Aceh Mulai Melek Fashion Traditional & Kontemporen

Minggu, November 06, 2016 0 Comments A+ a-

Sebuah kehormatan bagiku bisa berhadir dalam acara Launching Asosiasi Fashion Aceh (AFA), yang bertempat di hotel paling mewah di Aceh; Hermes Palace Hotel. Selain tempatnya mewah, acara ini juga menampilkan karya desainer Aceh yang luar biasa indah dan cantik dalam bentuk fashion show.

Persembahan Tari Ranup Lam Puan di pembukaan AFA

Perpaduan gaya terditional dan kontemporen hadir dalam desain yang ditampilkan dalam setiap karya para desainer berbakat ini. Kita perlu berbangga mempunyai desainer seperti mereka, hasil desain para desainer yang digunakan para model ini berhasil menarik perhatian para pengunjung. Ini sesuai dengan tujuan dari AFA sendiri yaitu;

“Meningkatkan minat dan kecintaa para pengusaha mode untuk menggali serta mengembangkan khazanah budaya lokal”.

Aku benar-benar kagum melihatnya, bukan kagum melihat modelnya tapi rancangan pakaian yang dikenakan para model. Dan yang paling kagum lagi rupanya para perancangnya masih banyak yang muda-muda. Wuits.., anganku mulai melayang, ingin seperti mereka juga. Semoga saja suatu saat Yellsaints Collection berada diantara mereka. Aminnn..!

Karya yang ditampilkan berasal dari 11 desainer Aceh yang tergabung dalam AFA. Mereka adalah; Vinnel Gallery, House of Lisda, De Nolla, Ipah moudiste, House of Nani, Cocom collection, Hannah collection, D’nonk hijab, Solozerycho, Kara official, Sheila bridal.


Para desainer Aceh yang tergabung dalam AFA

Patut diacungi jempol, mereka desainer yang kreatif dalam memadukan fashion traditional dan kontemporen. Ini dapat dilihat dari karya yang mereka hasilkan.
@dnonk_hijab desaign for lunching AFA


Design by Sheila bridal
Design By De Nolla


Design By @nanidjakfar

Para peserta yang hadir sepertinysa juga hobby fashion, ya.., tentunya kebanyakan kaum hawalah. Baju yang dikenakannya terlihat elegan dengan campuran etnik gayo yang berbentuk motif kerawang. Selain itu dari pantauanku, para peserta yang hadir juga banyak menggunakan baju-baju yang bermotif pucuk rebung, pintu aceh dan simbol-simbol aceh lainya.

Ini membuktikan bahwa orang Aceh sudah mulai melek fashion yang berbau traditional, tapi ada sentuhan modernnya. Mereka yang hadir banyak berasal dari kaum elite, sepertinya sih. Itu menurut presepsiku, karena harga tiketnya saja Rp50.000. Untunglah aku dapat undangan yang mewakili komunitas I Love Songket Aceh, komunitas yang sadar budaya dan pelestarian songket yang ada di Aceh. Jadi masuknya gratislah!

Disinilah aku mulai berfikir, bisnis fashion memang tak ada matinya. Selama ada kreativitas dan inovaasi, pasti banyak peminatnya. Aku berharap kedepannya, ada inovasi baru dari para desainer ini untuk mengkombinasikan songket dalam trend fashionnya di Aceh. Atau aku ya.., nanti yang mulanya membuat desain seperti itu. Semoga saja.., Amin..,!