Bumi Tanpa Manusia

Jumat, April 23, 2021 29 Comments A+ a-

Tampilan di Koran Serambi Indonesia, edisi 23 April 2021

Di tulisan sebelumnya aku sudah memaparkan tentang Peran Eco Blogger dalam Memperingati Hari Bumi. Seperti yang kujelaskan dalam tulisan itu bahwa para blogger yang tergabung dalam Eco Blogger Squad ini berperan sebagai pemberi informasi melalui konten tulisan tentang isu lingkungan.

Bukan hanya di blog sendiri, tapi di media sosial dan platform lainnya seperti media massa berupa cetak. Nah, untuk penjelasan dari pemateri kedua yang disampaikan oleh Gita Syahrani dalam Blogger Gathering pada 14 April 2021 lalu, tulisannya aku kirimkan ke Koran lokal yang ada di Aceh.

Aku mengulasnya dengan bahasa awam supaya mudah bagi siapa saja yang membacanya. Tulisan itu pun diterbitkan di rubrik Jurnalisme Warga Serambi Indonesia, pada Jumat, 23 April 2021 sehari setelah peringatan Hari Bumi Sedunia. 

Tampilan di website Serambi Indonesia

Berikut isi tulisanku yang berjudul Bumi Tanpa Manusia.


Bumi Tanpa Manusia
Oleh Yelli Sustarina

Setiap 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Sedunia. Dalam setiap peringatannya pasti yang dipersoalkan adalah bumi, seperti tahun ini peringatan Hari Bumi Sedunia mengangkat tema Restore Our Eart (Pulihkan Bumi Kita). Benarkah bumi yang harus dipulihkan atau justru pikiran manusianya yang mesti dipulihkan agar tidak merusak bumi?

“Memperingati Hari Bumi itu bukan perkara menyelamatkan bumi, tapi menyelamatkan manusia. Sebab, tanpa manusia bumi akan baik-baik saja. Justru bumi merasa senang bila tidak ada manusia. Buktinya, saat pandemi Covid-19 di mana manusia mengurangi beberapa aktivitasnya di luar rumah, pohon-pohon dapat tumbuh lagi, spesies hewan yang dulunya pada ngumpet kemudian muncul lagi,” ujar Gita Syahrani saat berlangsung Blogger Gathering Online pada 14 April 2021.

Mba Ocha (kiri) sebagai moderator dan Kak Gita Syahrani (kanan) sebagai narasumber

Ada sekitar 30 blogger dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Eco Blogger Squad mengikuti gathering online tersebut. Mereka merupakan kumpulan blogger yang berperan aktif mengampanyekan isu lingkungan, salah satunya dalam menyambut peringatan Hari Bumi Sedunia.

Selain itu, ada tiga narasumber yang dihadirkan untuk membahas tema “Hutan Indonesia sebagai Salah Satu Solusi Dalam Mitigasi Perubahan Iklim.” Di antaranya, Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Gita Syahrani yang membahas tentang Menyelamatkan Bumi, Menyelamatkan Manusia.

Sedangkan dua narasumber lainnya ialah Manajer Kampanye Keadilan Iklim Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Yuyun Harmono yang membahas tentang Krisis Iklim dan Transisi Berkeadilan, dan Manajer Program Hutan Itu Indonesia (HII), Christian Natali yang menyampaikan tentang Hutan Adalah Jawaban untuk Menghentikan Krisis Iklim.

Di antara ketiga topik tersebut saya tertarik untuk mengulas topik yang dibahas oleh Kak Gita tentang Menyelamatkan Bumi, Menyelamatkan Manusia. Di awal presentasinya ia memperlihatkan sebuah gambar pohon besar yang tumbuh di atas reruntuhan bangunan.

Screenshot dari power point Kak Gita, sebuah pohon di Kamboja yang kembali menempati reruntuhan bangunan yang ditinggalkan manusia.

Lebih lanjut ia jelaskan foto tersebut bahwa ketika tidak ada manusia lagi, alam dapat melakukan reclaim. Di mana pohon mengambil kembali teritorinya karena tak ada lagi manusia. Beberapa penelitian juga menyatakan tentang ramalan masa depan kalau tidak ada manusia, sebenarnya bumi akan baik-baik saja.

Bicara tentang penyelamatan atau pemulihan bumi bukan hanya menjadi fokus orang-orang yang berkecimpung dalam bidang lingkungan saja, tapi kita semua. Sebab, yang harus diselamatkan ialah manusia itu sendiri, karena bila bumi rusak, manusia juga yang akan meraskan dampaknya.

Di slide kedua powerpoint Kak Gita, ia tampilkan empat gelombang besar yang kemungkinan bisa mengancam kehidupan manusia. Gambar ilustrasi tersebut memperlihatkan sebuah kota kecil yang dihadapkan oleh gelombang pertama yang ukurannya tak begitu besar. Gelombang tersebut diibaratkan sebagai pandemi Covid-19 yang saat ini sedang mengancam kehidupan manusia.

