Jasa Layout Buku Murah dan Cepat di Banda Aceh

Kamis, Desember 17, 2020 14 Comments A+ a-


Setelah sekian banyak menghasilkan tulisan, tentu kita kepingin dong menghasilkan buku. Walaupun kumpulan dari beberapa tulisan, tapi setelah dijadikan buku, tulisan tersebut terasa hidup kembali. Sebab, tampilannya sudah berbeda dan lebih tertata sehingga enak dibaca. 

Seperti buku Bukan Catatan Kartini yang baru terbit di bulan Agustus 2020 lalu. Buku itu merupakan kumpulan tulisan opiniku yang pernah terbit di harian Serambi Indonesia sejak tahun 2012-2016. 

Awalnya aku selalu menempelkan potongan koran tulisanku yang terbit di harian tersebut, di dinding kamar tidurku. Niatnya sih untuk memotivasi diri agar semakin giat menulis. Namun, kelamaan dinding kamarku penuh dengan tempelan Koran karena sangking banyaknya tulisanku yang terbit. Akhirnya aku menjadikannya dalam bentuk kliping koran yang kemudian direkatkan di kertas HVS. 

Rupanya lama kelamaan kliping tersebut jadi rusak, warnanya berubah. Terlebih saat rumah kontarakanku kebanjiran di bulan April lalu, kliping itu pun ikut terendam. Sedih banget rasanya, tulisan-tulisan yang bertahun-tahun kukumpulkan rusak karena air banjir. Mekipun aku masih memupunyai softcopy tulisan tersebut, tapi jauh lebih mengasyikkan bila kita membacanya dalam bentuk hardcopy. Jadi, aku pun memutuskan untuk membuat buku kumpulan opini tersebut. 

Proses Pembukuan 

Buku Bukan Catatan Kartini sudah sampai ke tangan pembaca

Sebenarnya niat untuk membukukan kumpulan opini itu muncul dua tahun lalu, tapi karena satu dan lain hal akhirya baru bisa terealisasi di tahun 2020. Proses pembukuannya pun melalui perjalanan panjang. 

Pertama, aku mengumpulkan semua opiniku yang pernah terbit di harian Serambi Indonesia (SI) kemudian menyamakan kembali dengan opini mentahnya. Di situ aku mengoreksi kesalahan ejaan dan penulisan yang diubah oleh editor SI. Aku membaca kembali satu persatu opini tersebut dan mencari kesalahannya supaya bisa diperbaiki. 

Selanjutnya aku menuliskan asbabul nuzul atau sebab dan alasan dibuatnya tulisan tersebut. Tujuannya untuk memudahkan para pemula yang ingin menulis opini tentang proses pembuatan sebuah opini. Proses ini aku lalui hampir kurang lebih satu tahun karena aku harus memeriksa kembali satu persatu tulisan opini tersebut dan mencari linknya di website SI. 

Setelah semuanya selesai, aku meminta bantuan editor, yaitu Ferdelyn Hacky untuk melihat lagi tulisan yang akan dijadikan buku tersebut. Proses editing pun berjalan selama kurang lebih tiga bulan. Akhirnya, tiba juga pada proses layouting. 


Proses Layouting 

Untuk mencetak sebuah buku haruslah melalui proses layouting. Sebab, file yang akan dicetak bukanlah dalam bentuk Microsoft word, tapi dalam bentuk corel draw atau pun aplikasi sejenisnya yang diperuntukkan dalam mencetak buku. 

Di sini tugas layouter bukan sekadar memindahkan tulisan dari Microsoft word ke file layoutnya saja. Namun, juga mengatur tata letaknya, ukuran dan jenis hurufnya, serta mempercantik tampilan dengan beberapa desain pemanis sehingga menarik buku tersebut untuk dibaca. 

Proses layouting buku Baukan Catatan Kartini

Untungnya aku mengenal seorang layouter yang mengerti dan paham dengan keinginanku. Namanya Ayu ‘Ulya, teman sekaligus patner kerjaku. Sebelumnya sudah banyak buku yang dilayout olehnya, termasuk buku antologi Profil Anjungan 23 Kabupaten/Kota Se-Aceh. 

Jadi, tidak perlu diragukan lagi kualitas layoutnya. Enaknya kalau layout sama Kak Ayu, kita bisa fleksibel berkonsultasi terkait tampilan layout sesuai yang kita inginkan. 

Untuk masalah harga, tentunya sangat terjangkau. Apalagi bagi penulis pemula seperti aku ini. Kamu bisa mendiskusikannya langsung dengannya melalui email; ayuulya90@gmail.com atau pesan Whats App; 0823 6776 2460. 

Sebenarnya sih, kita bisa saja menggunakan layouter penerbit. Namun, nunggu antriannya itu lo, lama banget. Sebab, penerbit juga banyak menghandel buku lainnya bukan buku kita saja. Jadi, kalau mau bukunya diterbitkan lebih cepat, ya menggunakan jasa layouter luar. 

Jasa layout buku murah dan cepat di Banda Aceh sejauh pengalamanku, ya ke Kak Ayu. Aku pun sudah dua kali menggunakan jasanya, pertama buku Strategi Peduli dan Penuh Cinta (Peci) di Paud Kiddy buku Ida Yanti yang saat itu aku yang menjadi editotornya dan kedua buku kumpulan opiniku yang berjudul Bukan Catatan Kartini. 

Buku-buku hasil layout Ayu 'Ulya
Nah, jadi bagi kamu yang mau membuat buku atau kepingin buat buku, bisa minta bantu kak Ayu untuk layout bukunya. Insyaalah sesuai dengan apa yang diharapkan.

Belajar dari Pengalaman Terburuk, Kita Bersama Melangkah Lebih Baik

Selasa, Desember 08, 2020 21 Comments A+ a-



Akumulasi kesedihan dan kemarahan memuncak di dalam jiwa, saat aku mengetahui mobil ayahku terpaksa dijual demi melunasi kredit di bank. Padahal mobil itu adalah sumber mata pencaharian ayahku satu-satunya. Terjualnya mobil itu berarti hilanglah pekerjaan ayahku. Ia akhirnya pensiun dini setelah berpuluh-puluh tahun berprofesi sebagai sopir angkutan umum. 

Resah menggelantung dalam benakku. Sebab, ada kredit di bank lain yang juga sudah menunggak pembayarannya. Sedangkan kami terjepit dalam situasi yang sangat sulit, di mana saat itu usaha orang tuaku kolaps dan kami terus didesak untuk membayar utang tersebut. Bagaimana mungkin orang tuaku bisa membayarnya dalam situasi yang penuh tekanan seperti itu? 

Untuk sekadar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja susah, apalagi untuk membayar utang. Terlebih usia yang tak muda lagi membuat ayahku kesulitan mencari pekerjaan. Sedangkan ibu, berusaha semampu mungkin membuka jasa jahitan dan berjualan pisang goreng di depan rumah demi tetap mengepulnya asap dapur. 

