Makna Pelaminanku dalam Budaya Aceh

Kamis, September 26, 2019 20 Comments A+ a-

Pelaminan pernikahanku dalam Budaya Aceh
Foto dokumen pribadi Yell Saints

Iringan musik tari ranup lampuan menggema di telingaku, saat rombongan linto baro (pengantin pria) tiba di kediamanku Gampong Air Sialang Hilir, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan. Saat itulah prosesi adat berlangsung, di mana para penari menyambut kedatangan mereka dengan tarian yang disebut sebagai pemulia jamee



Cerana yang berisikan sirih, pinang, gambir, dan kapur dibalut menjadi satu yang ditutup dengan kain bersulamkan kasab benang emas. Para penari tersebut menyuguhkan cerana itu kepada linto baro yang kemudian diambil isinya dan diganti dengan amplop berisi uang. 

Penyambutan rombongan linto baro dengan tari ranup lampuan.
Foto dokumen pribadi Yell Saints

Aku hanya bisa mendengar iringan musik itu dari dalam kamar dan tidak bisa menyaksikan prosesi adat yang sedang berlangsung di luar sana. Sebagai dara baro (pengantin wanita), aku harus menunggu linto baro memasuki rumah. Setelah itu barulah nanti kami dipersandingkan di sebuah pelaminan yang bersulamkan benang emas dan menjadi pelaminan adat dalam pernikahan budaya Aceh. 

Di pelaminan inilah aku dan suami diperlakukan seperti seorang raja dan ratu yang didampingi oleh penganjo (sebutan pendamping pengantin dari etnis Aceh) dan penginang (sebutan pendamping pengantin dari etsnis Aneuk Jamee). Kebetulan suami berasal dari etnis Aceh dan aku dari etnis Aneuk Jamee. Saat bersanding di pelaminan, kami mengikuti prosesi adat Aneuk Jamee karena pada saat itu kami bersanding di pelaminan adat Aneuk Jamee yang berada di rumahku. 

Bersanding di pelaminan adat Aneuk Jamee didampingi oleh penganjo dan penginang.
Foto dokumen pribadi Yell Saints
Upacara pernikahan adat dalam budaya Aceh sangat beragam, tergantung pada masing-masing etnis dan ciri khasnya. Aku yang berasal dari etnis Aneuk Jamee tentunya menggunakan cara pernikahan adat sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. Salah satu ciri khas dari pernikahan adat Aneuk Jamee ialah menggunakan pelaminan kasab sulam benang emas. Pelaminan ini wajib digunakan bagi siapa saja yang melangsungkan pernikahan adat karena mengandung banyak makna di setiap motif dan tampilan pelaminan tersebut. 

Unsur Kebudayaan Aceh dalam Pelaminan Kasab 

Sebagaimana ciri khas kebudayaan Aceh tidak bisa terlepas dari sejarah, adat-istiadat dan agama Islam. Dalam pelaminan kasab, terdapat ciri-ciri tersebut sehingga unsur kebudayaan Aceh terlihat jelas dalam tampilannya. 

Pelaminan kasab Aneuk Jamee ini penuh dengan makna dan filosofi yang bernafaskan agama Islam. Selain itu juga mengandung sejarah, khususnya masyarakat Aneuk Jamee yang mendiami pesisir Aceh Selatan, yaitu Kota Tapaktuan. Sehingga penggunaan pelaminan kasab sudah menjadi ketetapan adat bagi masyarakat Aneuk Jamee di Aceh Selatan. 

Ada dua jenis pelaminan kasab yang digunakan masyarakat Aneuk Jamee saat acara pernikahan, yaitu pelaminan kasab maracu tunggang baliak dan maracu dua. Pelaminan kasab yang aku gunakan ialah pelaminan maracu dua karena prosesi acara pernikahan yang dilaksanakan oleh keluargaku menggunakan adat biasa dan tidak memotong kerbau.

Pelaminan kasab maracu tunggang baliak.
Foto dokumen pribadi Yell Saints

Berbeda dengan pelaminan maracu tunggang baliak yang menggunakan adat penuh, tuan rumah yang mengadakan kenduri haruslah memotong kerbau dan disaksikan oleh masyarakat gampong serta perangkat adat. Jadi, bagi siapa saja yang melaksanakan acara pernikahan adat, kita bisa mengetahui besar kecilnya acara tersebut sesuai dengan pelaminan kasab yang terpasang di rumah tersebut. 

Pelaminan kasab ini wajib digunakan salah satunya karena unsur-unsur kebudayaan Aceh begitu kental di dalamnya. Ini sudah menjadi ketetapan adat yang berlaku di masyarakat Aneuk Jamee di Aceh Selatan, bila tidak menggunakan pelaminan kasab maka akan mendapatkan sanksi adat. 

