14 Kesalahan Kata Mendasar dalam Penulisan Bahasa Indonesia
Setelah sekitar sepuluh bulan vakum, Forum Barsela Menulis (FBM) kembali membuat kelas menulis bersama Pak Yarmen Dinamika (Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia).
Kelas menulis kali ini lebih ramai dibandingkan sepuluh bulan lalu yang paling ramai hanya 15 orang saja. Kali ini peminatnya meningkat, karena kelasnya tidak dikhususkan untuk orang yang berasal dari wilayah barat selatan saja.
Akan tetapi, siapa saja dan dari daerah mana pun bisa ikut kelas menulis ini. Akhirnya kelas pun membeludak sampai 27 orang. Jarang-jarang lo, sampai sebanyak ini. Apa mungkin karena gratis ya? hehehe.
Walaupun gratis, ilmu yang diberikan Pak Yarmen bukan cilet-cilet. Dia menyampaikan semua pengetahuan kepenulisannya dengan rinci dan mendetail. Bahkan saat membedah tulisanku pun, dia betul-betul membedah kata demi kata.
Setelah menjelaskan tujuan menulis ditinjau dari aspek sosial dan ilmiah, Pak Yarmen meminta kami memperkenalkan diri satu per satu. Dan ternyata pesertanya cukup beragam.
Kelas menulis bersama Pak Yarmen di Anjungan Aceh Singkil Taman PKA |
Ada yang dari blogger, dosen, mahasiswa sarjana, dan magister, bahkan ibu rumah tangga pun juga ada. Usia pun juga tidak menjadi hambatan, salah seorang teman sekolah Pak Yarmen yang usianya sudah 50 tahun juga ikut hadir untuk belajar menulis.
Sesi perkenalan pun selesai, kemudian dilanjutkan dengan membedah tulisanku yang berjudul “Sensasi Menaiki Sampan Dayung Saat ke Pulau Dua Aceh Selatan”, yang pernah diposting ke blogku pada tanggal 21 Juli, 2017.
Dari 938 kata yang terdapat dalam tulisan itu, ada 58 kesalahan kata mendasar baik dari tanda baca, ejaan, partikel, maupun transisional. Semua itu aku kategorikan menjadi 14 kesalahan kata mendasar dalam penulisan bahasa Indonesia berikut ini.
Tulisanku yang dicoret-coret karena banyak salahnya |
1. Penggunaan kata yang mubazir
Terkadang kita sering menyamakan bahasa lisan dan tulisan, sehingga saat menuliskannya ada kata yang bermakna ganda, sehingga tidak perlu ditulis.
Seperti judul tulisanku “Sensasi Menaiki Sampan Dayung Saat ke Pulau Dua Aceh Selatan”.
Awalan me tidak perlu lagi ditulisakan dan kata dayung juga harus dihilangkan, karena yang namanya sampan memang didayung.
Kata saat juga dihilangkan, karena kedudukannya sudah menunjukkan kejadian yang sedang berlangsung.
Jadi, judul yang tepat ialah “Sensasi Naik Sampan ke Pulau Dua, Aceh Selatan”. Lebih hemat kata kan?
Begitu juga pada kalimat pertama di paragraf pertama, “Pulau yang berada di Aceh Selatan ini, sedang lagi ramai dibicarakan di dunia maya”.
Kelihatan kan salahnya di mana?
2. Penulisan kata yang tidak tepat
Kebiasaan menggunakan bahasa lisan yang informal juga berpengaruh dalam tulisan. Misalnya :
Cuman seharusnya cuma.
Resiko seharusnya risiko.
Berselewiran seharusnya bersiliweran.
Kata-kata seperti di atas, cukup banyak terdapat kesalahan dalam tulisanku itu.
3. Penggunaan partikel “Pun”
Kesalahan penggunaan partikel pun juga sering terjadi di dalam kepenulisan bahasa Indonesia. Ada kalanya partikel ini digabung dengan kalimat sebelumnya, tapi ada juga yang ditulis terpisah.
Penulisan partikel pun yang digabung ialah pada kata: adapun, andaipun, akanpun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, nianpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, namunpun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
Sedangkan untuk partikel pun yang ditulis terpisah, selain yang terdapat pada kata di atas. Misalnya pada contoh di tulisanku tersebut “tulisan pun kalau mengenak di hati dapat menggerakkan ribuan massa”.
4. Kenali hukum KPTS
Hukum KPTS adalah hukum yang membuat kata kerja berawalan K, P, T, dan S menjadi lebur saat bertemu imbuhan me, men, meng, menge, meny, dan menye.
Contoh kesalahan dalam tulisanku: “Tulisanku ampuh untuk mempengaruhi orang untuk datang ke Aceh Selatan”.
Harusnya memengaruhi.
5. Penggunaan kata “lo”, “eh”
Ketika kita ingin menumbuhkan interaksi dengan para pembaca, sering kita menyelipkan kata bahasa lisan seperti “lo” atau “eh” sebagai kata seru menyatakan heran, terperajat, dan sebagainya.