Akhirnya terpaksa tanggung jawab itu kuletakkan dipundakku. Padahal saat itu, aku belum mempunyai pekerjaan tetap yang bisa menggajiku. Hanya dengan menulislah kadang aku mendapatkan pemasukan, entah itu hadiah menang lomba menulis, honor tulisan di media, atau pun reward yang kudapat dari menulis di steemit. Namun, aku berani lebih baik dengan menjadi penjamin dari semua utang orang tuaku. 

Ilustrasi; utang menumpuk

Hal pertama yang aku lakukan ialah mendata berapa jumlah utang orang tuaku di bank. Kemudian memprioritaskan kredit mana yang harus dilunasi terlebih dahulu. Setelah mengetahui jumlahnya, aku meminta tenggat waktu untuk bisa melunasi semuanya. Memang terlihat mustahil aku melunasinya degan kondisiku saat itu. Namun, aku yakin Allah swt pasti tunjukkan jalan bagi orang yang mau berusaha. 

Beruntung aku mempunyai teman-teman yang begitu loyal padaku. Ketika mereka mengetahui kondisi orang tuaku saat itu, mereka membantu semampunya dengan meminjamkan uang tanpa harus ada jaminan apapun dan tenggat waktu. Kapan ada kemudahan bagiku mengembalikannya, maka aku bayar. Utang orang tuaku di bank pun akhirnya terbayar. Alhamdullilah, dua tahun setelah kejadian yang memilukan itu, aku bisa mengembalikan utang kepada teman-temanku. Kecuali pada satu teman yang kini telah berganti status menjadi suami. 

Cinta Harus Ikut Terlibat 


Itulah saat kondisi terburuk di dalam hidupku dan juga orang tuaku. Saat di mana orang tuaku harusnya menikmati hasil jerih payahnya bertahun-tahun, tapi terkuras untuk melunasi kredit di bank. Kondisi keuangan orang tuaku berada pada titik minus, padahal sebelumnya kami selalu berkecukupan. 

Dengan situasi seperti itu, aku mengira teman dekatku (kekasih) akan meninggalkanku. Siapa pula yang mau ikut berlumpur di tengah kubangan kemelaratan keluarga. Aku sengaja menceritakan semua masalah keluargaku supaya ia berpikir ulang untuk melangkah bersamaku. Berharap ia akan mundur teratur sebelum lebih jauh masuk ke dalam masalahku. 

Rupanya, ia memilih untuk terus maju dan menerima semua kondisiku. Atas nama cinta ia ikut terlibat membersihkan kubangan lumpur kemelaratan itu. 

“Bukankah cinta harusnya memberikan rasa nyaman dan saling pengertian? Aku cukup mengerti dengan masalah keluargamu, maka izinkan aku ikut terlibat dalamnya,” lelaki itu menghapus air mataku yang sudah puluhan kali tumpah karena menahan luka. 

Bersamanyalah aku mencari solusi untuk membayar utang orang tuaku. Termasuk memberikan semua uang tabungannya untuk menutupi utang tersebut. Padahal, tabungan itu ialah bekalnya untuk melamarku, tapi ia relakan dipakai demi melunasi kredit orang tuaku. 

Laki-laki itu akhirnya menjadi suamiku

Kondisi ini tidak seharusnya terjadi bila orang tuaku mempunyai asuransi kredit dan penjaminan. Seperti halnya asuransi kredit dan penjaminan dari Tugu Insurance yang akan melindungi tertanggung apabila terjadi hal-hal buruk sehingga tidak mampu membayar pinjaman yang dimiliki. Dengan adanya asuransi ini akan memberikan jaminan perlindungan agar tertanggung tidak semakin dirugikan atas biaya-biaya yang ditimbulkan dari kemungkinan buruk tersebut. Namun, hal itu sudah terjadi. Aku jadikan sebagai pengalaman ke depan agar tidak terulang lagi kesalahan yang sama pada diriku dan keluarga baruku. 

Bersama Menjaga Masa Depan 


Belajar dari pengalaman buruk orang tuaku, aku dan suami mulai menata keuangan untuk menjaga masa depan. Kami tidak ingin kesalahan yang sama terjadi pada kami sehingga kami berkomimen untuk berani lebih baik. Hal pertama kami lakukan ialah membuat anggaran perencanaan belanja rumah tangga. 

Setiap kali menerima gaji bulanan, maka kami menganggarkan untuk sedekah 2,5%, untuk orang tua 7,5%, investasi 10%, membayar utang 30%, dan kebutuhan sehari-hari 60%. Persentase itu kami ambil dari total pemasukan setiap bulannya. 


Selain itu, kami juga memprioritaskan kebutuhan yang benar-benar diperlukan, bukan karena keinginan belaka. Sebisa mungkin kami hidup dengan gaya minimalis dan tidak menurutkan budaya konsumtif. Pasalnya dulu di keluarga orang tuaku, budaya konsumtif sangat kentara. 

Ibu sering melakukan kredit barang demi memuaskan kebutuhan konsumtifnya, seperti beli baju atau pun barang-barang yang dianggap sedang ngetrend. Hal itu karena budaya konsumtif di lingkungan tempat tinggalku sudah membudaya. Akibatnya banyak yang terlibat utang kredit baik itu di bank atau pun di tukang kredit. 

Aku tak ingin hal itu terjadi pada keluarga baruku yang baru jelang dua tahun berjalan. Sehingga untuk urusan keungan kami dinilai sedikit pelit karena tidak seperti yang dilakukan orang-orang di sekelilingku. Beruntung, pascamelahirkan kami pindah menyewa rumah sendiri dan mulai mengatur keuangan sendiri tanpa intervensi. 

Untuk ke depan kami mulai memikirkan perkara asuransi, sebab kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Selagi aku dan suami masih diberikan kesehatan dan kemampuan untuk bekerja, kami ingin menjaga masa depan dengan berinvestasi, salah satunya dengan membuat asuransi. 

Beberapa informasi terkait asuransi sudah kami ketahui dan pelajari. Namun, ada salah satu produk asuransi yang menurut kami cocok untuk keluarga kecil kami, yaitu asuransi korporasi dari Tugu Insurance yang memberikan jaminan perlindungan yang ditujukan untuk korporasi. 


Produk yang ditawarkan pun beragam, seperti asuransi energi, kebakaran dan properti, kelautan, penerbangan dan satelit, rekayasa, kredit dan penjaminan, aneka, dan kesehatan. 


Begitu pula dengan produk asuransi retail yang ditawarkan Insurance Tugu yang dapat melindungi berbagai aset berharga, seperti rumah, kendaraan bermotor, serta keselamatan diri. Tentu ini membuat sedikit lega bagi kita bila sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan. Dengan adanya asuransi, kita berupaya bersama menjaga masa depan. 