Sebagaimana yang disebutkan Kluckhohn dalam bukunya Universal Categories of Culture (1953), ada tujuh unsur pokok kebudayaan yang dapat ditemukan pada setiap masyarakat di seluruh dunia. Namun, di pelaminan kasab yang kupakai saat acara pernikahanku terdapat enam unsur yang ada di dalamnya. 

1. Religi 

Masyarakat Aneuk Jamee yang mayoritasnya beragama Islam memaknai pelaminan kasab tersebut bersandikan Islam sehingga bagian-bagian di dalamnya dikaitkan dengan unsur religi. 

Pelaminan pernikahanku menggunakan maracu dua yang menurut T. Laksamana seorang pemuka adat Aneuk Jamee bermakna dua kalimat syahadat dalam rukun Islam. 

Pelaminan kasab maracu dua.
Foto dokumen pribadi Yell Saints
Maracu yang berbentuk segi tiga dengan motif bunga situnjung di dalamnya bermakna sebagai keagungan budi nurani masyarakat Aneuk Jamee Aceh Selatan. Maracu ini dipasangkan dengan tapak yang dibatasi dengan banta gadang. 

Di samping kanan dan kiri maracu terdapat tiga buah kipas berwarna kuning, merah dan hijau yang bila digabungkan berjumlah enam. Ini bermakna sebagai rukun iman yang dimaksudkan agar kedua mempelai menguatkan keimanan mereka ketika hidup berumah tangga.



2. Bahasa dan Sastra 

Hal ini sesuai dengan fungsi kasab sebagai alat komunikasi satu arah untuk menyampaikan pesan-pesan kehidupan bagi kedua mempelai. Seperti yang telah dijelaskan di atas, semua yang membentuk pelaminan kasab tersebut mempunyai makna dan filosofi. 

3. Sistem Pengetahuan 

Motif-motif yang disulam di kasab mempunyai banyak pengetahuan yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan. Misalnya motif yang terdapat dalam banta gadang terdiri atas enam motif ragam kasab dengan maknanya seperti gambar berikut. 


4. Sistem Sosial Masyarakat 

Saat pelaminan kasab dipasang, hendaknya dihadiri oleh tuha peut sebagai orang yang mengetahui tentang adat. Sebelum itu, diadakan dulu pakat dengan orang kampung yang terdiri atas pakat orang rumah, pakat niniak mamak, dan pakat ramai. Jadi, saat acara kenduri dilangsungkan semua masyarakat yang ada di wilayah tersebut terlibat membantu menyukseskan acara. 

Dalam hal ini, pelaminan kasab sebagai pertanda bahwa di rumah tersebut sedang berlangsungnya acara pernikahan adat. 

5. Ekonomi 

Pelaminan kasab dijahit menggunakan tangan oleh pengrajin dan menjadi sumber ekonomi bagi sebagian kaum perempuan di kampungku. Dikarenakan pelaminan kasab selalu digunakan saat acara pernikahan, maka permintaan akan barang-barang yang bersulamkan kasab selalu ada sehingga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup pengrajin. 

6. Kesenian 

Terdapat unsur seni yang begitu tinggi dan indah di dalam pelaminan kasab karena dibuat menggunakan keterampilan tangan dengan cara menyulamnya. Kerajinan ini termasuk salah satu seni kriya yang merupakan sebuah seni rupa terapan nusantara. 

Tampilannya yang begitu indah dan mempunyai ciri khas hanya bisa digunakan oleh masyarakat etnis Aneuk Jamee. Inilah yang membuatnya menjadi unik dan menarik sehingga dijadikan bagian dalam budaya Aceh. 

Bersanding di pelaminan kasab yang disediakan oleh keluargaku ini menjadi sebuah penghormatan terbesar bagiku. Terutama karena adanya unsur budaya yang melekat di dalamnya sehingga membuatku bangga duduk di atasnya. 

Upacara adat yang kulalui menjadi pengalaman yang sangat berharga bagiku. Mungkin berbeda dengan pengalaman teman-temanku yang duduk bersanding di pelaminan dalam gedung mewah yang telah bercampur dengan budaya luar. 

Sebagai generasi milenial, aku harus menularkan kebanggaan ini kepada teman-temanku yang kurang paham terhadap Budaya Aceh. Oleh karena itu, cerita pernikahanku ini perlu ditulis agar menjadi informasi bagi generasi milenial sebagai penyambung estafet budaya Aceh. 

Ini budayaku, bagaimana denganmu?
Foto dokumen pribadi Yell Saints




Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Penulisan Blog dengan tema "Budaya Aceh di Mata Milenial"  

20 comments

Write comments
Bai Ruindra
AUTHOR
28 September, 2019 01:26 delete

Semoga bahagia selalu Yel, diberikan keberkahan dan kesabaran dalam berumah tangga.

