Waspadai Gangguan Jiwa
Kali kedua berkunjung
ke Rumah Sakit Jiwa Aceh merupakan hal yang menarik untuk mempelajari
orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Kami berkesempatan untuk
mengobservasi pasien yang mengalami gangguan jiwa, supaya bisa memamahami
konsep gangguan jiwa. Sebagai calon perawat, kami hendaknya bisa memberikan
pelayanan yang baik bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan, termasuk pasien
gangguan jiwa.
Saat pertama berkunjung, saya berkesempatan untuk
mengobservasi pasien dengan gangguan halusinasi. Pasien dengan halusinasi itu
sering mengalami hal-hal dan kejadian yang sulit kita terima dengan akal sehat.
Misalnya mereka sering mendengar suara-suara yang aneh dan melihat sesuatu yang
kita sama sekali tidak melihatnya. Mereka mengalami gangguan dan perubahan di
sensori presepsinya, sehingga merasakan perasaan palsu baik berupa suara-suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu.
Orang yang mengalami gangguan jiwa, kebanyakan disebabkan
oleh stres yang berkepanjangan. Stres merupakan realitas kehidupan manusia
sehari-hari. Ketika seseorang mengalami stres, otak akan berespon untuk
menafsirkan dan menerjemahkan perubahan yang terjadi. Stres tersebut akan
menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimulasi saraf simpatis untuk dapat melakukan
perubahan, sehingga akan memunculkan gejala perubahan status mental, masalah
ingatan, perubahan pola kepribadian serta halusinasi. Jika stres sering terjadi
maka seseorang akan sering mengalami perubahan mental dan sensori pula, yang
lama kelamaan bisa berakibat ke gangguan jiwa.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sering mengalami stres.
Perasaan yang tidak nyaman akibat dari stres tersebut memotivasi kita untuk
melakukan seseuatu untuk menghilangkan stres tersebut. Hal ini dinamakan koping
atau pertahanan diri untuk merespon stres tersebut. Setiap individu mempunyai
koping sendiri untuk menghadapi stresnya, ada yang positif ada pula yang
negatif. Koping yang negatif inilah yang bisa mengarah ke gangguan. Biasanya
orang yang mempunayi koping negatif, dalam mengatasi masalahnya lebih cendrung
ke prilaku yang negatif. Misalnya mencari kesenangan sesaat seperti
mengkonsumsi narkoba, marah yang berlebihan, menyendiri, dan memendam masalah
yang sedang dihadapinya.
Bagian
Dari Ganggaun Jiwa
Gangguan jiwa ini terdiri dari beberapa bagian kategori.
Tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa mempunyai tanda dan gejala yang
sama. Gangguan tersebut disesuaikan dengan masalah yang menyebabkannya menjadi
gangguan jiwa. Disini saya akan menulis beberapa gangguan jiwa secara garis
besarnya. Gangguan jiwa yang pertama di sebut dengan Halusinasi.
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, mereka mengalami masalah perubahan
sensori prespsi yang mengakibatkan sensasi palsu pada alat indranya. Orang yang
mengalami halusinasi mengalami perbahan kondisi fisik seperti kelelahan yan
luar biasa, demam tinggi, penurunan kesadaran dan kesulitan tidur.
Kedua ialah Waham
atau disebut juga dengan keyakinanan yang salah. Orang yang mengalami waham
akan mempertahankan pendapat dan keyakinannya yang tidak sesuai dengan
kenyataan, mereka telah kehilangan kontrol. Waham ini terdiri dari beberapa
jenis, yaitu waham kebesaran, curiga, agama, somatik dan nihilistik. Di
kunjungan kedua, saya dan teman-teman lainya berkesempatan mengkaji beberapa
pasien yang mengalami waham. Mereka menceritakan hal-hal yang sangat tidak
sesuai dengan kenyataan, seperti; “Saya saudaranya Rektor Unsyiah dan Gubernur
Aceh”, “Saya seorang ratu dan mempunyai mahkota yang besar” (waham kebesaran), “Mereka akan membunuh
saya” (waham curiga), “tangan saya ini bisa menyembuhkan orang sakit” (waham
somatik). Untuk waham agama biasanya mereka mengatakan bahwa mereka seorang nabi ataupun tuhan, dan
waham nihilistik mereka beranggapan bahwa dirinya sudah meninggal, tubuh dia
sekarang merupakan arwahnya. Begitulah orang-orang yang mengalami waham, mereka
tidak mampu lagi menyesuaikan diri ke dalam kenyataan hidup yang sebenarnya.
