Waspadai Gangguan Jiwa

Kamis, Oktober 09, 2014 0 Comments A+ a-



Kali kedua berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa Aceh merupakan hal yang menarik untuk mempelajari orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Kami berkesempatan untuk mengobservasi pasien yang mengalami gangguan jiwa, supaya bisa memamahami konsep gangguan jiwa. Sebagai calon perawat, kami hendaknya bisa memberikan pelayanan yang baik bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan, termasuk pasien gangguan jiwa.
            Saat pertama berkunjung, saya berkesempatan untuk mengobservasi pasien dengan gangguan halusinasi. Pasien dengan halusinasi itu sering mengalami hal-hal dan kejadian yang sulit kita terima dengan akal sehat. Misalnya mereka sering mendengar suara-suara yang aneh dan melihat sesuatu yang kita sama sekali tidak melihatnya. Mereka mengalami gangguan dan perubahan di sensori presepsinya, sehingga merasakan perasaan palsu baik berupa suara-suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu.
            Orang yang mengalami gangguan jiwa, kebanyakan disebabkan oleh stres yang berkepanjangan. Stres merupakan realitas kehidupan manusia sehari-hari. Ketika seseorang mengalami stres, otak akan berespon untuk menafsirkan dan menerjemahkan perubahan yang terjadi. Stres tersebut akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimulasi saraf simpatis untuk dapat melakukan perubahan, sehingga akan memunculkan gejala perubahan status mental, masalah ingatan, perubahan pola kepribadian serta halusinasi. Jika stres sering terjadi maka seseorang akan sering mengalami perubahan mental dan sensori pula, yang lama kelamaan bisa berakibat ke gangguan jiwa.
            Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sering mengalami stres. Perasaan yang tidak nyaman akibat dari stres tersebut memotivasi kita untuk melakukan seseuatu untuk menghilangkan stres tersebut. Hal ini dinamakan koping atau pertahanan diri untuk merespon stres tersebut. Setiap individu mempunyai koping sendiri untuk menghadapi stresnya, ada yang positif ada pula yang negatif. Koping yang negatif inilah yang bisa mengarah ke gangguan. Biasanya orang yang mempunayi koping negatif, dalam mengatasi masalahnya lebih cendrung ke prilaku yang negatif. Misalnya mencari kesenangan sesaat seperti mengkonsumsi narkoba, marah yang berlebihan, menyendiri, dan memendam masalah yang sedang dihadapinya.
Bagian Dari Ganggaun Jiwa
            Gangguan jiwa ini terdiri dari beberapa bagian kategori. Tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa mempunyai tanda dan gejala yang sama. Gangguan tersebut disesuaikan dengan masalah yang menyebabkannya menjadi gangguan jiwa. Disini saya akan menulis beberapa gangguan jiwa secara garis besarnya.  Gangguan jiwa yang pertama di sebut dengan Halusinasi. Seperti yang telah saya jelaskan di atas, mereka mengalami masalah perubahan sensori prespsi yang mengakibatkan sensasi palsu pada alat indranya. Orang yang mengalami halusinasi mengalami perbahan kondisi fisik seperti kelelahan yan luar biasa, demam tinggi, penurunan kesadaran dan kesulitan tidur.
            Kedua ialah Waham atau disebut juga dengan keyakinanan yang salah. Orang yang mengalami waham akan mempertahankan pendapat dan keyakinannya yang tidak sesuai dengan kenyataan, mereka telah kehilangan kontrol. Waham ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu waham kebesaran, curiga, agama, somatik dan nihilistik. Di kunjungan kedua, saya dan teman-teman lainya berkesempatan mengkaji beberapa pasien yang mengalami waham. Mereka menceritakan hal-hal yang sangat tidak sesuai dengan kenyataan, seperti; “Saya saudaranya Rektor Unsyiah dan Gubernur Aceh”, “Saya seorang ratu dan mempunyai mahkota yang besar”  (waham kebesaran), “Mereka akan membunuh saya” (waham curiga), “tangan saya ini bisa menyembuhkan orang sakit” (waham somatik). Untuk waham agama biasanya mereka mengatakan  bahwa mereka seorang nabi ataupun tuhan, dan waham nihilistik mereka beranggapan bahwa dirinya sudah meninggal, tubuh dia sekarang merupakan arwahnya. Begitulah orang-orang yang mengalami waham, mereka tidak mampu lagi menyesuaikan diri ke dalam kenyataan hidup yang sebenarnya.