5 Tips Aman Pinjam Uang Online Menurut OJK

Rabu, November 25, 2020 20 Comments A+ a-


Mudahnya meminjam uang secara online sekarang membuat kita gelap mata. Berbekal smartphone, lalu memasukkan data yang diminta, uang pun cair sesuai dengan permintaan. Siapa sih yang tidak tergiur dengan kemudahan itu? 

Memang kelihatannya sih gampang, tapi bila pinjaman tersebut tidak bisa dikembalikan sesuai dengan kesepakatan, maka bersiap-siaplah menerima teror dari penagih utang. Banyak cerita pilu yang dialami oleh orang-orang yang salah memilih jasa pinjaman online. 

Sebelum kamu menjadi korban pilu karena salah memilih jasa pinjaman online, berikut 5 Tips aman pinjam uang online menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang harus diperhatikan. 

1. Pinjam di Perusahaan Terdaftar/Berizin di OJK 


Ceritanya, adik sepupuku baru saja masuk ke perguruan tinggi negeri. Ia yang masih polos dan lugu tergiur dengan jasa pinjaman online dengan bunga kecil. Melihat persyaratannya sangat mudah, ia pun meminjam uang di jasa pinjaman online tersebut. 

Setelah memasukkan semua data yang diminta, pinjaman pun dikeluarkan atas nama dia. Semua bukti transfer sudah ada. Namun, ketika diperiksa di buku tabungan tidak ada uangnya. Ia pun panik karena seminggu kemudian, dia ditelepon oleh penagih utang agar membayar cicilan dari pinjaman online yang digunakannya. 

Tidak hanya sekali, si penelepon pun terus-menerus menagih utang walau sudah dijelaskan bahwa uang pinjaman tersebut tidak masuk ke rekeningnya. Bahkan mereka menelepon dengan nomor yang berbeda-beda, bukan saja kepada peminjam, tapi juga orang-orang terdekat peminjam. 

Seluruh anggota keluarga pun jadi tahu, bahwa dia ada melakukan pinjaman online. Setelah dicek, ternyata perusahaan pinjaman online yang digunakan tidak terdaftar di OJK, alias abal-abalan. 

Supaya cerita pilu adik sepupuku itu tidak terjadi di kamu, maka ketika hendak melakukan pinjaman online, cek dulu perusahaan jasa pinjaman online tersebut apakah terdaftar di OJK? 

Kamu bisa melihat daftar pinjaman online OJK di situs web OJK. Di situ terdapat daftar alamat kantor pusat bank umum dan syariah yang dipantau oleh OJK. Bila perusahaan pinjaman online terdaftar di OJK, jadi pinjaman tersebut aman dan bisa dipercaya karena mereka dipantau oleh OJK. 
Halaman Website OJK

2. Pinjam Sesuai Kebutuhan dan Kemampuan 



Ini cerita dari seorang teman yang tergiur dengan kemudahan pinjaman online. Demi memperturutkan hawa nafsu, ia melakukan pinjaman online di luar batas kemampuannya. Uang pinjaman online tersebut malah dibelikan barang-barang mewah, seperti baju, sepatu, tas, dan lainnya. 

Bukan sekali dua kali dia melakuan pinjaman tersebut, tapi di banyak tempat pinjaman online. Parahnya dia memberi nomor telepon teman-temannya sebagai penjamin, tanpa meminta izin kepada yang punya nomor. 

Saat jatuh tempo jadwal cicilan, malah pinjaman online yang ia gunakan menagih teman-temannya sebagai penjamin. Sebab, nomor teleponnya tidak bisa dihubungi. Nama baiknya pun jadi tercemar di kalangan teman-temannya karena dianggap tidak bertanggung jawab dalam melakukan pinjaman online. 

Tentunya hal seperti itu tidak perlu terjadi di kamu. Oleh karena itu, bila ingin melakukan pinjaman, sesuaikanlah dengan kebutuhan dan kemampuan. Baik itu pinjaman online, maupu di tempat lain secara ofline hendaknya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan, bukan karena nafsu semata. 

3. Lunasi Cicilan Tepat Waktu 


Ini penting untuk diperhatikan supaya kamu aman dalam meminjam. Sebab, beberapa jasa pinjaman online menerapkan sistem tambah bunga bila waktu pemberian cicilan meleset dari waktu yang ditetapkan. 

Jadi, prioritaskan dulu untuk membayar cicilan pinjaman, baru beralih ke kebutuhan lain. Cicilan yang tepat waktu juga membuat nama baik kita terjaga di jasa peminjaman, baik itu pinjaman online maupun kredit di bank atau di tempat lain. 

4. Hindari Gali Lubang Tutup Lubang 



Seorang sahabat pernah meminta pinjaman uang kepadaku. Alasanya meminjam karena ingin membayar cicilan pinjaman online yang diambilnya. Namun, karena saat itu aku tidak mempunyai uang sama sekali, jadi aku meminta maaf kepadanya. 

Rupanya bukan hanya kepadaku saja yang ia minta, tapi juga beberapa teman lainnya. Persoalan tentang dirinya pun sempat diangkat ke grup Whats App. Setelah di listing, hampir semua anggota grup pernah dimintainya pinjaman. Ada yang memberikan, ada juga yang tidak. Motifnya sama karena ingin melunasi cicilan pinjaman online. 

Semoga hal seperti ini tidak terjadi di kamu ya! Sebisa mungkin hindarilah praktik gali lubang tutup lubang ini karena hal seperti itu terus membenamkanmu ke jurang utang yang menganga. 

5. Ketahui Bunga dan Denda Pinjaman Sebelum Meminjam 



Pinjam uang memang persoalan gampang yang susah itu mengembalikannya. Apalagi pinjaman tersebut ada bunganya dan denda pinjaman bila terjadi tunggakan. Jadi, sebelum meminjam uang, ketahui dulu berapa persen bunganya. Begitu pula dengan jumlah denda yang harus dibayar ketika terjadi kemacetan. 

Dalam peminjaman online, kamu harus teliti membaca satu persatu sistem bunga dan dendanya. Apalagi jasa pinjaman online sekarang sangat banyak, jadi pilihlah perusahaan pinjaman online yang tidak memberatkan dirimu dan aman untuk meminjam. 

Pinjaman Online yang Aman 

Aku tipekel orang yang sulit percaya pada sesuatu, termasuk pinjaman online. Walau setiap hari di handphoneku masuk pesan tawaran pinjaman online, tapi aku tidak pernah menggubrisnya walau aku sedang sangat membutuhkan uang. 

