Motif Pelaminan Kasab di Kamar Pengantin ACEH
Pelaminan di Kamar Pengantin (Kelambu Berlapis 7) |
Lazimnya
sepasang pengantin baru, kamar pengantin merupakan bagian yang harus ditata dan
dihiasi seindah dan senyaman mungkin. Karena dikamar inilah seorang gadis akan
melepaskan keperawanannya, untuk dipersembahkan kepada sang suami.
Menurut Loeb
dalam buku Barbara Leigh (1977) mendefinisikan kamar pengantin ialah ruangan
dalam rumah yang paling sarat dengan hiasan. Langit-langit seluruhnya tertutup
oleh bahan katun bewarna merah. Ragam hiasan lantainya bercorak, dan dilapisi
dengan tikar serta dindingnya dihiasi dengan kain gantung.
Pelaminan
ini terletak di depan kamar pengantin, yang dihiasi oleh beberapa sulaman
benang emas. Setiap hiasan yang tergantung di pelaminan sarat akan makna dan
pesan. Dahulunya pemakain pelaminan kasab di kamar pengantin, tidak bisa digunakan
oleh sembarangan orang. Perempuan yang menjaga kehormatannya sajalah yang bisa
mengenakannya. Jika perempuan tersebut sudah hamil duluan sebelum adanya ikatan
pernikahan, maka kasab tidak bisa digunakan dalam acara pesta perkawinan.
Adanya ketentuan ini dimaksudkan supaya
para perempuan senantiasa menjaga kehormatannya. Kamar pengantin yang
berhiaskan kasab benang emas merupakan sebuah bentuk penghargaan bagi wanita
yang menjaga kehormatannya. Namun zaman sudah berubah, batasan-batasan sosial
seperti yang dimaksudkan tidak berlaku lagi. Selama kemampuan keuangan mereka
mengizinkan, siapapun bisa menggunakan pelaminan kasab, bahkan dimodifikasi dalam
bentuk budaya yang lebih modern. Seperti pepatah minang berikut
“Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek
pencarian”
(Kebudayaan asli suatu bangsa dikalahkan oleh kebudayaan lain).
Kalau dahulu perempuan yang hamil
sebelum menikah merupakan sebuah aib besar bagi keluarga, namun tidak untuk
zaman sekarang. Budaya luar yang tidak memberi batasan pergaulan antara
laki-laki dan perempuan, telah membudaya di kehidupan kita. Sehingga banyaklah
pernikahan yang terjadi bukan atas dasar cinta, namun karena nafsu, yang
ujungnya si perempuan sudah duluan hamil sebelum menikah. Batasan sosial yang
pernah berlaku dahulu di Aceh, sekarang tinggal kenangan. Pelaminan kasab yang
sebenarnya berfungsi menyampaikan pesan sosial, justru tidak diketahui oleh
banyak orang. Oleh karena makna dibalik keindahan pelaminan tersebut, patut diketahui.
Berikut akan dijelskan bagian-bagian yang membentuk pelaminan kasab di kamar
pengantin.
1.
Labah
Mangirok
Bentuk Motif Labah Mangirok |
Labah sebutan bahasa Suku Aneuk Jamee yang berarti lebah. Labah Mangirok terletak dibagian
atas kamar pengantin. Labah Mangirok melambangkan kerajaan dan rakyat.
Sebagaimana sifat lebah yang suka gotong royong dan selalu hidup dalam sebuah
kumpulan, maka raja dan rakyat hendaklah saling mendukung sehingga ketika ada
musuh bisa dilawan secara bersama-sama.
2. Banta Gadang Tagak
Motif Kasab Banta Gadang Tagak |
Dalam bahasa suku Aneuk Jamee, Banta Gadang Tagak mempunyai arti Bantal Besar Berdiri dalam bahasa Indonesianya. Penyebutan ini dikarenakan posisinya dipasang dalam bentuk berdiri atau tegak lurus. Ukurannya bisa menyapai 1,5 meter atau lebih, sesuai dengan kondisi dan tinggi rumah.
Banta Gadang Tagak terletak di bawah Labah
Mangirok, berdampingan dengan Maracu Tunggal. Banta Gadang Tagak dilambangkan
sebagai seorang perempuan atau mempelai wanita. Motif yang terdapat di dalamnya
berupa batang kayu yang mempunyai banyak
cabang, ranting dan tunas. Ini lah yang digambarkan sebagai putri raja.