Namun tulisannya sering salah atau malah ditambah, seperti tulisanku berikut:
“Karena tulisan itu ibarat bom atom loe Pak”.
“ehh.., ternyata sampannya kejauhan dari air laut”.
6. Kesalahan ejaan
Kesalahan ejaan yang sering terjadi ialah pembubuhan tanda baca, khususnya tanda koma (,). Berikut beberapa kesalahan yang terdapat di tulisanku.
“Saat aku ke Pulau Dua Aceh Selatan”
Mestinya ada tanda baca koma untuk memisahkan nama tempat di atas Pulau Dua, Aceh Selatan.
Sebelum kata yang tidak boleh ada tanda koma karena yang tersebut bermakna sabagi penghubung antar kalimat.
“Di tempat ini tidak ada pelabuhan atau dermaga untuk berlabuhnya sampan atau boat, yang ada Cuma hamparan pasir”.
Begitu juga kata dan tidak boleh ada tanda koma sebelumnya, kecuali perincian dari kata-kata yang setara mengikutinya.
“Ternyata adik ini berasal dari Aceh Jaya, dan memang kesehariannya setelah pulang sekolah bekerja sebagai nelayan membantu orang tuanya yang berprofesi sebagai nelayan”. (Salah).
“Tanpa ada kacamata renang, tabung oksigen, dan sebagainya” (Benar karena perincian).
7. Penempatan tanda seru yang tidak tepat
Aku paling sering menggunakan tanda seru ditulisanku, masalahnya tanda seru pada kalimatnya kurang tepat. Misalnya pada contoh berikut.
“Nah, ini aku ceritain gimana sensasi naik sampan dayung ke Pulau Dua tersebut!”
“Setelah kembali ke kota Banda Aceh, kita bisa sesuaikan kok!”
Seharusnya tanda seru ini dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
8. Pemakaian akronim dan singkatan
Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata. Jadi cara penulisannya hanya menggunakan huruf kapital diawal. Ditulisanku itu terdapat kesalahan, karena aku menggunakan huruf kapital semuanya.
“Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Air Sialang (HIPMAS)”. Seharusnya Hipmas.
Sedangkan singkatan dilafalkan huruf per huruf, jadi harus ditulis besar semuanya.
Misalnya Forum Barsela Menulis (FBM).
9. Penulisan angka
Hal yang jarang sekali kita ketahui bahwa penulisan angka dari satu sampai sebelas haruslah menggunakan huruf. Sedangkan dari angka 12 ke atas boleh menuliskannya dengan angka, karena terdiri dari dua suku kata.
Contoh yang salah “membutuhkan waktu perjalanan 2 jam menggunakan bus”.
Contoh yang benar “membutuhkan waktu perjalanan dua jam menggunakan bus”.
10. Penulisan nilai rupiah
Ketika menuliskan nilai nominal rupiah, kesalahan yang sering terjadi ialah penempatan tanda baca berupa titik (.).
Misalnya “Tarifnya sekitar Rp.500.000 untuk 30 penumpang”.
Penulisan yang benar ialah Rp500.000.
11. Penggunaan kata depan dan imbuhan
Dua hal ini sering kali letaknya terbalik-balik, bahkan membingungkan kita saat menempatkannya. Biasanya pada kata di dan ke.
Penggunaan kata di atau ke sebagai kata depan menunjukkan tempat melakukan aktivitas atau keberadaan. Biasanya diikuti kata benda yang menunjukkan tempat dan penulisannya dipisahkan.
Contoh salah “Nanti dia akan memandumu sampai kesana”.
Contoh benar “Nanti dia akan memandumu sampai ke sana”.
Penggunaan kata di atau ke sebagai imbuhan berfungsi menunjukkan bentuk pasif. Biasanya diikuti kata kerja atau kata benda yang dijadikan kata kerja, penulisannya pun disambung.
Contoh salah “Dayung-dayung, sampan di dayung”
Contoh benar “Dayung-dayung, sampan didayung”.
12. Pemakaian kata sapaan
Ternyata dalam tulisan ada kata sapaan yang harus dikapitalkan huruf pertamanya. Misalnya kata Pak, Bu, Anda, Bang, Kak dan Dek.
Akan tetapi tidak semua sapaan juga dikapitalkan huruf awalnya, misalnya kamu, dia, mereka, adik, kakak, dan lain sebagainya.
Contohnya “Semoga dilirik oleh Pak Kadis Pariwisata Aceh Selatan”.
13. Penggunaan subjek ganda
Tanpa disadari terkadang kita sering menggunakan subjek ganda, padahal penggunaan subjek lebih dari satu bukanlah kalimat yang benar.
Contoh salah “Kita para panitianya pergi traveling”.
Contoh benar “Kita panitianya pergi traveling”.
