Bumi Tanpa Manusia
Di tulisan sebelumnya aku sudah memaparkan tentang Peran Eco Blogger dalam Memperingati Hari Bumi. Seperti yang kujelaskan dalam tulisan itu bahwa para blogger yang tergabung dalam Eco Blogger Squad ini berperan sebagai pemberi informasi melalui konten tulisan tentang isu lingkungan.
Bukan hanya di blog sendiri, tapi di media sosial dan platform lainnya seperti media massa berupa cetak. Nah, untuk penjelasan dari pemateri kedua yang disampaikan oleh Gita Syahrani dalam Blogger Gathering pada 14 April 2021 lalu, tulisannya aku kirimkan ke Koran lokal yang ada di Aceh.
Aku mengulasnya dengan bahasa awam supaya mudah bagi siapa saja yang membacanya. Tulisan itu pun diterbitkan di rubrik Jurnalisme Warga Serambi Indonesia, pada Jumat, 23 April 2021 sehari setelah peringatan Hari Bumi Sedunia.
Berikut isi tulisanku yang berjudul Bumi Tanpa Manusia.
Bumi Tanpa Manusia
Oleh Yelli Sustarina
Setiap 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Sedunia. Dalam setiap peringatannya pasti yang dipersoalkan adalah bumi, seperti tahun ini peringatan Hari Bumi Sedunia mengangkat tema Restore Our Eart (Pulihkan Bumi Kita). Benarkah bumi yang harus dipulihkan atau justru pikiran manusianya yang mesti dipulihkan agar tidak merusak bumi?
“Memperingati Hari Bumi itu bukan perkara menyelamatkan bumi, tapi menyelamatkan manusia. Sebab, tanpa manusia bumi akan baik-baik saja. Justru bumi merasa senang bila tidak ada manusia. Buktinya, saat pandemi Covid-19 di mana manusia mengurangi beberapa aktivitasnya di luar rumah, pohon-pohon dapat tumbuh lagi, spesies hewan yang dulunya pada ngumpet kemudian muncul lagi,” ujar Gita Syahrani saat berlangsung Blogger Gathering Online pada 14 April 2021.
![]() |
Mba Ocha (kiri) sebagai moderator dan Kak Gita Syahrani (kanan) sebagai narasumber |
Ada sekitar 30 blogger dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Eco Blogger Squad mengikuti gathering online tersebut. Mereka merupakan kumpulan blogger yang berperan aktif mengampanyekan isu lingkungan, salah satunya dalam menyambut peringatan Hari Bumi Sedunia.
Selain itu, ada tiga narasumber yang dihadirkan untuk membahas tema “Hutan Indonesia sebagai Salah Satu Solusi Dalam Mitigasi Perubahan Iklim.” Di antaranya, Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Gita Syahrani yang membahas tentang Menyelamatkan Bumi, Menyelamatkan Manusia.
Sedangkan dua narasumber lainnya ialah Manajer Kampanye Keadilan Iklim Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Yuyun Harmono yang membahas tentang Krisis Iklim dan Transisi Berkeadilan, dan Manajer Program Hutan Itu Indonesia (HII), Christian Natali yang menyampaikan tentang Hutan Adalah Jawaban untuk Menghentikan Krisis Iklim.
Di antara ketiga topik tersebut saya tertarik untuk mengulas topik yang dibahas oleh Kak Gita tentang Menyelamatkan Bumi, Menyelamatkan Manusia. Di awal presentasinya ia memperlihatkan sebuah gambar pohon besar yang tumbuh di atas reruntuhan bangunan.
![]() |
Screenshot dari power point Kak Gita, sebuah pohon di Kamboja yang kembali menempati reruntuhan bangunan yang ditinggalkan manusia. |
Lebih lanjut ia jelaskan foto tersebut bahwa ketika tidak ada manusia lagi, alam dapat melakukan reclaim. Di mana pohon mengambil kembali teritorinya karena tak ada lagi manusia. Beberapa penelitian juga menyatakan tentang ramalan masa depan kalau tidak ada manusia, sebenarnya bumi akan baik-baik saja.
Bicara tentang penyelamatan atau pemulihan bumi bukan hanya menjadi fokus orang-orang yang berkecimpung dalam bidang lingkungan saja, tapi kita semua. Sebab, yang harus diselamatkan ialah manusia itu sendiri, karena bila bumi rusak, manusia juga yang akan meraskan dampaknya.
