Cara Mudah Menulis Opini
Tulisan ini merupakan bahan materi kelas menulis online, sebagai bonus bagi yang melakukan pre-order periode pertama buku Bukan Catatan Kartini (BCK).
Buku BCK merupakan kumpulan opini Yelli Sustarina yang pernah diterbitkan di media cetak Serambi Indonesia (SI). Di buku ini aku menjelaskan proses dalam membuat sebuah opini dan latar belakang dari setiap opini yang aku tulis.
Aku belajar opini secara otodidak dengan melihat pola-pola penulisan opini yang diterbitkan di halaman SI. Dengan seringnya membaca opini yang diterbitkan SI, aku pun semakin mudah menulis opini sehingga puluhan opiniku diterbitkan di halaman SI.
Di buku BCK, aku hanya menuliskan 27 opini saja dari tahun 2012-2016. Alasanya bisa dibaca di tulisan Proses Lahirnya Buku Catatan Kartini.
Bagaimana cara menulis opini dengan mudah?
Aku belajar menulis opini dengan sering membaca opini orang lain yang dimuat di harian SI. Di sini aku menggunakan rumus amati, tiru, dan modifikasi (ATM).
Bukankah awalnya kita belajar berjalan juga dengan melakukan rumus ATM? Setelah bisa berjalan, tentunya kita mempunyai gaya dan cara sendiri dalam berjalan. Nah, begitu juga dalam menulis opini, kamu harus sering membaca opini orang lain.
Bukankah awalnya kita belajar berjalan juga dengan melakukan rumus ATM? Setelah bisa berjalan, tentunya kita mempunyai gaya dan cara sendiri dalam berjalan. Nah, begitu juga dalam menulis opini, kamu harus sering membaca opini orang lain.
Di buku BCK, ada 27 buah tulisan opiniku yang bisa kamu pelajari polanya. Di situ aku juga membuat catatan mengenai kata atau kalimat yang kurang tepat sehingga diganti oleh editor SI.
Nah, untuk membuat sebuah tulisan opini yang perlu kamu miliki yaitu;
1. Ide
Carilah ide yang akan kamu tulis. Ide bisa didapat dari berbagai hal yang ada di sekeliling kita. Entah itu saat bawa motor, di kamar mandi, jalan-jalan, di waktu salat, sedang santai, sedang membaca buku, dan sebagainya.
Kemudian ide itu dicatat supaya kamu tidak lupa. Sediakan pulpen dan buku kecil yang bisa dibawa-bawa untuk mencatat ide yang kamu temukan. Sebab, ide bisa muncul di mana saja dan kapan pun.
Itu yang biasa aku lakukan dalam membuat opini. Bahkan aku menyediakan lembaran kertas dan pulpen di kamar mandi karena kebanyakan ideku muncul saat di kamar mandi. Tentunya juga harus diperhatikan bila kamar mandinya digunakan secara umum. Beruntung aku mempunyai kamar mandi sendiri, jadi lebih leluasa menggunakannya.
Catat ide yang kamu dapat |
Itu yang biasa aku lakukan dalam membuat opini. Bahkan aku menyediakan lembaran kertas dan pulpen di kamar mandi karena kebanyakan ideku muncul saat di kamar mandi. Tentunya juga harus diperhatikan bila kamar mandinya digunakan secara umum. Beruntung aku mempunyai kamar mandi sendiri, jadi lebih leluasa menggunakannya.
Kemudian ide yang kamu dapatkan itu dipilah untuk dijadikan sebuah topik yang akan diulas lebih lanjut.
2. Lihat fenomena di sekeliling
Kaitkan ide yang didapat dengan fenomena atau kejadian yang sedang hits saat itu. Kamu harus bisa menarasikan fenomena di sekelilingmu dengan topik yang akan kamu bahas.
Cotohnya dalam salah satu artikelku yang judulnya Demam Batu Giok. Waktu itu tahun 2015 sedang hitsnya penggunaan batu giok untuk dijadikan cincin, bahkan menjadi tren yang harus diikuti semua orang.
Ide tulisan ini muncul ketika seorang pasien yang aku rawat meminta selang dan botol infus untuk dibawa pulang setelah dia sembuh. Ketika aku membuka infusnya, dia memohon kepadaku agar selang dan infus itu diberikan kepadanya sebagai peralatan untuk mengasah batu giok. Sontak aku terkejut, sebab dalam keadaan sakit begitu masih sempatnya ia memikirkan giok-gioknya.