Setingkat pandemi Covid-19 saja sudah membuat geger dunia dan ratusan ribu manusia meninggal karenanya. Itu hanya dampak kecil ketika bumi dalam kondisi yang tidak baik. Kemudian di gelombang kedua yang lebih besar lagi ukurannya diibaratkan sebagai gelombang resesi di mana ketika ekonomi masyarakat dunia terjadi penurunan yang berdampak pada peningkatan pengangguran dan penurunan pendapatan masyarakat.

Ilustrasi gelombang ketiga yang lebih besar lagi ukurannya diibaratkan sebagai gelombang perubahan iklim dan gelombang yang peling besar dari ilustrasi gambar tersebut diibaratkan sebagai gelombang kehancuran keanekaragaman hayati. Bila gelombang ini yang datang, maka tamatlah sudah riwayat manusia di muka bumi ini.

Screenshot dari power point Kak Gita

“Bila fungsi keanekaragaman hayati kolaps, tanah subur dan air bersih tak bisa kita temukan lagi. Mau kita punya visi ekonomi sebagus apa pun dengan kondisi air, tanah, dan udaranya yang kualitasnya tak bisa dimanfaatkan lagi, maka tidak akan berhasil,” papar Kak Gita.

Kita bisa apa?

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa menyelamatkan bumi berarti menyelamatkan manusia dari kepunahan. Jadi, bukan lagi tentang siapa dan apa profesi kita. Setiap orang di muka bumi ini bisa melakukan upaya penyelamatan bumi, salah satunya dengan mempertahankan keberadaan hutan. Terlibat langsung dengan masyarakat di sekitar hutan mungkin akan terasa sulit untuk dilakukan, khususnya bagi masyarakat kota. Lantas apa yang bisa dilakukan?

Kita bisa melakukan donasi dalam upaya penyelamatan hutan seperti Donasi Publik Walhi. Donasi yang Anda berikan digunakan untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat tentang pemetaan atau persengketaan hutan adat, mendorong solusi konkret di masyarakat, memberikan pendidikan, penguatan kapasitas, serta pemberdayaan masyarakat dalam upaya memastikan daya dukung lingkungan hidup terhadap kehidupan dapat berkelanjutan bagi generasi yang akan datang.

Donasi Publik WALHI, halaman website WALHI

Selain itu, Anda juga bisa saling bantu dengan cara membeli produk lokal yang ramah lingkungan dan sosial. Misalnya, dengan membeli topi atau tas rotan yang diproduksi kelompok perempuan di sebuah komunitas dapat memajukan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Itu adalah bentuk kecil yang bisa kita lakukan dalam upaya menjaga hutan. Selamat Hari Bumi Sedunia.


Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Bumi Tanpa Manusia, https://aceh.tribunnews.com/2021/04/23/bumi-tanpa-manusia.

29 comments

Write comments
nurul rahma
AUTHOR
08 Mei, 2021 01:57 delete

Mantuulll banget Kak Yelli
Artikelnya bisa tembus media mainstream
Selamaat ya
Memang edukasi seperti ini kudu terus digencarkan

Reply
avatar
Renayku
AUTHOR
08 Mei, 2021 06:18 delete

Manusia diciptakan memang utk jadi khalifah, tapi nyatanya jadi perusak jg. Oleh sebab itu, kita hrs berusaha menjadi sosok yg mampu memperbaiki bumi.

Reply
avatar
08 Mei, 2021 13:26 delete

Kalau untuk sekarang. Rasa-rasanya bumi akan bahagia kalau tidak ada manusia. Skrg banyak manusia sekarang yang suka merusak bumi

Reply
avatar
Ainhy E
AUTHOR
08 Mei, 2021 16:04 delete

Keren banget tulisannya mba Yell, setuju banget kalau yang perlu diperbaiki itu manusianya. Kalau manusia sadar akan lingkungan hidup merawat bumi, pasti bumi juga merawat manusia.

Reply
avatar
08 Mei, 2021 17:52 delete

Keren ih kak yelly terkait peduli lingkungan. Memang melihat datangnya bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini harus lebih Awar akan merawat bumi ya. Seenggaknya dimulai dari kita pribadi dulu

Reply
avatar
Sri rahayu
AUTHOR
08 Mei, 2021 18:04 delete

Membayangkan bumi tanpa manusia mungkin yang terlihat hanya hutan belantara.. kalaupun ada kehidupan lain mungkin adalah satwa ..udara pasti lebih bersih tapii tidak ada kerusakan ..juga tidak ada keindahan. Harusnya manusia bisa menjadi penyeimbang di bumi sayang sungguh sayang tak semua berjalan sesuai idealnya..selalu ada pencilan

Reply
avatar
08 Mei, 2021 18:15 delete

Keren Mbak, selamat ya tulisannnya masuk koran.