Di slide kedua powerpoint Kak Gita, ia tampilkan empat gelombang besar yang kemungkinan bisa mengancam kehidupan manusia. Gambar ilustrasi tersebut memperlihatkan sebuah kota kecil yang dihadapkan oleh gelombang pertama yang ukurannya tak begitu besar. Gelombang tersebut diibaratkan sebagai pandemi Covid-19 yang saat ini sedang mengancam kehidupan manusia.
Setingkat pandemi Covid-19 saja sudah membuat geger dunia dan ratusan ribu manusia meninggal karenanya. Itu hanya dampak kecil ketika bumi dalam kondisi yang tidak baik. Kemudian di gelombang kedua yang lebih besar lagi ukurannya diibaratkan sebagai gelombang resesi di mana ketika ekonomi masyarakat dunia terjadi penurunan yang berdampak pada peningkatan pengangguran dan penurunan pendapatan masyarakat.
Ilustrasi gelombang ketiga yang lebih besar lagi ukurannya diibaratkan sebagai gelombang perubahan iklim dan gelombang yang peling besar dari ilustrasi gambar tersebut diibaratkan sebagai gelombang kehancuran keanekaragaman hayati. Bila gelombang ini yang datang, maka tamatlah sudah riwayat manusia di muka bumi ini.
![]() |
Screenshot dari power point Kak Gita |
“Bila fungsi keanekaragaman hayati kolaps, tanah subur dan air bersih tak bisa kita temukan lagi. Mau kita punya visi ekonomi sebagus apa pun dengan kondisi air, tanah, dan udaranya yang kualitasnya tak bisa dimanfaatkan lagi, maka tidak akan berhasil,” papar Kak Gita.
Kita bisa apa?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa menyelamatkan bumi berarti menyelamatkan manusia dari kepunahan. Jadi, bukan lagi tentang siapa dan apa profesi kita. Setiap orang di muka bumi ini bisa melakukan upaya penyelamatan bumi, salah satunya dengan mempertahankan keberadaan hutan. Terlibat langsung dengan masyarakat di sekitar hutan mungkin akan terasa sulit untuk dilakukan, khususnya bagi masyarakat kota. Lantas apa yang bisa dilakukan?
Kita bisa melakukan donasi dalam upaya penyelamatan hutan seperti Donasi Publik Walhi. Donasi yang Anda berikan digunakan untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat tentang pemetaan atau persengketaan hutan adat, mendorong solusi konkret di masyarakat, memberikan pendidikan, penguatan kapasitas, serta pemberdayaan masyarakat dalam upaya memastikan daya dukung lingkungan hidup terhadap kehidupan dapat berkelanjutan bagi generasi yang akan datang.
![]() |
Donasi Publik WALHI, halaman website WALHI |
Selain itu, Anda juga bisa saling bantu dengan cara membeli produk lokal yang ramah lingkungan dan sosial. Misalnya, dengan membeli topi atau tas rotan yang diproduksi kelompok perempuan di sebuah komunitas dapat memajukan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Itu adalah bentuk kecil yang bisa kita lakukan dalam upaya menjaga hutan. Selamat Hari Bumi Sedunia.
28 comments
Write commentsMantuulll banget Kak Yelli
ReplyArtikelnya bisa tembus media mainstream
Selamaat ya
Memang edukasi seperti ini kudu terus digencarkan
Manusia diciptakan memang utk jadi khalifah, tapi nyatanya jadi perusak jg. Oleh sebab itu, kita hrs berusaha menjadi sosok yg mampu memperbaiki bumi.
ReplyKalau untuk sekarang. Rasa-rasanya bumi akan bahagia kalau tidak ada manusia. Skrg banyak manusia sekarang yang suka merusak bumi
ReplyKeren banget tulisannya mba Yell, setuju banget kalau yang perlu diperbaiki itu manusianya. Kalau manusia sadar akan lingkungan hidup merawat bumi, pasti bumi juga merawat manusia.