Namun, tidak menutup kemungkinan ke depan kita akan membutuhkan pinjaman bila tidak ada satu teman pun yang bisa memberi pinjaman. Bila meminjam uang di bank tentu prosesnya membutuhkan waktu yang lama. Satu-satu pilihannya ialah pinjaman online. 

Setelah aku pelajari dan baca beberapa referensi, ada satu situs pinjaman online yang menurutku aman digunakn dan bisa menjadi rekomendasi. Namanya Tunaiku. 


Pernah dengar sebelumya? Baiklah akan aku jelaskan sekilas. 

Tunaiku merupakan salah satu situs pinjaman online pertama di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2014. Ia bagian dari salah satu produk Amar Bank yang terdaftar di OJK. Bila kamu tidak percaya, bisa cek langsung di situs web OJK yang daftar banknya berada pada nomor urut 62. 


Amar Bank sendiri merupakan salah satu institusi finansial berbentuk bank resmi di Indonesia yang sudah beroperasi sejak tahun 1991. Jauh sebelum aku dilahirkan ke muka bumi ini. 

Selain di bawah naungan bank resmi, Tunaiku dan Amar Bank juga berdiri di bawah bendera perusahaan multinasional, yaitu Tolaram Group. Oleh karena itu, kartu tanda anggota (KTA) online Tunaiku aman dan terpercaya dengan kemudahannya. 

Visi dari Tunaiku ialah untuk memberikan layanan kredit tanpa agunan secara mudah, aman, dan terpercaya kepada seluruh masyarakat Indonesia yang membutuhkan pinjaman. Entah itu untuk memenuhi kebutuhan mendesak, untuk modal usaha, renovasi rumah, biaya pendidikan, biaya pernikahan, atau biaya kesehatan yang tak terduga. 

Apa Perbedaan Tunaiku dengan situs fintech lainnya? 

Ada dua hal yang dijanjikan situs Tunaiku, yaitu Keamanan dan Fleksibelitas. Tunaiku aman digunakan karena ia berdiri di bawah naungan institusi finansial bank resmi Indonesia. Ia terdaftar dan diawasi oleh OJK sehingga dari segi keamanan data nasabah tidak perlu diragukan lagi. Tunaiku berusaha sebaik mungkin untuk melindungi data nasabah, jadi kamu tidak perlu ragu datamu akan disalah gunakan. 

Tunaiku bersifat fleksibel karena menyediakan fasilitas tenor yang sangat panjang, yaitu maksimum 20 bulan dengan batas hingga Rp20 juta. Berbeda dengan situs fintech yang lain lebih banyak memberikan batas kecil dan tenor pendek. 


Selain itu, Tunaiku juga menawarkan syarat dan pengajuan lebih mudah dibandingkan layanan KTA tradisonal yang biasanya membutuhkan agunan serta banyak dokumen saat proses pengajuan. Namun, di Tuaniku hanya menyediakan layanan kredit pinjaman online tanpa jaminan dan tanpa kartu kredit. Selain itu, proses pengajuan KTA hanya bermodalkan KTP dan pengisian formulir sekitar 10 menit. Bagaimana, mudah dan cepat kan? 

Nah, itulah sekilas ulasan tentang Tips Aman Pinjam Uang Online dan situs pinjaman yang bisa yang kamu pergunakan. Apa pun ceritanya, yang penting aman kamu meminjamnya dan aman saat pengembaliannya.

Kesadaran Kesehatan Jiwa Terganjal Stigma

Sabtu, Oktober 31, 2020 16 Comments A+ a-

Ilustrasi, Kesadaran Kesehatan Jiwa Terganjal Stigma

Saya bersyukur bisa melewati masa-masa sulit yang pernah membuat saya hampir mengalami depresi. Tepatnya tahun 2017, tahun saat saya selesai menamatkan kuliah profesi ners di Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Bukannya senang, justru saya dihadapkan dengan masalah keluarga yang cukup pelik. 

Orang tua saya mempunyai utang di beberapa bank dengan jumlah besar. Mobil yang biasanya digunakan ayah untuk menarik sewa, terpaksa harus dijual karena harus melunasi sebagian utang tersebut. 

Akibatnya ayah kehilangan pekerjaannya yang membuatnya semakin kalut. Rumah dan isinya juga terancam ditarik pihak bank, karena sudah beberapa kali mereka mendatangi rumah kami dan rumah adik ayah yang sertifikat tanahnya dijadikan sebagai angunan. 

Inilah yang menjadi puncak masalahnya ketika adik ayah meminta secara paksa kepada kami, untuk mengembalikan lagi surat tanahnya yang dijadikan sebagai angunan tersebut. Walau sudah dijelaskan bagaimana terpuruknya kondisi ekonomi keluarga kami, tapi dia tetap memaksanya. Terjadilah pertengkaran hebat antara ayah dan keluarga adiknya yang membuat suasana semakin kacau. 

Pertengkaran tidak bisa terelakan ketika adik ayah beserta keluarganya datang ke rumah dan memaki-maki ibu beserta seluruh keluarga kami, hingga kabar itu sampai juga ke telinga saya yang sedang berada di ibu kota. Akhirnya saya memutuskan untuk segera pulang ke kampung dan menyelesaikan persoalan ini. 

Saya melihat kondisi ayah dan ibu yang begitu tertekan, sehingga sering kali saya mendapati mereka sedang menangis dalam tidur atau duduk sendirian dengan tatapan kosong. Saya berusaha untuk menghibur dan membangkitkan semangat mereka walau saya juga dalam keadaan tertekan. 

Akhirnya saya memberanikan diri menemui keluarga adik ayah untuk menyelesaikan perkara ini dengan cara baik-baik. Berbagai upatan saya dapati akibat emosi yang memuncak dari keluarga adik ayah. Mereka terus menyalahkan ayah dan ibu serta menjelek-jelekan mereka. Anak mana yang tidak sakit hatinya ketika orang tuanya dijelek-jelekan, tapi saya berusaha untuk diam karena senjata terbaik untuk melawan perang mulut adalah diam. 

Dalam hidup saya, inilah kali pertamanya saya dipaksa untuk bersikap dewasa dan belajar menahan emosi meskipun saya ikut disalahkan dalam perkara ini. Namun, saya teringat kalimat motivasi dalam buku yang pernah saya baca, “pelajaran terpenting tentang negosiasi dengan sekelompok orang yang berada di puncak emosi ialah menghindar dari sikap konfrontatif.” 

Mengaku salah jelas langkah terpenting, walau tetap menekankan diri bukan pelaku. Memastikan akan bertanggung jawab juga sangat esensial. Namun, tidak memberikan janji palsu dan jujur apa adanya. Akhirnya saya diberikan waktu selama empat bulan untuk mengembalikan sertifikat tanah tersebut dengan saya sebagai jaminannya. Tindakan ini nekat saya lakukan untuk menyelamatkan orang tua saya dari ancaman depresi. 