Sebagaimana sebuah batang kayu yang mempunyai
cabang, ranting dan tunas, begitu juga seorang perempuan akan melahirkan
keturunan berupa anak, cucu dan buyut. Selain itu terdapat motif pucuk rebung
yang terletak pada bagian atasnya, bermakna pucuk pimpinan.
3. Maracu dan Tapak
Motif Maracu dan Tapak |
Maracu dan Tapak terletak disamping Banta Gadang
Tagak, inilah yang melambangkan seorang raja atau mempelai pria. Banta Gadang
Tagak berdampingan dengan Maracu, seperti halnya mempelai wanita yang
berdampingan dengan mempelai pria.
Pemakaian Tapak hanya satu buah, berbeda dengan
kasab yang digunakan di pelaminan adat penuh (tunggang baliak) berjumlah lima
buah. Maknanya pun juga berubah, kalau lima buah tapak bermakna sebagai pondasi
Islam, yaitu shalat lima waktu sehari semalam, maka pemaknaan satu Tapak ialah
bahwa Allah swt itu Esa.
Lantas kenapa Maracu dan Tapaknya hanya dipakai satu buah? Hal ini
dikarenakan hanya seorang raja yang menikah deangan seorang putri, dan kamar
itu diperuntukkan hanya untuk mereka berdua, maka kasab ini diletakkan pada
kamar pengantin.
4. Kipas
Bewarna Warni
Kipas Bewarna-Warni |
Kipas bewarna warni ini diletakkan di sisi
samping kiri dan kanan Maracu yang berjumlah 6 buah. Warna kipas terdiri dari tiga
warna, yaitu warna kuning yang melambangkan sebagai raja dan keturunannya, warna
merah melambangkan cerdik pandai/panglima dan warna hijau sebagai rakyat dan
masyarakat biasa.
5. Banta
Basusun
Banta Basusun |
Banta Basusun diletakkan di atas
bangku tempat duduk pengantin bersanding. Terdiri dari empat sebelah kiri dan
empat sebelah kanan, bermakna ada empat pihak delapan kaum. Dalam adat Aneuk Jame, saat akan berlangsungnya
pernikahan harus dihadiri saudara dari orang tua, kakak atau adik laki-laki
dari kedua orang tua. Saudara laki-laki dari pihak ayah disebut dengan wali,
sedangkan saudara laki-laki dari pihak ibu disebut mamak. Mereka inilah yang
disebut empat pihak delapan kaum. Mereka merupakan orang yang harus hadir saat
musyawarah atau pakat dalam menentukan tanggal dan hari pesta/ alek.
Motif kasab yang terdapat di banta
basusun adalah motif nago beralih.
Motif yang berbentuk seperti huruf S tidur ini bermakna sebagai lambang kota
Tapaktuan, yang disebut juga sebagai Kota Naga dalam kisah legenda Tapaktuan.
Motif Nago Baralih |
6. Tilam Pandak
Motif Tilam Pandak |
Tilam Pandak adalah singgasana kehormatan para
pengantin yang disandingkan di pelaminan. Singgasana itu berupa sepasang bantal
persegi dengan ketebalan sekitar 7-10 cm dilengkapi sulam kasab. Kedua Tilam
Pandak merupakan tempat duduk pengantin dan bisa diletakkan dimana saja,
seperti ketika akad nikah di mesjid atau pun pada saat malam berhinai.
Motif di dalam Tilam Pandak sangat
dilarang menggunakan Motif Bunga Situnjung, karena Tilam Pandak ini digunakan
sebagai alas duduk. Jadi motif sebagai pilihanya digunakanlah motif tumbuhan.
Berikut ini makna dari motif alas Tilam Pandak:
Empat Petak dari Akar-Akar yang Bergolak. Terdapat empat golongan dalam
masyarakat Aneuk Jame Tapaktuan
yaitu; Golongan pertama adalah raja dan keturunannya atau diesbut juga golongan
bangsawan. Golongan kedua yaitu Cerdik pandai atau cendikiawan, Golongan ketiga
alim ulama dan golongan keempat rakyat banyak atau masyarakat biasa.
7. Renda
Putih
Renda putih melambangkan kesucian.
Saat diduduki oleh sepasang pengantin, berarti mereka berpegang kepada agama
Allah swt yang suci. Warna putih yang diidentikan sebagai warna suci dan juga
warna kesukaan Rasulullah saw, sesuai dengan pelaminan adat di Tapaktuan yang
bernafaskan Islam.