ReplyKeren ih kak yelly terkait peduli lingkungan. Memang melihat datangnya bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini harus lebih Awar akan merawat bumi ya. Seenggaknya dimulai dari kita pribadi dulu
ReplyMembayangkan bumi tanpa manusia mungkin yang terlihat hanya hutan belantara.. kalaupun ada kehidupan lain mungkin adalah satwa ..udara pasti lebih bersih tapii tidak ada kerusakan ..juga tidak ada keindahan. Harusnya manusia bisa menjadi penyeimbang di bumi sayang sungguh sayang tak semua berjalan sesuai idealnya..selalu ada pencilan
ReplyKeren Mbak, selamat ya tulisannnya masuk koran.
ReplyTentang bumi tanpa manusia, yeaah ...faktanya manusia itu acapkali jadi hama bagi bumi. Hehehehe
Waah keren banget kak tulisannya bisa ditampilkan di media cedak. Setuju banget memang sejak pandemi ini karena bekurangnya aktivitas di luar rasa-rasanya alam lebih damai. Semoga manusia bisa lebih aware tentang lingkungan disekitarnya yang bisa kita mulai dengan diri kita sendiri
ReplyIdealnya sih memang bumi tanpa manusia jadi lbh bersih dan sehat. Kalau mbayanginnya, jaman indutri dan karakter membuang sampah sembarangan blm merajalela kayak sekarang.
Replyperlu banget bersinergi untuk menjaga bumi dan kebersihan ya, jangan sampai manusia dirugikan, Yuk, selamatkan bumi!
ReplyKeren banget! sejauh ini saya memang kurang sekali membaca terkait isu lingkungan dan baru tau ada komunitasnya. Tetap semangat menulis untuk menebar kebaikan?
Replyaaaah pengen ikut webinarnyaaa
Replysoalnya udah lama aku gak dapat secercah ilmu tentang lingkungan
apalagi topiknya seseru ini
Bener sih ya, sejatinya bumi tuh enggak butuh manusia. Justru manusia yang harus merawat bumi untuk kebutuhannya. Mba, aku ngeri juga melihat ilustrasi gelombangnya. Sedih yaaaa... Naudzubillah, semoga gelombangnya berhenti di fase pertama dan kedua aja deh.
ReplyTulisan ini bikin aku berpikir panjang
ReplyBener juga ya, sebenarnya yang kita gembar gemborkan sebagai gerakan mencintai bumi itu bukan karena menyelamatkan bumi tapi justru menyelamatkan manusia itu sendiri
Btw itu ilustrasi gelombangnya bikin deg-degan
Semoga gak sampai terjadi separah itu
Iya Mba, Alhamdulillah. Semoga ada kesadaran bagi siapa saja yang membacanya.
ReplyYuk mba, kita perbaiki sama-sama dengan menuliskan konten yang dapat mengedukasi masyarakat.
ReplyOleh karena itu, jangan sampai kita menjadi golongan perusak itu.
ReplyYups, betul sekali Mba Ainhy. Terima kasih sudah berkunjung.
ReplyIya, lewat tulisan edukasi yang kita bagikan melalui media sosial yang kita punya.
ReplyIya mba, hutan akan mengabil alih tempat yang pernah dikuasai manusia bila manusianya nggak ada lagi di muka bumi ini.
ReplyYa, begitulah kira-kira. Makanya kita jangan sampai jadi hama perusak bumi itu.
ReplyIya, semoga saja ya Mba. Paling tidak sadar untuk menjaganya agar tetap lestari saja dulu, tanpa ada perusakan atau diganggu kehidupan di hutan.
ReplySemoga perilaku buruk membuang sampah sembarangan itu tidak ada lagi di kita ya mba. Pengen rasanya mata ini bebas dari tumpukan dan serakan sampah di jalanan.
ReplyYuk, kita jaga dan selamatkan bumi sama-sama.
ReplyBaik Mba, semoga tulisan ini menjadi pemantik untuk terus membaca tulisan tentang lingkungan sehingga suatu saat bisa menuliskannya nanti.
ReplyIya Mba, seru banget topiknya. Kita juga bisa berkumpul dengan teman-teman blogger lainnya.
ReplyIya, makanya kita harus sadar dengan keberadaan bumi dan posisi kita yang cuma numpang di bumi.
ReplyAmin. Semoga saja ya mba. Dan semoga manusia cepat menyadarinya tentang hal ini.
Reply