Selama empat bulan tersebut saya berusaha untuk mengumpulkan uang dari hasil menulis karena saya belum mendapatkan pekerjaan tetap. Jalan satu-satunya ialah dengan menulis di akun steemit yang saat itu penghasilannya lumayan. Namun, hingga sampai tenggat waktu yang ditetapkan, jumlah uang untuk mengambil sertifikat tanah tersebut belum juga terkumpul. 

Saya mencoba menjelaskan bagaimana kondisi saya kepada adik ayah dan keluarganya, tapi malah saya dituduh penipu. Bahkan saya terus-terusan ditelepon dan di SMS dengan kata-kata yang mengancam hingga mengganggu psikis saya. 

Pikiran saya sudah mulai kacau bahkan saya sering menangis dalam tidur dan mimpi buruk setiap malam. Hal itu sungguh menyakitkan yang membuat hidup saya dipenuhi rasa cemas dan ketakutan. 

Puncaknya ketika saya mengalami gatal-gatal seluruh tubuh di malam hari hingga membuat badan saya memerah yang menimbulkan bentol-bentol, tapi ketika pagi gejala tersebut menghilang. Saya merasa butuh pertolongan untuk memulihkan psikis saya dan akhirnya saya menemui psikolog untuk konsultasi mengenai masalah saya. 

**** 

Saya yakin, banyak orang di luar sana mengalami masalah seperti cerita saya di atas. Hal tersebut terbukti dari banyaknya orang yang menghubungi saya via Whatsapp setelah membaca kisah pilu tersebut dari blog pribadi saya yang berjudul Gatal-gatal Karena Beban Psikologis dan Kosultasi Gratis ke Psikolog RSUD ZA. 

Mereka mengaku mempunyai masalah yang kurang lebih sama seperti saya, tapi enggan untuk memeriksakan keadaan psikisnya dan meminta pertolongan kepada ahli kesehatan mental. Alasannya tidak lain karena takut dicap sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa ketika memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan mental. 

Itulah yang terjadi di lingkunganku, kesadaran akan kesehatan mental masih terganjal dengan stigma negatif yang ada di masyarakat. Maka banyak yang enggan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mental ketika mengalami masalah psikis. Seperti salah seorang pembaca blogku yang mengaku dirinya sering mengalami emosi berlebih, bahkan tidak sanggup untuk mengontrolnya. 

Namun, dia takut memeriksakan kesehatan mentalnya karena stigma negatif yang datang dari keluarga. Dia khawatir bila mendatangi pelayanan kesehatan mental akan dicap sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa. 

Masyarakat kita masih terstigma dengan isu kesehatan mental sehingga terganggu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan mental. Walaupun kesadaran akan kesehatan mental sudah ada, tapi mereka enggan untuk mencari pertolongan. 

Hal tersebut dapat dilihat dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 tentang cakupan pengobatan penderita depresi yang mana hanya 9% yang melakukan pengobatan. Mereka beranggapan masalah kesehatan mental seperti stress, depresi, dan gangguan kecemasan adalah masalah sepele yang nantinya akan sembuh dengan sendirinya. Padahal bila masalah tersebut dipendam dan dibiarkan akan berisiko mengalami gangguan kejiwaaan. 

Akibatnya Indonesia menjadi Negara dengan jumlah pengidap gangguan jiwa tertinggi di Asia Tenggara. Bahkan, apabila dilihat dari data Riskesdas 2013 hingga 2018 angka prevalensi gangguan mental meningkat hingga mencapai angka 9,8 dan menjadi angka tertinggi dalam sejarah modern kesehatan Indonesia. 

Masalah Kesehatan Jiwa di Indonesia Kebanyakan Berakahir di Rumah Sakit Jiwa

Dari beberapa orang yang menghubungiku menanyakan tentang pengalamanku mencari bantuan ke psikolog, tidak ada satu pun yang benar-benar mendatangi pelayanan kesehatan mental. Padahal mereka mempunyai masalah yang kurang lebih sama seperti yang kualami, tapi mereka memilih diam karena takut terstigma dengan orang-orang di sekitarnya. 

Wajar kalau psikolog yang dulu pernah menangani masalahku terkejut dan salut kepadaku karena berani mencari bantuan kesehatan mental atas kesadaran sendiri. Ini kali pertamanya pasien yang datang atas kemauan sendiri karena menurutnya, kebanyakan pasien yang ditangani merupakan pasien rujukan bahkan ada yang dipaksa datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mental. Itu pun pihak keluarga merasa canggung karena malu ada anggota keluarganya yang mengalami masalalah kesehatan mental. 

Sulit memang menghapus stigma negatif tentang gangguan mental di masyarakat, tapi bila pelayanan kesehatan mental dipermudah dan terus disosialisasikan, maka kesehatan mental tidak dianggap sesuatu yang tabu dan harus ditutupi lagi. Orang-orang pun tidak merasa takut dan malu lagi mendatangi pelayanan kesehatan mental.

Kenali Jenis Alergi pada Bayi

Jumat, Oktober 16, 2020 14 Comments A+ a-

 


Alergi? Tentu kata ini bukan sesuatu yang asing lagi terdengar bagi kita. Namun, bagaimana alergi ini terjadi pada bayi mungilmu yang baru beberapa hari atau beberapa bulan melihat dunia ini? 

Ibu mana yang tidak khawatir bila melihat bayinya ditumbuhi bintik-bintik merah di wajah dan di seluruh tubuh, atau menangis terus menerus karena sakit perut akibat kolik. Reaksi yang ditunjukkan bayi pun bermacam-macam dan ia hanya bisa mengomunikasikannya lewat tangisan. 

Mengenai alergi ini, aku mempunyai pengalaman ketika anaku, Cahya muncul bintik-bintik merah di wajahnya. Bintik-bintik ini bukan karena gigitan nyamuk, tapi karena alergi makanan. 



Aku mengingat-ingat kembali apa terakhir dimakan oleh Cahya, sebab sebelumnya tidak pernah kejadian seperti ini. Pikiranku langsung terpaku pada MPASI pabrikan rasa ayam bawang yang dikonsumsi Cahya. Memang saat itu kondisinya aku tidak sempat membuat MPASI rumahan karena sedang berada di rumah mertua yang kebetulan sedang ada kenduri pesta pernikahan adik Abah Cahya. Jadinya saat itu aku memberikan MPASI pabrikan dari merk yang biasa dikonsumsi Cahya. 

Namun, sebelumnya tidak ada reaksi apa-apa karena yang dikonsumsinya rasa beras merah dan kacang hijau. Entah kenapa saat itu aku ingin menggantinya dengan rasa ayam bawang, berharap Cahya lahap memakannya. Rupanya malah muncul bintik-bintik merah di wajah Cahya setelah dua kali memakan bubur MPASI tersebut. 

