Desa Nusantara dari Daerah Termiris Jadi Ekologis

Rabu, April 26, 2023 0 Comments A+ a-


Jumat, 14 April 2023 aku kembali mengikuti kegiatan gathering online #EcoBloggerSquad. Ini materi pertama di tahun ini, setelah kami off beberapa waktu seusai pertemuan terakhir di bulan Desember tahun lalu. Materi kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya karena narasumber yang dihadirkan berada di ruangan yang sama, jadi berasa kayak dalam satu ruangan.

Kita diajak mengenal lebih dekat komunitas lokal di Desa Nusantara yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Warga yang tinggal di desa ini merupakan imigran dari Pulau Jawa yang pindah pada tahun 1981 mengikuti program transmigrasi yang dilakukan pemerintah. Mulanya daerah ini sangat miris karena kondisinya yang tidak layak dijadikan tempat tinggal, apalagi perkampungan.

“Tempatnya lebih tepat disebut ‘tempat jin buang anak’. Binatang saja enggan tinggal di sini, apalagi manusia.” Ujar Usman, salah satu transmigran yang ikut datang ke Desa Nusantara.

Pada saat pertama kali Usman ke daerah ini, tidak ada akses jalan sama sekali. Memang pemerintah menyediakan rumah untuk mereka berupa rumah panggung, tapi saat keluar rumah dan turun ke lantai rumah, mereka langsung menginjak genangan air. Sebab rawa gambut yang menjadi tempat tinggalnya sangat mustahil untuk dijadikan lahan pertanian atau persawahan.

Di awal-awal tahun tinggal di Desa Nusantara, Usman dan warga lainnya hanya bisa merenung memikirkan bagaimana nasib mereka ke depannya. Mereka hanya bergantung pada pasokan ransum yang diberikan pemerintah. Namun, itu sifatnya sementara. Sebab pemerintah tidak mungkin terus-terusan menyokong kehidupan mereka, jadi meraka harus memutar otak agar bisa bertahan hidup di tempat itu.

Penderitaan warga di Desa Nusantara tidak hanya sampai di situ, dikarenakan sumber air bersih tidak ada, akhirnya warga menggunakan air gambut yang warnanya seperti air teh. Akibatnya muncullah wabah kolera yang banyak merenggut nyawa masyarakat di daerah tersebut.

Tidak hanya itu, apa pun yang ditanam daerah ini selalu gagal. Sebab hama tikus dan babi terus menyerang lahan pertanian, sehingga tak ada yang bisa dipanen. Desa mereka juga kerap berkonflik dengan satwa liar seperti gajah dan monyet yang membuat kehidupan di desa ini begitu sulit.

Usman adalah salah satu warga yang bisa melewati masa-masa sulit tinggal di Desa Nusantara, hingga akhirnya secara perlahan desa ini merangkak maju menjadi desa ekologis yang membuat masyarakatnya sejahtera.

Perlahan Bergerak Menuju Desa Ekologis


Sebelumnya Warga di Desa Nusantara mencoba menanam padi bermodal bibit yang di bawa dari Pulau Jawa. Dengan kegigihan warga, luas tanam yang awalnya hanya 10-20 meter per segi berangsur-angsur bertambah hingga sekarang totalnya mencapai 1.200 hektare (ha). Areal persawahan ini dikelola 600 kepala keluarga. Padi yang dihasilkan mencapai 3,7 ton per ha.

Jika diuangkan, penghasilan investasi dari pertanian pangan di Desa Nusantara mencapai Rp30,8 miliar, jika dibagi per KK, maka penghasilan setiap KK di Desa Nusantara mencapai Rp41,4 juta untuk sekali panen. Bila produksi beras di Desa Nusantara stabil, mereka bisa memenuhi kebutuhan beras 41.509 jiwa per tahun.Desa Nusantara saat ini memiliki 28 gudang beras dan penggilingan padi.

Selain itu, Desa Nusantara juga memiliki hasil bumi lainnya, seperti kopi liberica, nanas, nangka, buah naga, jeruk kunci, dan cabai rawit, Sebagian masyarakat juga berkebun karet dan mulai berternak sapi dan kambing. Beberapa jenis ikan juga ditemukan di sana, seperti lele, betook, gabus, dan belut. Ikan-ikan ini tidak diternak warga, melainkan datang sendiri saat banjir.


Namun, pada tahun 2005, areal persawahan masyarakat diklaim sebagai hak guna usaha (HGI) milik sebuah perusahaan sawit berinisial SAML yang mendapat izin prinsip dari Bupati OKI No. 460/1998/BPN/26-27/2005. Luasnya mencapai 42 ribu ha yang terletak di desa di Kecamatan Air Sugihan, termasuk Desa Nusantara.

Pada 2007, warga membentuk Forum Petani Nusantara Bersatu (FPNB) untuk mempertahankan apa yang jadi hak mereka. Beruntung Desa Nusantara mendapat bantuan Dana Nusantara yang merupakan program pendanaan yang dikembangkan oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Sejak tahun 2022 telah diimplementasikan di 12 lokasi wilayah kelola rakyat. Tujuannya mendukung inisiatif komunitas dalam pengelolaan sumber daya berkelanjutan.



Kini Walhi terus mendampingi Desa Nusantara untuk memiliki kepastian wilayah kelola dengan mengusung kegiatan Sustainable Land Use Planning (SLUP). Metode ini mengusungkan agar masyarakat adat atau masyarakat lokal sebagai perencana utama. Kelak, Desa Nusantara akan memiliki batas-batas wilayah yang telah dipatenkan dengan rinci dan warganya bisa mengelola sumber daya alamnya secara ekologis.