Reply
avatar
28 September, 2019 05:58 delete

Amin, makasih bg. Pesan itu juga sudah tertuang di dalam Pelaminan Kasab 😊

Reply
avatar
Abu Teuming
AUTHOR
28 September, 2019 18:50 delete

Mantap. Perpaduan budaya yang mengandung makna tinggi. Teringat saat PKA 2018, kami diajari filosofi pelaminan di Anjungan Aceh Selatan. Pantas saja juara umum PKA 2018.

Reply
avatar
Karya Ibu
AUTHOR
28 September, 2019 20:47 delete

Mantap, jadi akhirnya tau banyak ttg adat budaya di daerah Yel. Thanks yel sudah berbagi

Reply
avatar
28 September, 2019 22:58 delete

Iya, semua penuh makna dan filosofi yang membuat kita bangga bila bisa menggunakannya saat bersanding di pelaminan. 😀

Reply
avatar
28 September, 2019 22:59 delete

Iya kak, semoga nanti kakak bisa melihat langsung prosesi acara adat pernikahan di Aceh Selatan yang merupakan bagian dari Budaya Aceh.

Reply
avatar
Irfan
AUTHOR
29 September, 2019 16:51 delete

Wah kali memang kalau nikahan pakai budaya Aceh.. Sebagai pelengkap, kalau di tambah biaya-biaya lebih oke. Biar yang jomblo-jomblo bisa hitung2 hari sekarang haha

Reply
avatar
29 September, 2019 17:21 delete

Hahaha, biaya itu dari uang sendiri dan harus kreatif untuk mensiasatinya. Nantilah di tulisan berikutnya akan dibahas berapa biaya semuanya. 😁

Reply
avatar
01 Oktober, 2019 06:32 delete

Pertama-tama, barakallah Yelli untuk acaranya. Semoga sehat dan semangat selalu dalam menghadapi lika liku kehidupan ke depan.

Oh ya, penjelasannya lengkap kali.Terutama terkait budaya anuek jamee. Jadi belajar banyak deh. Sukses terus ya. 🍀

Reply
avatar
01 Oktober, 2019 07:03 delete

Barakallah'alaikuma wa jama'a bainakuma fi khair buat Yelli Dan bg Adi.

Terima kasih untuk sajian infonya tentang budaya Asel. Uraiannya lengkap kaliii, terus menuliss ya Yell!

Reply
avatar
01 Oktober, 2019 07:30 delete

Makasih kak Ayu atas doanya.
Iya, begitulah Budaya Aceh yang sangat tergantung dengan adat. Makanya ada hadih majja yang mengatakan adat bak putroe meurohom, hukum bak syiah kuala, qanun bak Putroe phang, reusam bak laksamana. Itulah ketentuan dalam budaya Aceh sehingga terlihat betul bahwa bangsa Aceh sangat berbudaya.

Reply
avatar
01 Oktober, 2019 07:31 delete

Iya, makasih ya Fit. Yuk, sama-sama kita menulis tentang keberagaman budaya Aceh.

Reply
avatar
02 Oktober, 2019 01:52 delete

Barakallah Yelli, megah kali ya acaranya hahah

Reply
avatar
02 Oktober, 2019 16:52 delete

Itu masih biasa bg, karena Yel menggunakan pelaminan kasab adat biasa. Kalau acara pernikahan yang memotong kerbau lebih megah lagi pelaminannya seperti yang ditampilkan saat PKA dulu.

Reply
avatar
Lita
AUTHOR
03 Oktober, 2019 20:08 delete

Barakallahu lakuma wa jama'a bainakuma fii khair.. btw, suka sekali sama postingan adat begini, udah jarang cerita2 begini dr penduduk aslinya.. keep writing mba.,

Reply
avatar
04 Oktober, 2019 01:51 delete

Iya, makasih mba. Ditulis, supaya ada kebanggaan bagi yang menggunakan budaya Aceh.😊

Reply
avatar
Ipeh Alena
AUTHOR
04 Oktober, 2019 23:28 delete

Barakallahu lakuma wa jama'a bainakuma fii khair ya mba. Daku baru tahu loh ada beberapa penjelasan mengenai motif Maracu yang beragam itu. Jadi tambah wawasan

Reply
avatar
05 Oktober, 2019 04:09 delete

Iya, makasih Mba. Semua motif pelaminan yang kugunakan itu penuh makna dan filosofi.

Reply
avatar
M.iqbal
AUTHOR
14 Oktober, 2019 05:24 delete

Penjelasannya sangat lengkap khususnya pada pembagian motif kasab. Infografis pun tertata dengan baik

Reply
avatar
15 Oktober, 2019 02:54 delete

Makasih Bal, alhamdulillah sudah mulai belajar buat infografis dari aplikasi Canva

Reply
avatar