Usut demi usut, ternyata Abah Cahya juga mempunyai alergi ketika memakan yang banyak kandungan protein hewaninya, seperti ayam, udang, dan kerang. Kaki dan tubuhnya bisa muncul bintik-bintik merah ketika mengkonsumi makanan tersebut. Nah, alergi ini rupanya bisa diturunkan dari orang tua ke anakanya. 


Aku pun segera menghentikan memberi bubur MPASI dari pabrikan tersebut. Namun, bintik-bintik merah tidak juga menghilang, justru bertambah banyak. Kadang Cahya menggaruk-garuk mukanya karena gatal. 

Walaupun suhu tubuhnya stabil, tapi melihat kondisinya seperti itu membuat rasa khawatir kami bertambah. Terlebih abahnya Cahya karena dia bisa merasakan bagaimana ketika alergi tersebut menyerang tubuhnya. Kami pun segera membawa Cahya ke klinik bidan untuk memeriksakan kondisinya. 

Bidan yang bernama Yulisnaini itu terlihat kesal ketika aku menjelaskan bahwa Cahya diberi MPASI pabrikan. Ia menyarankan aku agar memasak MPASI sendiri dari bahan-bahan alami karena lebih sehat dan aman dari pengawet dan pewarna. 

Saat konsultasi dengan Bu bidan

Bidan yang juga menangani proses kelahiran Cahya ini tidak memberikan obat apa-apa, hanya menyarankan untuk menyetop pemberian MPASI pabrikan dan diganti dengan MPASI rumahan. Katanya alergi itu akan hilang sendirinya bila tidak ada lagi zat atau allergen yang menyebabkan alergi tersebut muncul. 

Sebab, kasus alergi yang terjadi pada bayi kebanyakan karena faktor makanan yang tidak tepat dan sehat. Oleh karena itu, setiap makanan yang diberikan kepada bayi harus dikontrol karena tubuh bayi belum membentuk antibodi secara sempurna. Seiring waktu hipersensitivitas pada bayi akan berkurang saat bertambah usia. 

Upaya Pencegahan Alergi 

Setelah kejadian alergi pada Cahya, aku pun sangat berhati-hati dalam memilih makanan yang diberikan kepada Cahya. Aku juga banyak membaca tentang informasi alergi agar bisa melakukan upaya pencegahan. 

Perlu diketahui ya para ibu, bahwa kebanyakan kasus alergi makanan dikarenakan sistem imun mengalami gangguan dan salah mengidentifikasi beberapa komponen makanan tertentu sebagai sesuatu yang berbahaya. 

Sistem imun tersebut akan memicu sel produsen untuk memproduksi antibodi dari jenis immunoglobin E untuk berhadapan dengan komponen-komponen makanan (alergen), berupa protein yang tidak rusak pada saat proses memasak dan tidak rusak ketika bereaksi dengan asam lambung. 

Akibatnya, alergen tersebut dapat melenggang mulus dalam tubuh, lalu masuk ke peredaran darah mencapai organ yang menjadi targetnya sehingga menimbulkan reaksi alergi. Reaksi yang muncul bisa cepat ataupun lambat. 



Oleh karena itu, perlu diketahui beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menghambat alergi tersebut. 

1. Usahakan menunda memberikan MPASI sampai usia bayi 6 bulan ke atas. Sebab, bayi muda sangat rentan terhadap alergen karena sistem oragannya yang belum berfungsi secara sempurna. 

2. Bila ingin memberikan jus pada bayi, sebaiknya hindari proses pemberian minuman jus dalam kemasan atau yang dijual di pasaran. 

3. Perlambat pemberian telur pada bayi. Sebaiknya jangan berikan telur utuh (putih dan kuningnya) sebelum bayi berusia 10 bulan. 

4. Mengatur pola makan bayi secara baik. Usahakan untuk makan pagi karena dari hasil penelitian menyebutkan bahwa anak yang makan pagi secara teratur lebih sedikit menderita alergi daripada yang tidak makan pagi. 

5. Berikan makanan dengan gizi seimbang, di antaranya berupa sayur, daging, telur, dan bahan-bahan lain. 

6. Pada anak orang tua alergi, maka akan mudah terkena alergi juga. Jadi, lebih baik sedini mungkin dilakukan pencegahan, bahkan sejak bayi di dalam kendungan sedapat mungkin ibu menghindari makanan yang bisa menyebabkan elergi. Perhatikan juga saat pembrian ASI dan pada masa awal pemberian MPASI. 

7. Hindarkan bayi dari binatang peliharaan, seperti kuncing, anjing, atau sejenisnya karena pada binatang tersebut sering kali terdapat bibit penyakit yang bisa menimbulkan alergi berbahaya bagi bayi. 

Nah, itulah sekelumit curhatanku tentang alergi pada bayi. Alangkah lebih baiknya para ibu dan calon ibu mengetahui tentang alergi pada bayi, apakah alergi makanan atau mungkin alergi lainnya. Lebih cepat tahu, maka kita bisa mengantisipasinya dengan sigap. 

Btw, bagimana denganmu? Pernah mengalami hal yang sama nggak sepertiku, mungkin ada pengalaman lainnya tentang alergi pada bayinya. Silakan berbagi pengalaman dengan menuliskannya di kolom komentar.

Cerita Mengikuti Online Gathering dari Tempat Bekas Hutan

Sabtu, Oktober 10, 2020 24 Comments A+ a-


“Kita masih bisa hidup tanpa jaringan internet, 
tapi kita tidak bisa hidup tanpa hutan” 

*Satya Winnie (Travel Blogger)* 
Pernyataan dari Mba Satya tersebut yang disampaikan saat acara online gathering blogger dengan tema “Melestarikan Hutan Melalui Adopsi Hutan” memang benar adanya. Walau zaman sekarang kebutuhan akan internet menjadi kebutuhan pokok setiap orang, tapi hutan tetap menjadi kebutuhan prioritas bagi seluruh masyarakat di bumi. 

Tanya kenapa? Nanti akan kujelaskan dalam tulisan ini. Namun, sebelumnya aku akan menceritakan sedikit tentang pengalamanku ketika mengikuti online gathering tersebut dari tempat bekas hutan. 

Ya, seperti dijelaskan dalam tulisanku sebelumnya yang berjudul Aku, Leuser, dan Adopsi Hutan untuk Masa Depan bahwa tempat tinggalku berada di buffer zone Leuser. Bahkan rumahku sekarang ini, dulunya bekas hutan yang kini menjadi perkampungan. Jadi, masih banyak pepohonan yang menjulang tinggi dan sumber mata air ada di sekitar tempat tinggalku. 

