Siapa Mereka Para Thalasemia?
Banyak yang tidak mengetahui siapa mereka para
thalasemia. Entah karena kita kurang peduli atau memang hati nurani kita sudah
tertup dan mati? Penyakit aneh yang selalu membuat penderitanya tidak cukup
darah ini selalu menjadi masalah bagi penderita thalasemia. Mereka diibaratkan
seperti vampir yang selalu kehausan darah, wajahnya selalu kelihatan pucat
seperti mayat hidup. Tapi, apakah mereka menginginkan semua itu? Tidak., mereka
tidak pernah menginginkan terlahir demikian.
Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang disebabkan
oleh kelainan darah. Sel darah merahnya tidak berfungsi secara normal karena
usia sel darahnya yang begitu pendek. Kemudian sel darah tersebut mati sebelum
sampai 120 hari. Akibatnya mereka selalu kekurangan darah merah yang
berpengaruh pada konsentrasi Hemoglobin (hb) di dalam darah. Makanya jika kita
lihat para penderita thalasemia selalu dalam keadaan pucat.
Saat Praktek pofesi di Central Thalasemia |
Mereka para thalasemia membutuhkan tranfusi setiap 20-30
hari sekali. Dalam setiap tranfusi tergantung nilai hb nya, jika hb nya terlalu
rendah 3-5 misalnya, mereka harus mendapatkan tranfusi darah 5-7 kantong sel
darah merah sampai hb nya mendekati normal yaitu 10-12. Akan tetapi masalahnya
ialah apakah setiap kali giliran tranfusi stok darah selalu tersedia? Bagaimana
kalau dalam situasi darurat namun tidak tersedianya stok darah? Maka mereka
akan mati, ya., mati karena kekurang darah. Lantas, bayangkan jika kita sendiri
yang mengalaminya?
Orang yang tidak mengalami thalasemia, tidak pernah tau
tentang kondisi itu. Bahkan ada yang berpikir bahwa itu terlalu lebay dan
melebih-lebihkan fakta. Kenyataannya memang demikian. Seminggu yang lalu saya
bertemu dengan keluarga penderita thalasemia saat saya praktek di central
thalasemia RSUD ZA. Dari 8 bersaudara lima diantaranya mengalami thalasemia
mayor dan harus tranfusi darah dan dirawat. Dua diantaranya dicurigai
thalasemia minor, mereka tidak harus tranfusi, tapi mempunyai bakat yang hisa
diturunkan kepada anak-anak mereka. Hanya satu orang yang bebas dari thalasemia
namun belum dipastikan bisa bertahan sampai dewasa atau tidak.
Pertumbuhan mereka sangat jauh berbeda dengan anak normal
lainnya. Pertumbuhannya terhambat karena ukuran tubuhnya lebih kecil
dibandingkan anak normal lain yang seusia mereka. Akan tetapi Allah memang
adil, mereka tidak mengalami maslah dalam bidang kemampuan kognitif, terbukti
dari prestasinya disekolah yang selalu mendaptakan peringkat pertama. Bahkan ada
salah satu diantara mereka yang mahir dalam membuat puisi hanya dalam lima
menit, dia mampu membuat puisi tentang “aku anak thalasemia”. Subhannalllah.
Fazira (13 thn), yg membuat puisi tentang "aku ank thalasemia" |
Puisi yang dia buat menceritakan tentang kesedihanya
karena harus bergantung dengan tranfusi, tranfusi dan tranfusi. Namun diluar
sana tidak ada yang tau bahwa mereka ini butuh tranfusi. Sangat susah
mendapatkan darah dan terkadang orang sehat ini sangat jarang mau menyumbangkan
darahnya lantaran karena takut kekurangan darah. Padahal jika kita lihat mereka
para thalasemia seumur hidup kekurangan darah. Lantas kita orang sehat
sanggupkah melihat saudara-saudara kita yang terjangkit thalasemia mati karena
ketidakpedulian kita.
Percayalah darah yang kamu punyai itu cukup untuk mu,
bahkan allah menyuruhnya untuk berbagi saat kamu sehat. Tapi rasa takutmu
terhadap jarum suntik, ataupun takut gemuk dan ketakutan lain yang tak beralasan
membuat suadara-saudaramu mati karena sifat egoismu. Tuhan memang memberikan
sakit untuk mereka, namun kamu jangan lupa sehat yang diberikan tuhan kepadamu
pertanda kamu harus lebih peduli terhadap orang-orang disekitarmu.
Di hari thalsemia dan peringatan Palang Merah Indonesia
ini, mari berbagi darah dengan mereka para penderita thalasemia, karena
sekantong darahmu sangat berarti bagi mereka