14. Pemakaian istilah asing
Istilah asing, baik itu bahasa latin ataupun daerah hendaknya ditulis dengan huruf miring. Misalnya “Coba aja kalau ada peralatan snorkeling dan diving di sini”.
Itulah beberapa kesalahan yang sering terjadi saat kita menulis bahasa Indonesia. Emang sih harus sering berlatih, dan jeli untuk menempatkan kata-kata tersebut, tapi seiring dengan seringnya menulis dan membaca, kamu akan bisa memahaminya.
Peserta kelas menulis FBM |
31 comments
Write commentsBagus Yel,sudah dirangkum di sini semua yang kemarin itu. Makasih ya. Ehtapi,btw waktu kakak baca katagori dan membeludak bukannya seharusnya kategori dan membludak ya? Coba kota cek sama-sama, yuk.
ReplyTerima kasih koreksinya kak. Luar biasa, Yel senang kalau ada masukan seperti ini. Jadi, bisa langsung diperbaiki.
ReplySangat bermanfaat Yel!
ReplyMakasih bg, :D
ReplyBaca artikel ini jadi malu sendiri wkwkwk soalnya tulisan tulisan saya masih berantakan wakaka terlbih lagi kebanyakan tulisan saya masih menggunakan kata kata alay wkwkwk
Replysalam kenal ya mbak
Hehehe, terkadang kita juga harus lihat siapa pembaca tulisan kita. Kalau anak alay sih, ya nggak masalah, malah mereka suka. Tapi kalau sudah sedikit formal, harus dilihat aspek kebahasaannya.
Replywah, tq infonya, baru tau nih hhe
ReplySaya pernah belajar topik ini sama beliau (Pak Yarmen) ketika ambil matakuliah Bahasa Jurnalistik, pokoknya mantap deh..
ReplySama2, semoga bermanaat :)
ReplyIya, Pak Yarmen memang mantap deh (y)
ReplyBeberapa aku udah tau, tp masihh banyaaak bgt yg blm tau :) .. Lgs tau jadinya kesalahan nulisku di blog.. Akronim dan singkatan itu aku jg srg salah tuh. Biasa huruf gede semua. Ama penulisan angka juga. Trs baru tau hukum kpts -_- .. Aku save artikel ini mba :) ..
ReplyTerimakasih kak, jd banyak informasi tambahan... :)kmren blm bsa berhadir
ReplyIya, alhamdulillah kalau artikel ini bisa bermanfaat. Semoga kita bisa lebih baik lagi penulisan Bahasa Indonesianya ya Mbak.
ReplyIya, sama-sama.
ReplySemoga rabu depan bisa berhadir ya!
Iya, sih kadang saya nulis ya nulis saja. Apalagi kalu nggak banyak waktu buat ngedit, aduh kacaunya. TFS ya mba.
ReplyIya mbak, nulis dan edit dua hal yang berbeda ya mbak, kadang keasyikan nulis lupa deh tata bahasanya.
ReplySangat bermanfaat Yell...
ReplyTerima kasih bang, sekali-kali ikut dong forum kami.
ReplyWow.. dirangkum keseluruhan ternyata.serasa dapat revisi langsung via blog sama ahlinya.
ReplyHehehe, terima kasih Iqbal, ntar giliran tulisan Iqbal pula yang dibedah ya!
ReplyMantap ni, apalagi untuk yang mau belajar nulis. Recommended artikel dek. ;)
ReplyIya kak, supaya mudah orang memahaminya ya kak :)
Replymakasih berbagi ilmunya, sekarang saya tahu kenapa ada lomba blog memesona itu karena hukum KPTS
ReplyYups, benar sekali. Jadi huruf "P" lebur karena ada hukum ini.
Replywah eventnya keren nih Yel. Titip tanyakan ke Pak Yarmen, kalau penulisan "non" diikuti kata benda, harusnya jadikan satu atau pake tanda minus sebagai pemisah? Yang benar itu "nonkorupsi" atau non-korupsi". Eh masih bisa tanya gak ya ke beliau? hihihih
ReplySalam kenal ya yel :)
noted ah. makasih banget ya mbaak :D
ReplyOk., nanti pertemuan berikutnya aku tanyain ya.
ReplySalam kenal kembali Imelda :)
Alhamdulillah, terima kasih kembali Mbak Muthi :)
Replybelum habis kubaca tulisan ini, tapi langsung terlihat masih ada kesalahannya :-D ex; membludak=membeludak (cek kbbi), megister=magister. Lalu, kalau sudah ada 'pun' tidak perlu lagi pakai 'juga', sebab pun bisa bermakna juga.
ReplyBaik kak, makasih koreksinya. Akan segera diperbaiki :)
ReplyFurthermore, many of such third-party processing companies are scams. canadian mortgage calculator When we told our friends and colleagues how low our rate was, we literally had to close their mouths simply because they just could not believe it. mortgage payment calculator canada
Reply