Perkarangan tempat tinggalku yang masih banyak ditumbuhi pohon besar

Satu jam sebelum gathering online dimulai pada hari Jumat, 2 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB, saat itu terjadi angin kencang disertai hujan di tempatku. Seperti biasa, bila terjadi angin kencang disertai hujan, jaringan internet di daerahku terganggu. Namun, kami sudah maklum dengan hal itu, namanya saja tinggal di bekas hutan. 

Kalau sudah seperti ini, maka aku segera naik ke lantai dua rumahku berharap jaringan internetnya lebih baik. Sudah menjadi kebiasaan di tempatku kalau ingin mendapatkan jaringan internet yang bagus, maka beradalah di tempat yang tinggi. Bahkan pada kondisi pandemi saat ini, di mana sistem belajar semuanya harus online, tak jarang anak-anak usia sekolah memanjat pohon atau berada di atap rumah demi mendapatkan jaringan internet yang bagus. 

Dikarenakan waktu gathering online ini berlangsung selama dua jam, jadi semua benda-benda yang aku butuhkan dibawa oleh suamiku ke lantai dua rumahku yang kebetulan memang belum selesai dibangun. Termasuk makanan, ayunan, kasur, dan mainan bayiku ikut dibawa ke atas rumah. Maklum, saat ini aku mempunyai bayi usia 8 bulan yang selalu ingin dekat denganku. 

Beginilah mom blogger saat gathering online, bayi tetap berada dipangkuan

Suamiku berusaha mencoba membuka link zoom meeting melalui laptop 30 menit sebelum acara dimulai, tapi jaringan internet belum juga bersahabat, bahkan untuk sekadar membuka link whatsapp saja tidak bisa. Berkali-kali ia mencobanya, tapi masih dalam keadaan loading, hingga akhirnya tepat pada pukul 14.00 WIB, jaringan internet bagus dan aku bisa masuk ke acara gathering online melalui aplikasi zoom meeting

Namun, sayangnya suara yang terdengar putus-putus sehingga aku tidak bisa mendengarkannya secara jelas. Parahnya lagi, sebentar-sebentar aku keluar sendirinya dari zoom meeting akibat jaringan internet yang tidak stabil. Suamiku berusaha memperbaikinya, tapi keadaan tidak membaik hingga ia menyarankan agar kami pindah ke rumah Bundaku yang kebetulan di rumanya ada jaringan WiFi. 

Aku pun berkemas sambil membawa barang-barangku dan perlengkapan anakku, Cahya untuk dibawa ke rumah Bunda. Memang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku, masih dalam kampung yang sama yaitu tempat bekas hutan. 

Beberapa anak-anak usia sekolah juga sedang mengakses internet di sana sehingga aku harus berbagi jaringan WiFi dengan meraka. Akibatnya, materi yang disampaikan melalui zoom meeting tidak terlalu jelas karena suaranya putus-putus. Tambahnya lagi suara anak-anak di situ ribut, memecah konsentrasiku. Aku tidak bisa menyimak materi yang disampaikannya. 

Akhirnya anak-anak tersebut pulang juga, barulah aku mendapatkan jaringan yang bagus sehingga bisa mendengarkan secara jelas apa yang dibahas di zoom meeting. Sayangnya saat itu sudah masuk ke sesi tanya jawab, lah aku mau tanya apa? ngerti saja nggak. Jadi, aku hanya menyimak beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh para peserta lainnya. 

Saat jaringan internet sudah stabil

Beruntung acara zoom meeting ini juga ada live streamingnya di youtube Hutan Itu Indonesia, sehingga aku bisa menonton ulang materi yang disampaikan di acara Gathering Online tersebut dan menuliskannya lagi di tulisan ini. 

Pandemi Cara Alam Memperbaiki Diri 

Materi pertama di acara zoom meeting tersebut disampaikan oleh Mas Christian Natali dari Hutan Itu Indonesia. Dari panjang lebar penjelasannya, kalimat yang paling aku ingat adalah “adanya pandemi ini merupakan cara alam untuk beristirahat” ujarnya. 


Memang benar sih, selama pandemi udara jadi lebih bersih karena laju kendaraan bermotor dan aktivitas perpabrikan menurun, sehingga gas buangan dari keduanya tidak dibuang di alam. Iklim dan cuaca pun menjadi lebih baik selama pandemi ini. 

Namun, karena banyak orang yang sibuk dengan pandemi, petugas keamanan seperti polisi luput memantau apa yang terjadi di hutan. Akibatnya hutan masih rawan terhadap para penjarah yang ingin mengeksploitasi hutan secara berlebihan. Oleh karena itu, perlu ada yang memantaunya agar hutan tetap selamat dari para penjarah tersebut. 

Dalam hal ini, Mas Christian menjelaskan bahwa dana yang dikumpulkan dari Adopsi Hutan yang digagasnya pada tahun ini dalam rangka memperingati hari hutan Indonesia akan digunakan untuk patroli hutan tersebut. 

Salah satu penerima manfaat dari dana yang dikumpulkan melalui Adopsi Hutan ialah Forum Konservasi Leuser (FKL) yang ada di Aceh. Mereka yang bertugas memantau Kawasan Ekosistem Leuser dinamai sebagai rangers. Para rengers inilah yang melakukan patroli di hutan agar terhindar para penjarah hutan dan juga menjaga satwa yang ada di dalamnya. 

Nah, oleh karena itulah melalui adopsi hutan ini, kita diajak agar berpartisipasi dalam menjaga hutan. Tugas kami sebagai blogger yang diundang dalam acara gathering ini ialah menceritakan sisi positif tentang hutan Indonesia. Sebab selama ini media konvensional hanya memberitakan hutan ketika sedang ada bencana saja seperti banjir atau kebakaran. 

Padahal banyak hal menarik yang bisa diceritakan di hutan, bukan hanya sekadar pohon, tapi juga keanekaragaman yang terdapat di dalamnya. Seperti sebelumnya yang kami lakukan saat mengikuti lomba yang diadakan di bulan Agustus lalu oleh Hutan Itu Indonesia bekerjasama dengan Blog Perempuan Network. 

Kami menulis tentang keindahan, kekayaan, dan keanekaragaman yang ada di hutan dari presepektif masing-masing. Nah, 30 orang peserta yang diundang dalam acara gathering blogger ini adalah tulisan yang terbaik dari 200 orang lainnya yang ikut dalam lomba blog tersebut. Begitu kata Mas Christian. 

Tentunya aku sangat bangga dong, karena terpilih menjadi bagian dari 30 orang blogger yang diundang di acara tersebut. 

Aku menjadi bagian dari blogger yang terpilih

Kenapa Harus Menjaga Hutan? 

Di sesi materi yang kedua disampaikan oleh Mas Irham Hudaya Yunardi dari Forum Konservasi Leuser (FKL). Ia banyak menceritakan tentang aktivitasnya dalam melakukan penjagaan hutan Leuser. Salah satunya di Stasiun Penelitian Soraya yang berada di Desa Pasir Belo, Kota Subulussalam, Aceh. 


