Pentingnya Keadilan Iklim Agar Rakyat Kecil Tidak Terus-terusan Sengsara

Senin, Desember 05, 2022 0 Comments A+ a-

Foto ilustrasi, sumber facebook

Krisis iklim membuat kita semua merasa khawatir. Lihatlah keadaan sekarang, berbagai bencana akibat perubahan iklim terjadi. Banjir, longsor, kekeringan, dan berbagai macam penyakit bermunculan. Hal ini berdampak besar bagi masyarakat kelas bawah, terutama oarng tua, perempuan, dan anak-anak.

Padahal pemicu utama terjadinya krisis iklim karena segelintir produksi industri negara-negara kaya. Asap dari pabrik raksasa membuat langit menghitam sehingga menutup lapisan ozon pelindung bumi. Lain lagi para penguasa yang bersekongkol dengan pengusaha yang banyak duitnya membuka lahan dengan membakar hutan untuk kegiatan industri. Ditambah dengan pembuatan gedung bertingkat berdindingkan kaca sehingga meningkatnya konsentrasi gas karbondioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca.

Jadi, tidak adil rasanya bila mereka yang berbuat tapi bencana iklim paling hebat dirasakan oleh rakyat kecil karena fasilitas yang kurang memadai dalam menghadapi bencana. Misalnya saja saat banjir datang yang duluan terendam mereka orang pinggiran yang keadaan rumahnya itu rendah, sehingga saat hujan lebat mudah sekali air tergenang. Sedangkan mereka orang kaya punya fasilitas memadai, rumah bertingkat dengan ketahanan bangunan yang kokoh tidak berdampak sama sekali.

Begitu pula saat longsor atau kekeringan terjadi. Orang yang paling pertama terdampak ialah mereka yang tidak mempunyai ketahanan terhadap bencana. Sebab yang disebut dengan bencana ialah sebuah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta, dan dampak psikologis.

Perubahan iklim membawa bencana bagi masyarakat kecil

Aku seorang ibu rumah tangga yang bisa dikatakan bagian dari masyarakat kecil itu sangat merasakan perubahan iklim ini. Tidak usah jauh-jauh, di kehidupan keseharian saja aku merasakan banget perubahan iklim itu. Mungkin juga untuk perempuan dan ibu-ibu lainnya yang mengurus rumah tangga tanpa bantuan orang tua atau asisten rumah tangga.

Contoh kecilnya saja saat nyuci baju ya. Cuaca yang mood-mood-tan membuat jadwal nyuci jadi berantakan. Bagaimana tidak, saat pakaian sudah terjemur rapi di tali jemuran, eh tiba-tiba hujan. Padahal cuaca tadi saat nyuci sangat cerah. Akhirnya buru-buru angkat jemuran biar gak kena hujan. Belum jemuran habis terangkat, hujan berhenti dan cuaca cerah kembali. Saat pakaian mau dijemur lagi, mulai deh turun hujan lagi. Keadaan cuaca seperti ini berganti tiap selang 10 menit, kapan coba jemurannya bisa kering?

Mungkin hal sepele ini tidak pernah dirasakan oleh mereka orang kaya, penguasa, dan pengusaha pemilik pabrik-pabrik besar sebagai dalang perusak iklim. Sebab mereka pastinya tidak pernah melakukan ritual nyuci kayak kita rakyat kecil ini. Jadi, tidak ada dampak berarti bagi mereka. Nah, kita jadi beban psikologis karena perubahan iklim mengganggu aktivitas keseharian.

Perubahan iklim ini juga berdampak terhadap anak-anak. Cuaca yang tidak menentu membuat anak kerap kali sakit. Baik itu penyakit fisik dari dalam seperti demam, batuk, dan flu, maupun penyakit kulit seperti ruam atau kulit melepuh. Banyak agen penyakit yang bermutasi sehingga menjadi resisten sehingga bermunculan penyakit baru.

Penyakit kulit yang muncul karena perubahan iklim 

Jadi kita tidak mau kan terus-terusan sengsara menanggung dampak perubahan iklim yang diperbuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kita butuh keadilan iklim agar kita bisa keluar dari ketidaknyamanan ini. Kita perlu menyuarakan keresahan dan kekhawatiran kita kepada mereka melalui kritikan melalui media social, seperti yang aku lakukan sekarang ini. Sebab, kita tidak mau terus-terusan menikmati ketidakadilan itu. Bersama aku, kamu, kamu, dan kamu semuanya kita lawan ketidakadilan dengan meminta keadilan iklim.