Ketiga ialah
Perilaku Kekerasan. Gangguan ini
memiliki kecendrungan untuk melukai atau mencedrai diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan sekitarnya. Dari beberapa gangguan jiwa, gangguan perilaku
kekerasanlah yang harus sangat
diwaspadai. Karena dia tidak segan-segan untuk melukai orang lain. Salah
satu penyebabnya ialah pernah mengalami trauma prilaku kekerasan sebelumnya,
dan emosi yang tidak dapat terkontrol. Tanda dan gejala yang ditunjukannya
ialah muka merah dan tegang, postur tubuh kaku, bicaranya kasar dan keras,
memukul dan melempar benda atau orang lain, menarik diri, serta mudah
tersinggung.
Keempat ialah
Resiko Bunuh Diri. Pikiran bunuh diri biasanya terjadi pada individu yang
mengalami gangguan mood, terutama depresi. Keinginan bunuh diri muncul karena
ketidakmampuan individu mengatasi masalahnya. Penyebab yang paling sering ialah
pengangguran dan kehilangan. Terkadang orang yang mengalami gangguan ini,
mereka sering memberikan isyarat sebelum melakukan niat bunuh dirinya. Seperti;
“saya tidak akan mengganggu hidupmu lagi” atau “tolong jaga anak saya baik-baik
karena saya mau pergi jauh”. Orang-orang seperti ini harus selalu dijaga dan
ditemani untuk mencegah mereka melakukan bunuh diri.
Kelima ialah
Defisit Perawatan Diri. Orang yang mengalami gangguan ini akan mengalami
ketidakmampuan merawat dirinya seperti mandi, berpakaian, makan, dan toileting.
Mereka akan terlihat kumal dan kotor karena tidak adanya motivasi untuk merawat
dan membersihkan dirinya. Proses terjadinya disebabkan oleh perubahan
proses fikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Orang-orang seperti ini bisa kita bantu dengan cara menjelaskan
kembali tentang pentingnya melakukan perawatan diri dan ikut serta untuk
membantunya melakukan perawatan seperti menyediakan alat-alat untuk menjaga
kebersihan diri.
Mekanisme
Koping
Setiap individu pasti pernah mengalami stres dan mencoba
untuk mengatasinya. Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan stres tersebut
merupakan bagian dari koping. Berbeda orang berbeda pula cara mengahadapi
masalah. Sebagian orang akan memendam masalah yang sedang dihadapinya, dan ada
juga yang mengungkapkan kepada orang lain terhadap masalah yang sedang di
alaminya. Untuk mengatasi stres hendaknya kita memilih koping yang baik supaya
stres tersebut tidak akan mengarah ke gangguan jiwa.
Ada tiga jenis mekanisme koping yang utama. Pertama mekanisme koping yang berfokus
pada masalah, yaitu memecahkan masalah
yang sedang dihadapi dengan meminta saran kepada orang lain. Pemecahan masalah
ini digunakan sebagai cara untuk menghindari tekanan atau beban psikologis
akibat adanya stresor yang masuk dalam diri seseorang. Kedua mekanisme koping yang berfokus pada
kognitif (pengetahuan), yaitu seseorang berusaha untuk memaknai masalah yang
dihadapi dan berpandangan positif terhadap masalahnya. Ketiga mekanisme koping berfokus pada emosi, yaitu mengutamakan
egonya dalam mengatasi masalah seperti menyangkal, menyalahkan orang lain, dan menghindari
masalah. Cara ini merupakan cara yang kurang baik untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan karena masalah akan tetap ada walaupun egonya telah dikemukakan.
Semua orang butuh koping untuk menyelesaikan masalahnya,
maka pilihlah koping yang efektif yang dapat mengembalikan seseorang ke keadaan
sehat. Karena bila stres berlanjut maka akan besar kecendrungan seseorang
mengalami gangguan jiwa.
Artikel ini pernah terbit di Serambi Indonesia Edisi 2 Maret 2013