Stasiun tersebut berada di dalam Hutan Lindung Kawasan Ekosistem Leuser yang luasnya 500 hektar dan dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Aceh. Selain itu, juga ada keterlibatan FKL dan KPH Wilayah VI Propinsi Aceh dalam pengelolaannya. 

Berbagai aktivitas dilakukan di stasiun ini, seperti sebagai tempat penelitian mahasiswa, pengumpulan data etnologi dan satwa, serta edukasi masyarakat dan komunitas tentang pentingnya menjaga hutan Leuser. 

Ya, hutan itu perlu dijaga karena merupakan paru-paru dunia. Bila hutan rusak, maka makhluk hidup yang ada di sekitarnya juga ikut rusak, termasuk kita manusia. Kok bisa? 

Kamu tahu udara yang kamu hirup setiap hari dan air yang kamu minum tiap saat itu datangnya dari mana? Semua itu dari hutan yang masih bagus habitatnya, bukan hutan yang sudah beralih fungsi menjadi lahan kelapa sawit atau hutan yang sudah gundul. 

Sebab, banyak hutan di Indonesia yang demikian, termasuk di Leuser. Menurut Mas Irham pemalakan hutan secara liar dan pemburuan satwa liar merupakan masalah utama yang terdapat di Leuser. Oleh karena itulah, ia dan timnya harus ekstra menjaga hutan Leuser ini dari ancaman para penjarah tersebut. 

Ada sekitar 26 rangers yang dikerahkah untuk menjaga Leuser. Selama 15 hari setiap bulan mereka melakukan patroli ke kawasan Leuser. Selama patroli tersebut mereka sudah menghancurkan lebih sekitar 5000 ranjau satwa yang dipasang oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan aktivitas illegal loging pun menjadi menurun. 

Para rangers yang bertugas menjaga Hutan Leuser
Foto by Junaidi Hanafiah

Patroli tersebut tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar karena mengingat begitu luasnya kawasan ekosistem Leuser. Mungkin ada dana pemerintah yang menyokong kegiatan mereka, tapi itu tidak cukup. Maka dari itu perlu adanya dana bantuan seperti yang dilakukan oleh Hutan Itu Indonesia untuk membiayai kegiatan mereka. Nah, dana yang kamu donasikan melalui Adopsi Hutan alirannya kemari. 

Cerita dari Leuser 


Di sesi yang ketiga ini ada Mba Satya Winnie, seorang travel blogger yang menceritakan tentang Leuser. Tentu kamu semakin penasarankan dengan Leuser? Yuk, datang saja ke tempatku. Hehehe. 



Baik, aku akan menceritakan Leuser dari kacamata Mba Satya. Menurutnya Leuser itu adalah paket komplit, di mana kita bisa merasakan banyak hal seperti melihat orang utan dan beberapa satwa lainnya, pohon yang umurnya ratusan tahun, merasakan pemandian air panas, minum dari sumber mata air dan sebagainya. 

Ya, saat itu mba Satya mengajak kami jalan-jalan virtual dengan foto-foto yang diambilnya saat berkunjung ke Leuser. Ia masuk melalui Desa Ketambe yang berada di Aceh Tenggara. Di situ ia merasakan pengalaman yang lur biasa saat bertemu dengan orang Aceh. 

Stigma orang Aceh yang dianggap kasar, pemarah, dan sadis sebagaimana yang dipikirkannya luntur seketika karena di sana ia menemukan orang-orang yang sangat ramah dan bawaannya senyum selalu. Begitu kata Mba Satya. 

Baru tahu kan, bagaimana orang Aceh. Makanya jangan lihat dari luar dan dengar apa yang dikatakan orang saja, tapi cobalah berkunjung ke Aceh seperti Mba Satya. Akhirnya ia berkali-kali datang ke Aceh dan mengunjungi Leuser melalui Ketambe. 

Ya, begitulah orang Aceh bila kita baik, maka mereka akan lebih baik lagi dibandinkan tersebut. Terlebih dengan tamu luar sehingga ada prinsip "Pemulia jamee, adat gutanyoe" yang maknanya memuliakan tamu merupakan sudah menjadi adat bagi orang Aceh, bahkan ada yang namanya tari ranup lampuan yang berfungsi menyambut tamu dengan menyuguhkan sirih sebagai tanda kemuliaan.


Selama tamu-tamu tersebut bersikap sopan dan mengharagai nilai-nilai adat yang terdapat dalam masyarakat Aceh, mereka akan dihargai.Begitu juga saat memasuki ke hutan, ada nilai dan etika yang harus dijaga ketika bertamu di sana.

Kata Mba Satya ketika memasuki Leuser, kita harus benar-benar menjaga etika, seperti tidak boleh teriak-teriak dan ngomong terlalu keras supaya satwa yang ada di dalam sana tidak terkaget-kaget dengan kedatangan kita. 

Bila kita ingin mengambil foto orang utan, kita pun juga harus mengambilnya secara pelan-pelan. Tidak boleh menggunakan flash atau suara yang membuat mereka terganggu. Intinya kita harus benar-benar menjaga etika tersebut dan mengikuti aturan yang disampaikan oleh guide lokal yang memandu perjalanan ke Leuser.


Begitulah cerita dari Mba Satya tentang pengalamannya ketika traveling ke Lueser. Nah, bagaimana denganmu tertarik mengunjugi Leuser?

Cerita Mba Satya itu bagian Leuser dari Aceh Tenggara, ia benar-benar masuk ke dalam rimbanya Leuser yang sangat dilindungi dan dibiarkan tetap asri. Otomatis di sana tidak ada sama sekali jaringan telekomunkiasi, apalagi internet karena hutan belantara.

Sedangkan tempat tinggalku ini merupakan bagian zonasi Leuser tradisional, di mana yang dulunya hutan belantara kini sudah menjadi perkampungan. Walaupun demikian masih terdapat beberapa pohon di dalamnya. Nah, karena itu pula kadang jaringan internet susah diakses di sini.

Namun, jangan tanya bagaimana keadaan sumber mata airnya, berlimpah ruah pastinya. Begitu juga dengan aneka macam buah-buahan, seperti durian, kuini, mangga, rambutan, kelapa, dan sebagainya, sangat mudah ditemukan karena memang masih tumbuh secara alami.

Gampong Air Sialang Hilir, Samadua, Aceh Selatan

Begitulah keadaanya, kami masyarakat perkampungan masih sangat bergantung dengan hutan yang menjadi sumber pangan buat kami. Memang, kami juga butuh akses internet yang bagus, tapi kami tidak ingin hutan kami ditebang demi membangun tower telkom atau apalah yang menggantikan pohon-pohon kami. Itulah cara kami menjaga dan melestarikan hutan yang ada di sekitar kami.