Makanya muncullah tulisan Demam Batu Giok. Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjutnya mengenai tulisan ini, silakan dibaca di buku BCK.
3. Cari informasi tambahan
Untuk memperluas topik yang akan dibahas hendaknya kamu mencari informasi tambahan yang didapat dari internet, buku bacaan, bertanya kepada seseorang, dan merunutkan beberapa kejadian yang kita alami.
4. Tulis apa yang dipikirkan
Tulislah seperti orang yang sedang curhat terkait ide, topik, dan fenomena yang ditemukan. Jangan hiraukan dulu tentang tata bahasa atau penempatan kalimat yang tepat karena setelah itu ada proses editing.
Jadi, intinya tuangkan dulu apa yang menjadi pemikiran kita terkait ide yang didapat, kemudian dijadikan topik, hubungkan dengan fenomena atau kejadian yang sedang terjadi dan tambahkan informasi yang berhubungan dengan topik tersebut. Terakhir tambahkan solusi untuk opini yang kamu tulis.
Itulah empat hal yang aku lakukan saat menulis opini. Seperti tulisan pertamaku yang berjudul Kesaksian Derita Pelestina. Tulisan ini dibuat dalam waktu semalam, sepulangnya dari konser amal untuk takyat Palestina yang dibuat oleh Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang menghadirkan Wali Kota Banda Aceh dan musisi Aceh Rafly Kande.
Begitu juga dengan opiniku yang lain seperti Pengukuhan Wali VS Jeritan Rakyat, Kartini Masa Kini, Air dan Kampanye Pemilu, idenya didapat dari melihat fenomena yang ada di sekelilingku.
Nah, di buku BCK ini, aku menjelaskan atau persatu bagaimana proses ide itu muncul sehingga menjadi sebuah tulisan opini yang siap dikirimkan ke media massa.
Cara Mudah menulis Opini Part I
Bagaimana opini bisa terbit di media massa?
Untuk materi ini, aku sudah pernah menuliskan sebelumnya di tulisanku yang berjudul Tips Menulis Opini Tembus Media Massa.
Tips ini aku dapatkan langsung dari Redaktur Harian SI, yaitu Yarmen Dinamika. Berikut penjelasnnya bisa dibaca di sini.
Bagaimana? Bisa dipahami cara mudahku dalam menulis opini? Jika kamu ada pertanyaan, bisa menghubungiku melalui akun media sosial atau email dan nomor WhatsAppku.
Bagi yang mengikuti kelas menulis online periode pertama, bisa langsung tanyakan ke moderator yang akan kita disksuikan nanti di grup WhatsApp. Sampai jumpa di kelas menulis online ya.
Cara Mudah Menulis Opini Part II
Perlu diingat, tidak dimuatnya tulisanmu bukan karena tulisanmu jelek. Namun, karena kamu kurang usaha dan belajar. Jangan menyerah ketika tulisanmu ditolak karena penolakan bukanlah suatu kegagalan, tapi sebuah pengalaman yang membuat kita lebih baik dari sebelumnya.
Tidak perlu malu dan bersedih hati ketika tulisanmu ditolak. Sebab penolakan itu tidak akan melukai dirimu, ia justru akan memperkuatmu sehingga kamu pantas untuk diterima dan mendapatkannya.
34 comments
Write commentsIm happy too membuat opini, biasanya melalui medsos seperti caption di IG atau fb hehe
ReplyWah, mantap mba.Terus berkarya 😁
ReplyWaaaah, pengalaman mbak Yelli dalam menuliskan opini nggak perlu diragukan ya, sudah banyak pengalaman. Eh, pas baca ini dishare juga kiat2nya, asiiiik.
ReplyYups, makasih mba. Ntar kita tulis kiat2nya di tulisan berikutnya.😁
ReplyIyap bner bngt menulis opini dengan sering membaca opini orang lain. Atau menggunakan rumus amati, tiru, dan modifikasi ..
ReplyHehehe,rumus ATM cukup manjur ya.
ReplyWah, asyik nih bisa tanya-tanya kalau mau nulis opini. Emang sebuah kebahagiaan tersendiri kalau opini kita bisa tembus media ya, Mbak. Tapi, kadang suka jadi patah semangat kalau pas nggak terbit-terbit hehehe...
ReplyWah, baru tahu nih Kalau Kak Yelli ternyata seorang penulis opini. Aku tuh dulu berlangganan salah satu surat kabar dan sering banget membaca Opini di sana. Menurutku bahasa yang digunakan selalu berisi. Dulu sempat berpikir kalau menulis Opini tuh sepertinya susah. Apalagi saat itu belum mulai menulis.
