Seru-Seruan di Lawang Sewu
Aku berkesempatan mengunjungi Jawa Tengah, tepatnya itu di Kota Jendral Ahmad Yani yaitu Semarang. Ini kali pertamanya aku melakukan perjalanan ke luar provinsi, dengan seorang diri. Kebetulan ada acara Future Leader Summit 2015, yang diadakan oleh pemuda Semarang. Dikesempatan itulah aku melihat bagaimana indahnya Pesona Jawa Tengah yang sering disebut-sebut dan diceritakan melalui tulisan di media.
Disekian
banyak tempat yang aku kunjungi, namun kenangan yang tak pernah terlupakan
ialah ketika mengunjungi Lawang Sewu.
Tempat yang pernah diliput oleh program acara dunia lain ini katanya angker. Gedung ini benar-benar berhasil
mencuri perhatianku, begitu juga dengan teman-temanku peserta Future Leader Summit 2015. Apalagi kami
perginya pada malam hari. Suasananya semakin horor saja, terasa berada di dunia
lain dengan sajian cerita yang berbau mistis dan mengerikan.
Sebelum masuk ke Lawang Sewu, selfie dulu di depan gedungnya :) |
Sebagai
seorang yang beriman aku nggak terlalu percaya dengan hal yang begituan, tapi
aku yang sedang berada di tempat orang harus menjunjung tinggi nilai-nilai
simpatisme dan menghargai pendapat orang. Jadi, ada kawanku yang memang berasal
dari tanah jawa mengatakan tempat ini sering terdapat penampakan makhluk ghaib.
Disini
juga banyak penghunyinya (dalam hatiku
yaiyalah.,,! qan banyak pengunjung yang datang hehehe). Dulu disini banyak
pekerja dari pribumi yang mati secara mengenaskan akibat dipaksa kerja oleh
tentara Jepang. Jadi, sering terdengar suara jeritan atau tangisan penderitaan.
Whuuuuuu......, merinding juga bulu kudukku ketika mendengarkan ceritanya.
Kami
hampir saja membatalkan niat untuk masuk ke dalam gedung ini, namun karena
desakanku yang sangat penasaran dengan isi dalam gedung itu, akhirnya kami pun
masuk bersama-sama. Kami sepakat tidak akan berpisah jika ada kejadian aneh di
dalam sana. “Pegang aku erat-erat ya.., kata salah satu temanku yang dari
Jambi”. Aku tersenyum melihat ekpresinya yang ketakutan dengan wajah pucat
pasam. Dalam hatiku seangker apa sih tempatnya sampai-sampai membuat orang
benar-benar menguji nyalinya untuk masuk ke tempat ini?
Saat
aku memasuki gedung tua itu mataku sempat tidak berkedip, mulutku ternga-nga,
hatiku takjub menyebut nama Sang Pencipta. Bukan karena takut seperti yang diceritakan
banyak orang, tapi karena terpesona melihat keindahan dan keunikan gedung ini.
Ribuan
pintu dengan desain khas Belanda berjajar rapi dipenuhi cahaya lampu-lampu terang
benderang memenuhi ruangan di dalamnya.
Sontak aku mengambil kamera dan mengabadikan moment indah ini. Sungguh indah
pemandangan Lawang Sewu di malam
hari. Rasa takutku seketika buyar, timbul keinginan untuk menelusuri setiap
sudut ruangan gedung ini.
Teman-temanku
yang pada awalnya takut, juga bersemangat untuk menelusuri gedung peninggalan
Belanda ini. Sebenarnya kami mau menguji nyali di tempat ini malah asyik
seru-seruan selfie, berlatarkan bangunan tua yang katanya angker. untung saja
nggak ada penampakan di setiap photo yang diambil.
Pintu gedung ini cukup banyak, kami
bisa masuk lewat pintu mana saja. Masuk pintu sini keluar pintu sana,
dimana-mana ada pintu makanya dinamakan Lawang
Sewu atau Pintu Seribu. Bangunan tua ini terdiri dari tiga lantai, bergaya art deco, karya arsitek Belanda; Prof Jacob F Klinkhamer & BJ Queendag.
Begitu sih menurut artikel yang ku baca dari internet.
Kami hanya bisa menikmati lantai 1,
karena gedung ini hanya buka sampai jam 22.00 wib, sedangkan kami disitu berada
pada pukul 21.36 wib. Jadi penjaga gedung tidak mengizinkan kami untuk naik ke
atas. Tapi tak apalah, bisa photo di tangganya saja udah boleh tu.
Tangga menuju lantai 2 di dalam Gedung Lawang Sewu |
Saat menju jalan keluar, di
halamannya terdapat miniatur kereta api. Rupanya dulu gedung ini ialah
perusahaan kereta api swasta di masa pemerintahan Hindia Belanda. Jalur kereta
api inilah yang menghubungkan Semarang dengan Vorstenlanden (Surakarta & Yogyakarta), dan jalur kereta api
inilah pertama kali dibangun di Indonesia.
Tentulah aku takjub dengan kereta
api itu, sebelum keluar dari gedung, aku ajak teman-temanku untuk selfie bareng
di kareta api itu. Rupanya mereka yang berasal dari Jawa Tengah mempercayai
mitos bahwa kalau berphoto di kereta api itu, maka dia kan meninggal dunia.
Makanya mereka tidak mau ku ajak berphoto di tempat itu.
Aku yang pertama kali datang ke Lawang Sewu mana tahu tentang mitos
tersebut, jadi aku berphoto berdua dengan temanku yang berasal dari Jakarta.
Dia pun juga tidak mengetahui mitos tersebut, Setelah kami berpose, barulah
temanku yang berasal dari Semarang menceritakan mitos tersebut.
Dapat juga selfie di miniature Kereta Api Indonesia Tempo Doelu |
Sontak aku kaget mendengarnya,
terngiang di kepalaku aku akan meninggal di Kota Lumpia ini. “Ya Allah
panjangkanlah umurku, supaya aku bisa berjumpa dengan orang tuaku kembali” pintaku
dalam hati. Alhamdulillah Allah swt masih memberiku kesehatan hingga aku
menulis cerita ini.
Semoga Allah swt memberikan
kesempatan untuk ku menginjakkan kaki ke Lawang Sewu lagi, dan bisa menjelajahi
tempat-tempat lainnya di Jawa Tengah. Amin!
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
2 comments
Write commentsWaah asik yaa mbak. Aku jadi pengen ke lawang sewu jugaaaa.
ReplyIya, coba jalan-jalan ke sana aja mbak.
Reply