang tahunnya yang ketiga, temanku memberinya satu pohon murbei untuk ditanam.



Aksi Kecil untuk Semesta

Kita semua mengetahuinya dan ikut merasakan bahwa panas bumi terus meningkat, terlebih cuaca panas ekstrim yang kian hari semakin menggila. Rasa-rasanya bumi tak layak lagi hunyi. Bila keadaan ini terus terjadi tanpa ada orang-orang yang mau memperbaiki, jangan heran 100 tahun silam, bumi menjadi tempat tinggal yang menyeramkan.

Oleh karena itu, kita perlu bahu membahu melakukan aksi agar bumi ini menjadi tempat tinggal yang nyaman. Tidak hanya untuk sekarang, tapi juga untuk masa depan. Jangan sampai kita mewariskan bumi yang rusak untuk anak cucu kita. Jadi, dari sekarang kita harus menjaganya.

Walaupun aksinya kecil asalkan konsisten, itu akan berdampak besar nantinya. Terlebih kalau kita bisa mengajak followers untuk melakukan aksi yang serupa. Seperti yang aku lakukan saat ini yaitu komitmen menanam Pohon Umur Cahya.

Jika yang membacanya terinspirasi dan ikut berpartisipasi, maka akan banyak pohon-pohon yang akan ditanam. Kenapa harus pohon? Karena dengan sebatang pohon bisa memberikan banyak oksigen untuk makhluk hidup, membersihkan udara dari karbondioksida, melindungi dari cuaca panas, dan membantu penyerapan air untuk mencegah banjir.

Terus bagaimana dong kalau kamu ingin tanam pohon, tapi gak ada lahan, atau waktunya gak sempat, dan lain sebagainya?



Kamu bisa menanamnya melalui gerakan TeamUpForImpact. Di sini terdapat 6 pilihan challenge, dengan katagori yang berbeda. Setiap challenge yang bisa kamu selesaikan, maka akan mendapatkan poin. Saat terkumpul 1.400 poin, akan ada 1 pohon yang ditanam atas namamu di hutan. Mudah kan?

Seperti yang aku lakukan saat ini, di hari Rabu aku meng-share aksi kecilku untuk bumi melalui cerita Pohon Umur Cahya. Memang aksi ini kecil sih, tapi kalau kamu terinspirasi dan ikut juga melakukannya itu sangat berarti untuk memperbaiki lingkungan di bumi.

Apalagi kita baru saja memperingati Hari Lingkungan Hidup pada 5 juni lalu. Jadi, yuk #BersamaBergerakBerdaya melakukan aksi kecil untuk dampak yang lebih besar.