Berdaya Bersama Astra Mengelola Sampah Rumah Tangga

Jumat, September 15, 2023 0 Comments A+ a-



Persoalan sampah memang memusingkan, terlebih bila tidak ada yang peduli cara pengelolaannya. Apalagi warga kota yang tidak mempunyai lahan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA). Tidak ada cara lain, sampah pun dibiarkan berserakan di jalanan karena tidak ada yang mengangkutnya. 

Tidak hanya itu, sampah juga dibuang ke selokan sehingga saat terjadi hujan rawan banjir karena parit-parit tersumbat tumpukan sampah. Ketika cuaca panas, sampah-sampah ini menimbulkan bau menyengat yang menggangu penciuman. Pemandangan seperti ini sering kita jumpai di kota akibat tata kelola sampah yang tidak tepat.

Sampah benar-benar meresahkan warga, tidak ada yang menginginkannya. Namun upaya untuk pengurangan sampah tidak ada. Jadinya sampah - sampah pun kian menumpuk yang memusingkan kepala.

Bersyukur Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards dari PT Astra Indonesia menyalurkan dana CSR- nya melalui apresiasi Astra untuk generasi muda. Melalui program ini, Astra mendorong para anak muda yang terlibat dalam SATU Indonesia Awards untuk berkolaborasi dengan program unggulan Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA). Harapannya ialah bisa memberikan dampak positif yang lebih besar dan kontribusi yang berkelanjutan pada usaha-usaha pembangunan di daerahnya.

Bagai gayung bersambut, Abdul Halim warga Dusun Lhok Baroh Desa Glee Putoh, Kabupaten Bireuen Aceh ini, merasa tata kelola sampah di kotanya harus dibenahi. Sebab persoalan sampah di Kota Bireuen sudah menepakki jalan buntu. Penolakan lahan sebagai TPA oleh warga sekitar membuat sampah-sampah tersebut tidak terurus dan mencemari lingkungan.

Akhirnya Abdul Halim mencoba ikut program yang dicetuskan Astra tersebut. Awalnya pertama kali ia ikut mendaftar di tahun 2019, tapi tidak lulus dikarenakan belum banyak persiapan dan strategi perencanaan yang matang tentang pengelolaan sampah ini. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Ia pun mencoba mendaftar lagi di tahun 2021. Dan Alhamdulillah, ia dan timnya terpilih sebagai penerima Satu Indonesia Awards di bidang lingkungan.

Pengelolaan Sampah Berbasis Desa

Berawal dari pengalaman Abdul Halim yang pernah mendatangi kota Surabaya dan melihat langsung tata pengelolaan sampah di Ciliwung dan Citarum, maka ia pun tergerak untuk mengelola sampah berbasis desa. Keterlibatan masyarakat dan perangkat desa harus ada untuk bersama-sama mengatasi permasalahan ini.

Awalnya ia ingin menerapkan pengelolaan sampah di desanya sendiri, yaitu Desa Glee Putoh, Kabupaten Bireuen Aceh, hanya saja di daerah tempat tinggalnya itu masih tersedia banyak lahan kosong yang digunakan warga untuk membuang sampah rumah tangga.

"Persoalan sampah di sini belum terlalu urgent seperti di Kota Bireuen, sebab di kampung saya masih banyak lahan kosong, jadi warga pun bisa mengatasi sampahnya sendiri. Berbeda dengan Kota Bireuen yang sampahnya tidak tahu dibuang ke mana lagi, akhirnya dibuanglah di selokan dan ditinggalkan di jalanan." Ungkap Abdul Halim saat diwawancarai via Zoom Meeting, tanggal 8 September 2023.

Kemudian Abdul Halim pun membuat pilot projects nya di Desa Blang Asan, Kecamatan Peusangan, Bireuen Aceh. Alasannya karena keterlibatan perangkat desa untuk mau mengelola sampah bersama. Warga pun juga ikut mendukung program ini, walaupun hanya setengahnya yang menyetujui, dari 110 kepala keluarga (KK) di Desa Blang Asam, 60 KK ikut terlibat dalam kegiatan pengelolaan sampah.

"Bagi saya suatu hal luar biasa, meskipun setengahnya tidak mau ikut terlibat tapi perangkat desanya sangat mendukung untuk menjalankan program ini." Ujar Abdul Halim.

Berdirinya Bank Sampah Pertama di Kota Bireuen

Pada tahun 2021 tepatnya pada tanggal 18 Desember tercetuslah Bank Sampah pertama di Kota Bireuen yang berada di Desa Blang Asan. Cikal bakal terbentuknya bank sampah ini tidak lain bermula dari projects Abdul Halim sebelumnya tentang pengelolaan sampah mandiri bersama warga yang ada di sini.

Konsep Pengelolaan Sampah Terintegrasi (PST) yang diluncurkan oleh Bupati Bireuen, berhasil diimplementasikan di Desa Blang Asan. Warga di desa ini diedukasi tentang pemilihan sampah sebelum dibuang dan diangkut menggunakan becak sampah ke TPA. 

Sampah plastik yang bisa didaur ulang seperti botol plastik di antar ke Bank Sampah untuk dikumpulkan, lalu ditimbang dan diganti dalam bentuk uang. Setelah tabungannya cukup, warga pun bisa menarik tabungan tersebut dan dipergunakan untuk kebutuhan lainnya.

Cara seperti ini rupanya sangat efektif untuk mengurangi sampah rumah tangga. Hal ini terbukti dari lingkungan sekitar desa Blang Asan lebih bersih dan tidak ada lagi sampah yang bertaburan di jalanan dan selokan. Warga semula tidak terlibat dalam pengelolaan sampah kini mau ikut dan menjadi bagian dalam nasabah bank Sampah.

Abdul Halim berharap ini menjadi langkah awal untuk memberdayakan masyarakat melalui pengelolaan sampah rumah tangga secara mendiri. Sehingga desa-desa lainnya yang ada di di kota Bireuen pun bisa ikut menjalankan program seperti ini dan masalah sampah bisa teratasi dengan baik.