Tentang bumi tanpa manusia, yeaah ...faktanya manusia itu acapkali jadi hama bagi bumi. Hehehehe

Reply
avatar
08 Mei, 2021 19:02 delete

Waah keren banget kak tulisannya bisa ditampilkan di media cedak. Setuju banget memang sejak pandemi ini karena bekurangnya aktivitas di luar rasa-rasanya alam lebih damai. Semoga manusia bisa lebih aware tentang lingkungan disekitarnya yang bisa kita mulai dengan diri kita sendiri

Reply
avatar
08 Mei, 2021 19:03 delete

Idealnya sih memang bumi tanpa manusia jadi lbh bersih dan sehat. Kalau mbayanginnya, jaman indutri dan karakter membuang sampah sembarangan blm merajalela kayak sekarang.

Reply
avatar
Naqiyyah Syam
AUTHOR
08 Mei, 2021 19:42 delete

perlu banget bersinergi untuk menjaga bumi dan kebersihan ya, jangan sampai manusia dirugikan, Yuk, selamatkan bumi!

Reply
avatar
09 Mei, 2021 05:58 delete

Keren banget! sejauh ini saya memang kurang sekali membaca terkait isu lingkungan dan baru tau ada komunitasnya. Tetap semangat menulis untuk menebar kebaikan?

Reply
avatar
09 Mei, 2021 06:43 delete

aaaah pengen ikut webinarnyaaa
soalnya udah lama aku gak dapat secercah ilmu tentang lingkungan
apalagi topiknya seseru ini

Reply
avatar
09 Mei, 2021 17:09 delete

Bener sih ya, sejatinya bumi tuh enggak butuh manusia. Justru manusia yang harus merawat bumi untuk kebutuhannya. Mba, aku ngeri juga melihat ilustrasi gelombangnya. Sedih yaaaa... Naudzubillah, semoga gelombangnya berhenti di fase pertama dan kedua aja deh.

Reply
avatar
10 Mei, 2021 07:42 delete

Tulisan ini bikin aku berpikir panjang
Bener juga ya, sebenarnya yang kita gembar gemborkan sebagai gerakan mencintai bumi itu bukan karena menyelamatkan bumi tapi justru menyelamatkan manusia itu sendiri

Btw itu ilustrasi gelombangnya bikin deg-degan
Semoga gak sampai terjadi separah itu

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:22 delete

Iya Mba, Alhamdulillah. Semoga ada kesadaran bagi siapa saja yang membacanya.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:23 delete

Yuk mba, kita perbaiki sama-sama dengan menuliskan konten yang dapat mengedukasi masyarakat.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:24 delete

Oleh karena itu, jangan sampai kita menjadi golongan perusak itu.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:25 delete

Yups, betul sekali Mba Ainhy. Terima kasih sudah berkunjung.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:26 delete

Iya, lewat tulisan edukasi yang kita bagikan melalui media sosial yang kita punya.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:27 delete

Iya mba, hutan akan mengabil alih tempat yang pernah dikuasai manusia bila manusianya nggak ada lagi di muka bumi ini.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:28 delete

Ya, begitulah kira-kira. Makanya kita jangan sampai jadi hama perusak bumi itu.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:30 delete

Iya, semoga saja ya Mba. Paling tidak sadar untuk menjaganya agar tetap lestari saja dulu, tanpa ada perusakan atau diganggu kehidupan di hutan.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:31 delete

Semoga perilaku buruk membuang sampah sembarangan itu tidak ada lagi di kita ya mba. Pengen rasanya mata ini bebas dari tumpukan dan serakan sampah di jalanan.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:32 delete

Yuk, kita jaga dan selamatkan bumi sama-sama.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:33 delete

Baik Mba, semoga tulisan ini menjadi pemantik untuk terus membaca tulisan tentang lingkungan sehingga suatu saat bisa menuliskannya nanti.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:34 delete

Iya Mba, seru banget topiknya. Kita juga bisa berkumpul dengan teman-teman blogger lainnya.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:35 delete

Iya, makanya kita harus sadar dengan keberadaan bumi dan posisi kita yang cuma numpang di bumi.

Reply
avatar
28 Mei, 2021 16:36 delete

Amin. Semoga saja ya mba. Dan semoga manusia cepat menyadarinya tentang hal ini.

Reply
avatar
04 Maret, 2022 14:49 delete

Best free chips casino bonus codes - Mapyro
Top 이천 출장마사지 free 순천 출장마사지 chips casino bonus codes 2021. Casino chips and bonus codes for 세종특별자치 출장안마 online casinos in New 밀양 출장샵 Jersey and Pennsylvania. Casino chips 창원 출장마사지 and bonus codes.

Reply
avatar