Kemana Kau Pulang “ABANG”?
“Sepertinya aku mengenali wajah itu” bentuk wajah yang agak
sedikit lonjong dengan kumis tipis dan potongan rambut cepak ala tentara. Dia
menggunakan pakaian seragam yang tak asing bagiku. Aku mencoba mengingat-ingatnya
sambil memperlambat laju sepeda motor (Sepor). Lalu aku berhenti dan melihat
kebelakang untuk memastikan orang yang baru saja ku lihat.
Dia berlari tanpa menggunakan alas kaki, keringat
dikeningnya bercucuran dan membasahi seluruh wajahnya. Aku kembali menguras
ingatanku, siapakah lelaki itu? Tiba-tiba dari arah belakang, sebuah sepor
mengejutkan lamunanku. “Hei.., ngapain disini” tanya seorang laki-laki yang
mengendarai Sepor tersebut. Rupanya teman sekolahku sebut saja namanya Tuan S,
yang dari tadi memerhatikan ku. “Lihat apa sih..,?” sambil menoleh kebelakang.
Tapi aku hanya diam dan terus melihat laki-laki yang berseragam hijau tua itu
berlari mendekati ku.
“ Abang mau kemana?” sapaku pada lelaki yang berjalan kaki itu. “Abang mau pulang buk” sambil terus berlari,
tanpa menghiraukan pertanyaan ku yang ke dua. “ Hei.., bang, pulang kemana?
“Siapa sih dia...? tanya temanku. yayayaya..., nggak salah
lagi, aku baru ingat. Dia pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ), minggu lalu sempat
menjadi pasien salah seorang temanku. Ayo kita ikuti dia.
“hahahahha..., mau ikuitin kemana?” Lho.., koq ketawa?,
gimana ni?, apa yang harus aku lakuin?, dia pasti kabur tu”. Aku mulai panik, dan mencari sesuatu dalam tas
ku”.
“Coba telpon temanmu,
atau pihak rumah sakit jiwa”.
“Aduh.., hp ku nggak
da pulsa ni, ada pulsa nggak?, pinjam HP mu bentar lah”
“Nggak ada. aku pergi dulu ya., buru-buru nie!
cie ile..., koq malah pergi., bantuin keq..,
‘sorry bro..,gw da keperluan lain ne!
“gaya mu..., alahai agamnyo., bilang ja kamu takut”
Sungguh membingungkan dengan situasi seperti ini. Ada dua
pilihan, pertama pulang tanpa memperdulikan si Abang. Atau ikutin si Abang
kemana dia pergi sampai ada jemputan dari pihak rumah sakit. Ya sudahlah.., aku
ikutin aja. Karena aku teringat salah satu pesan dari dosenku, “pasien RSJ
sering kabur, jadi kalau kalian lihat di jalanan mohon lapor pihak RSJ”. “Mungkin
ini lah tugasku, aku harus ikutin dia”.
Aku kenal dengannya saat praktek di RSJ, waktu itu aku
sempat ngobrol dengannya. Dia diagnosa “Waham Kebesaran” salah satu gangguan
jiwa yang paling sering terjadi. Waham adalah keyakianan yang salah terhadap
suatu hal yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Saya : “Namanya siapa bang?
Abang : Muhammad bla bla bla bla bla.,” tapi panggil saja
saya Abang”
Saya : “eits panjang kali., koq panggilnya Abang?”
Abang : Biar enak panggilnya bu
Saya : Kerjanya dimana..?
Abang : O.., abang kerjanya di 5 negara, perusahaan abang
banyak buk, dikantor
abang
biasa di panggil “Abang”,
Saya : Umurnya berapa bang?
Abang : Kalau di kantor umur abang 22 tahun, tapi kalau di
rumah umur abang 35
tahun.
Tiba-tiba.., dia mengangkat telpon, dengan tangannya sebagai
telpon., katanya sih telpon dari kantor. Hahahaha.., benar-benar deh gilanya ni
orang kataku dalam hati.
Tapi saya memakluminya karena orang yang mengalami gangguan
jiwa sulit utuk membedakan kenyataan dengan halusinasi atau khayalannya.
*****
Aku mengikutinya dari belakang, dia terus berlari tanpa ada
rasa lelah ditubuhnya. Aku mencoba mengirim SMS ke dosen yang ku kenal, namun
nihil. Pesan tersebut tidak ada balasan. Aku terus membuntutinya dari belakang.
Aku mengisi pulsa HP supaya bisa berkomunikasi dengan dosenku. Panggilan
telponpun beberapa kali tidak ada jawaban.
Aku semakin bingung, apa mestinya ku lakukan? kemudian aku
mencoba menelpon temanku dan meminta bantuannya, tapi api jauh dari panggang,
begitulah istilahnya.., hahaha..., kemudian aku menelpon dosen lain, untungnya
dia mengangkatnya.
“Buk, saya ada lihat pasien RSJ, di jalan .... kayaknya dia
kabur”
“ coba kamu telpon pihak rumah sakit”
“nggak da no nya bu”
“gimana ya., ibu juga nggak da, atau kalau kamu berani coba
ikuti dia kemana perginya, nanti lapor ke ibu, biar kita lapor ke RSJ, kalau
dia pulang ke rumahnya nggak apa-apa. Takutnya nanti dia buat onar di tempat
lain”.
Atas saran dosenku, aku terus membututinya dari belakang.
Sesekali pandangan orang-orang tertuju padanya, karena merasa aneh dengan
penampilannya yang tidak terurus dan berlari tanpa alas kaki.
Aku terus mengontek dosenku untuk mencari solusi terbaik.
Aku bagaikan Spy/ mata-mata yang sedang memecahkan kasus, seperti film-film
gitu lho., hahaha.
Kemudian aku menghampiri si Abang
“abang mau keman?”
“saya mau pulang ke rumah, ibu mau ikut?”
“Abang dari RS kan, ayo kita balik, nanti ibu-ibu disana
cariin Abang”
“nggak mau, abang mau pulang, pulang, pulang....” sambil
berlari meninggalkan ku.
Aku mencoba bertanya kepada para pemuda yang berada di jalanan
tersebut.
“ Maaf bang, kenal sama laki-laki yang menggunakan baju
hijau itu?”
“nggak.., emang
kenapa dek?”
“dia salah satu pasien di RSJ, kayaknya dia kabur, abang
bisa hentikan dia nggak biar nanti pihak RSJ jemput dia disini”.
“aduh dek.., kami nggak berani,,, atut abang dek”
alahai..., kiban abang nyoe.., itu ja takut.
Aku terus mengikutinya dari belakang hingga akhirnya dia
memasuki sebuah rumah besar. lho..lho.., dia masuk ke rumah siapa tu? tanyaku
dalam hati. Lalu aku bertnaya ke salah seorang anak yang berada di depan rumah
tersebut. “Adek kenal laki-laki yang masuk ke rumah itu?” “nggak kak, dia
saudara Mama”.
Saat menemui keluarganya, aku mendapat sambutan yang kurang
menyenangkan karena dipikir aku ingin melakukan pengkajian pada si Abang. Tapi
yang buat aku ketawa ialah.,, si Abang tau bahwa aku mengikutinya sampai ke
rumah dan dia mempersilahkan duduk dan mengucapkan terimkasaih kepada ku karena
telah mengantarnya pulang sampai ke rumah. Hahahaha pengalaman yang menegangkan
sekaligus menyenangkan membuntuti pasien jiwa. Semoga kau cepat pulang
selamanya ke rumah Abang..,!