Memanusiakan Mahasiswa

Rabu, September 03, 2014 0 Comments A+ a-


Mungkin sedikit aneh dengan judul artikel ini, kenapa harus memanusiakan mahasiswa? bukankah sebelumnya memang sudah menjadi manusia? Kita sering mendengar bahwa ilmu atau pendidiikan dapat memanusiakan manusia. Artinya dengan ilmu dan pendidikan seseorang dapat diakui keberadaannya dan tentunya bermanfaat bagi banyak orang. Salah satu tempat untuk mendapatkan ilmu tersebut ialah di sekolah dan pada tingkat yang lebih tinggi di perguruan tinggi atau universitas.
Namun anehnya dunia pendidikan kita khususnya di Indonesia ada sebuah tradisi yang harus dilewati oleh para siswa atau mahasiswa baru yang akan masuk ke dunia pendidikan. Apalagi kalau bukan Orentasi Studi dan Pengenalan Kampus atau yang biasa disingkat dengan OSPEK. Kegiatan ini tentunya sangat membantu para pelajar untuk mengenal tempat pendidikan mereka. Sayangnya kegiatan ini sering melenceng dari apa yang menjadi tujuan dari OSPEK, sehingga kegiatan ini harusnya bersifat positif tapi beralih ke arah negatif yang banyak merugikan para pelajar.
Kegiatan OSPEK berubah fungsi ke ajang perpolocoaan dan lucu-lucuan bagi para senior, dan tak jarang hal ini berujung pada penganiayaan. Hal ini tidak saja terjadi di tingkat sekolah, tapi sampai ke tingkat universitas atau perguruan tinggi. Harusnya sebagai seorang mahasiswa tidak perlu lagi menggunakan tradisi lama untuk menyambut rekan barunya, karena perguruaan tinggi adalah wadah untuk memanusiakan manusia, bukan untuk menjadikan mahasiswa baru sebagai ajang perpeloncoaan yang menghilangkan atau menjatuhkan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Berubah Fungsi
OSPEK merupakan kegiatan untuk memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru yang melibatkan unsur pimpinan universitas, fakultas, mahasiswa dan unsur-unsur lainnya yang terkait. Fungsinya untuk memberikan pemahaman tentang aturan yang berlaku dikampus, sebagai komunikasi antara civitas akademika dan pegawai administrasi kampus serta untuk pengembangan intelektual, bakat, minat dan kepemimpinan bagi mahasiswa.
Akan Tetapi dalam pelaksanaannya banyak berubah fungsi dari apa yang diharapkan. OSPEK menjadi suatu yang menakutkan bagi mahasiwa baru, karena terdapat unsus-unsur yang kurang menyenangkan dalam pelaksanaannya. Masih ingat kasus-kasus penganiayaan di OSPEK yang berujung pada perenggutan korban jiwa? salah satunya kejadian tahun lalu yang terjadi di Institut Teknologi Malang (ITN) yang mengakibatkan seorang mahasiswa baru meninggal dunia.
Selain itu masih banyak kasus-kasus lain yang menambah kelam dunia pendidikan akibat OSPEK atau apapun namanya, yang menyebabkan traumatik bagi mahasiswa baru. Sehingga beberapa universitas telah menghapuskan kegiatan ini, walaupun sebenarnya ada juga yang melaksanakannya di luar tanggung jawab rektorat universitas dengan cara membawa mahasiswa baru ke suatu tempat yang jauh dari perkampusan.
Kegiatan OSPEK seperti sebuah pisau bermata dua, bermanfaat jika dilaksanakan sesuai aturan, namun berdampak buruk jika salah penggunaanya. OSPEK yang sering kali kita lihat dan saya sendiri pernah merasakannya lebih ke arah negatif dan kemubaziran.  Syarat-syarat mengikuti OSPEK terkadang tidak lazim, diharuskan menggunakan atribut seperti pakaian putih hitam, topi bundar, kalung permen, kompeng bayi dan sejenisnya yang tidak ada hubungannya dengan atribut kampus. Tentunya hal ini membutuhkan biaya yang seharusnya biaya tersebut dapat digunakan untuk membeli buku atau keperluan perkuliahan.
Saat pelaksanaanya pun terkadang mengabaikan nilai kemanusiaan dan lebih cendrung kearah penindasan. Dibentak, dicaci, dimaki dan diperlakukan tidak manusiawi itu lah yang di dapat mahasiswa baru tersebut yang katanya untuk membentuk jiwa kedisiplinan dan mental mereka. Namun kenyataanya setelah OSPEK, masih banyak juga mahasiswa yang datang terlambat keperkuliahan dan tidak mengikuti aturan kampus. Inikah yang namanya pembentukan mental dan karakter disiplin?

Cara Baru
Inilah saatnya kita mencari cara baru untuk mengubah tradisi lama yang sama sekali tidak mendatangkan manfaat. Mungkin cara OSPEK selama ini menjadi sebuah kenangan manis setelah diterima menjadi bagian dari mahasiswa, namun dibalik itu pasti ada rasa benci dan dendam sehingga terjadilah siklus balas dendam untuk melakukan tindakan yang sama ke generasi di bawah mereka. Bagaimana bisa memanusiakan mahasiswa jika masih ada unsur kekuasaan dan penindasan masih ditradisikan?
Mungkin kita perlu melirik bentuk OSPEK yang dilakukan oleh negara lain, Australia misalnya. Mereka menyebutnya dengan “o week” atau disebut juga pekan orentasi. Kegiatannya lebih terfokus pada kegiatan yang mendukung perkuliahan seperti cara menulis essai, makalah, menjadi anggota perpustakaan, mendapatkan bacaan dan referensi bahan perkuliahan serta memperkenalkan kegiatan esktrakurikeler lewat stand-stand yang mereka dirikan di masing-masing cabangnya.
OSPEK di luar negri tidak memakai kekerasan dan tidak diharuskan memakai atribut yang aneh-aneh seperti di Indonesia. Para mahasiswanya diperlakukan secara manusiawi dan diterima dengan hormat. Mereka dididik untuk menjadi peimimpin yang baik bukan untuk menjadi penindas bagi yang lemah. Saat mereka diperlakukan dan diterima dengan baik, maka dengan sendirinya mereka akan menghormati para senior yang ada di kampus mereka.
Sekaranglah waktunya para mahasiswa mengubah mind set dan pola pemikiranya tentang pembentukan karakter displin. Bukan menggunakan cara kekerasan seperti ala militer, tapi dengan menghargai harkat dan martabat sebagai manusia dan memfasilitasi mahasiswa baru untuk mendaptkan informasi tentang sekitar kampus. Ketika seorang mahasiswa diperlakukan secara manusiawi, tidak perlu kita meneriakkan kepada mahasiwa tersebut untuk menghormati seniornya, tapi kesadaran dari para jenior itulah muncul dengan sendirinya. Hal inilah yang kita harpakan sehingga tidak ada yag merasa terancam dan tidak ada yang merasa dikecam.