ReplyWah, sekarang malah berasa dekat banget nih sama jagoan penulis Opini, hihihi ...
Wah selamat mbak, bisa tembus media cetak dan bikin buku
ReplyUdah lama saya pingin nulis utk PR, media cetak Jabar
Tapi ya cuma pingin doang
Menyediakan catatan berupa kertas dan alat tulis juga saya lakukan lho. Karena memang benar, ide sering muncul tidak terduga, dan bisa hilang lupa begitu saja...
ReplyMenulis opini itu menyenangkan ya Kak Yelli.. Kita bebas memberikan opini dari pandangan kita sendiri tetapi perlu juga dilengkapi dg informasi tambahan ya
ReplyHahaha, iya mba. Emang harus berjuang lebihan agar opini kita bisa tembus media massa.
ReplyHehehe, itu aktivitas semasa kuliah. Ada saja ide yang akan ditulis 😁
ReplyHehehe, mungkin bisa dicoba lagi mba.
ReplyMakanya perlu dicatat ya mba. 😁
ReplyYups, benar. Kalau nggak ada informasi tambahan ngaur jadinya karena nggak ada dasar.
ReplyMenulis opini ternyata ada rumusnya Amati, tiru dan modifikasi yah mba. Duh aku ga ngerti banget nih menulis opini. Selama ini cuma nulis caption di medsos. Pun kadang ngerasa ga sesuai. Thanks mba artikelnya bikin aku lebih tahu nih
ReplyIya benar kata mbak menulis itu harus banyak baca buku, selain dapat ilmu dapat wawasan literasi dan perbendaharaan kata jadi banyak😊
ReplyMba Yelli keren, sudah menulis 27 opini di Serambi Indonesia. Hehehe. Berdasarkan pengalaman saya yg beberapa kali juga menulis opini di media cetak dan online, memang yang harus diperhatikan itu adalah kekinian dari opini yang kita tulis. Biasanya kalo kekinian, apalagi ditulis dengan populer, media lebih cepat menjejaknya dan tertarik untuk menerbitkannya. Ide itu bisa lahir di mana saja dan sesungguhnya ide dari opini itu lebih banyak dari sekitar kita, yg dekat dengan kehidupan kita, ada di sekeliling kita. Pendekatan humanis, ditunjang sedikit data sebagai pemanis, dan sudut pandang kita yang kritis akan menghasilkan opini yang menarik.
ReplyKeren, Yelli. Btw, gimana media massa di Aceh sekarang? Masih bertahan kan ya dalam kondisi sekarang?
ReplyInspiratif Kak Yell, daku malah belajar buat menulis opini belum pernah sukses, sepertinya harus belajar lebih fokus lagi biar seperti Kak Yell
ReplyHarus mulai makina rajin belajar menulis lagi nih, kadang suka ilang ide di tengah jalan ini :"
ReplyMasya Allah, keren, Mbak dirimu :)
ReplySaya sudah lama menulis, tapi belum pernah belajar menulis opini apalagi sampai dikirimkan ke media cetak. Saat mencari ide, kita memang harus peka terhadap sekitar, karena ide bisa datang dari mana saja, ya, Mbak. Jadi, pengen coba juga deh kapan-kapan menulis opini...
Wahh sangat bermanfaat ya..
ReplyKebetulan aku lagi pengen bwlajar nulis opini
Iya, bisa dicoba nanti sesekali nulis opini 😁
ReplyKata guruku mba penulis yang hebat ialah pembaca yang lahap. 😁
ReplyYups, benar banget mba. 😁
ReplyMedia online banyak dan tumbuh subur, kalau media cetak kayaknya tinggal Serambi Indonesia lah.😁
ReplyHehehe, teruslah berusaha dan mencoba, nanti pasti bisa 😁
ReplyMakanya dicatat mba, bawa buku catatan ke mana2. 😁
ReplySelamat mencoba mba, semoga berhasil 😁
ReplySangat mba, semoga bisa menghasilkan karya opininya. 😁
ReplyWew, mantap sekali ini panduannya kak. Anyway, aku juga suka banget nulis berbagai jenis tulisan. Dan soal ide, dia nih nakal yak. Suka datang dan pergi. Harus lagsung dieksekusi. atau at least dicatat secara detail.
ReplyYups benar, harus segera diikat dengan catatan.
Reply