            Ketiga ialah Perilaku Kekerasan. Gangguan ini memiliki kecendrungan untuk melukai atau mencedrai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Dari beberapa gangguan jiwa, gangguan perilaku kekerasanlah yang harus sangat  diwaspadai. Karena dia tidak segan-segan untuk melukai orang lain. Salah satu penyebabnya ialah pernah mengalami trauma prilaku kekerasan sebelumnya, dan emosi yang tidak dapat terkontrol. Tanda dan gejala yang ditunjukannya ialah muka merah dan tegang, postur tubuh kaku, bicaranya kasar dan keras, memukul dan melempar benda atau orang lain, menarik diri, serta mudah tersinggung.
            Keempat ialah Resiko Bunuh Diri. Pikiran bunuh diri biasanya terjadi pada individu yang mengalami gangguan mood, terutama depresi. Keinginan bunuh diri muncul karena ketidakmampuan individu mengatasi masalahnya. Penyebab yang paling sering ialah pengangguran dan kehilangan. Terkadang orang yang mengalami gangguan ini, mereka sering memberikan isyarat sebelum melakukan niat bunuh dirinya. Seperti; “saya tidak akan mengganggu hidupmu lagi” atau “tolong jaga anak saya baik-baik karena saya mau pergi jauh”. Orang-orang seperti ini harus selalu dijaga dan ditemani untuk mencegah mereka melakukan bunuh diri.
            Kelima ialah Defisit Perawatan Diri. Orang yang mengalami gangguan ini akan mengalami ketidakmampuan merawat dirinya seperti mandi, berpakaian, makan, dan toileting. Mereka akan terlihat kumal dan kotor karena tidak adanya motivasi untuk merawat dan membersihkan dirinya. Proses terjadinya disebabkan oleh perubahan proses fikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Orang-orang seperti ini bisa kita bantu dengan cara menjelaskan kembali tentang pentingnya melakukan perawatan diri dan ikut serta untuk membantunya melakukan perawatan seperti menyediakan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
Mekanisme Koping
            Setiap individu pasti pernah mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya. Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan stres tersebut merupakan bagian dari koping. Berbeda orang berbeda pula cara mengahadapi masalah. Sebagian orang akan memendam masalah yang sedang dihadapinya, dan ada juga yang mengungkapkan kepada orang lain terhadap masalah yang sedang di alaminya. Untuk mengatasi stres hendaknya kita memilih koping yang baik supaya stres tersebut tidak akan mengarah ke gangguan jiwa.
            Ada tiga jenis mekanisme koping yang utama. Pertama mekanisme koping yang berfokus pada masalah, yaitu memecahkan  masalah yang sedang dihadapi dengan meminta saran kepada orang lain. Pemecahan masalah ini digunakan sebagai cara untuk menghindari tekanan atau beban psikologis akibat adanya stresor yang masuk dalam diri seseorang. Kedua mekanisme koping yang berfokus pada kognitif (pengetahuan), yaitu seseorang berusaha untuk memaknai masalah yang dihadapi dan berpandangan positif terhadap masalahnya. Ketiga mekanisme koping berfokus pada emosi, yaitu mengutamakan egonya dalam mengatasi masalah seperti menyangkal, menyalahkan orang lain, dan menghindari masalah. Cara ini merupakan cara yang kurang baik untuk menyelesaikan sebuah permasalahan karena masalah akan tetap ada walaupun egonya telah dikemukakan.
            Semua orang butuh koping untuk menyelesaikan masalahnya, maka pilihlah koping yang efektif yang dapat mengembalikan seseorang ke keadaan sehat. Karena bila stres berlanjut maka akan besar kecendrungan seseorang mengalami gangguan jiwa. 

Artikel ini pernah terbit di Serambi Indonesia Edisi 2 Maret 2013