Buah Butun Kuning |
Buah butun kuning ialah kain kuning yang diikat-ikat dengan tali, menyerupai kain kuncup. Buah Butun Kuning terletak di
bangku tempat duduk pengantin, kiri dan kanan. Ruasnya berjumlah lima ruas yang melambangkan Rukun Islam
ada lima perkara.
9. Pancuang
Soa Kelambu
Terdapat beberapa bagian yang disebut sebagai
Pancuang Soa Kelambu. Inilah yang menjadi bagian utama dari kamar pengantin.
Bagian-bagiannya yaitu:
a. Kelambu
7 Lapis
Makna dari Kelambu 7 lapis ialah kehormatan
seorang wanita Aneuk Jame yang
diadatkan sebagai pelepasan dunia remajanya di dalam kelambu berlapis, bukan di jalan-jalan, atau di semak-semak.
Begitulah istimewanya bagi wanita yang menjaga kehormatannya.
Tidak semua wanita bisa berhasil memasuki
kelambu berlapis ini, hanya wanita yang menjaga kehormatanyalah yang bisa
merasakan ini. Karena dengan nikah beradatlah pasangan pengantin bisa memasuki
tempat ini, kalau tidak beradat maka perempuan tersebut tidak pernah
menggunakan kamar pengantin yang berdekorasi kasab benang emas itu.
Tentunya wanita yang hamil duluan sebelum
menikah, tidak bisa diperlakukan sama dengan wanita yang menjaga kehormatannya
sampai berada di kelambu ini. Perlakuan istimewa ini menurut adat agar
memotivasi perempuan untuk menjaga kehormatan dirinya. Sehingga dia tidak
disentuh oleh laki-laki sebelum tiba waktunya. Terlihatlah bagaimana hukum adat
menjaga seorang perempuan tersebut. Ini merupakan bentuk penghargaan bagi
wanita yang menjaga kehormatannya.
Kelambu 7 lapis terbuat dari kain
berwarna-warni yang diletakkan di pintu tempat tidur pengantin. Warnanya juga
disesuaikan dengan seprei tempat tidurnya. Jumlah kainnya juga disesuaikan
dengan tingkatan pestanya. Kalau yang mengadakan pesta tersebut ialah orang
bangsawan, maka jumlah kainnya 9 lapis.
Akan tetapi jika yang mengadakan
rakyat/masayarakat biasa, tapi mereka menyembelih 1 ekor kerbau walaupun sejengkal
tanduknya disaksikan oleh masayarakat banyak, maka kainnya berjumlah 7 lapis,
kalau memotong kambing 5 lapis, kalau memotong ayam 3 lapis, dan jika pestanya
hanya pesta kecil seperti memasak ikan maka kain yang digunakan cukup satu
lapis saja.
Semua
itu sudah diatur sesuai adat dengan melihat kemampuan si pembuat pesta. Dulunya
adat tersusun rapi hanya saja sekarang sudah banyak yang diubah-ubah. Ini
disesuaikan dengan kemampuan seseorang. Adat tidak memaksa, tapi adat mengatur
sesuai dengan tingkat kemampuan seseorang. Dalam melaksanakan pesta jangan
memaksakan kehendak, ibarat pepatah mengatakan “Nafsu besar tenaga kurang”. Dipaksakan untuk membuat walimah atau
pesta besar-besaran, namun sebenarnya mereka tidak mampu membuatnya, maka dari
itu adat telah mengatur sesuai dengan kadar kemampuan seseorang, supaya manusia
tidak berlaku sombong dan tamak.
Begitu juga orang yang memaksakan kehendak untuk melakukan pesta secara
besar-besaran, padahal semua orang tahu bahwa mereka tidak mampu, maka muncul
omongan dari masyarakat “Berkokok ayam
bertanya orang”. Sebenarnya mereka tidak sanggup namun tetap memaksakan,
ibarat seperti baju pinjaman yang terkadang kebesaran ataupun kekecilan.
Kelambu Berlapis 7 |
b. Bii
Motif BII |
Bii atau yang disebut sebagai kening kalambu terdapat pada bagian teratas kamar pengantin. Maknanya ialah kesucian hati suami istri dalam menjalankan bahtera rumah tangga. Bagaimanapun susah dan melaratnya hidup, mereka harus senantiasa tenang dan berserah diri kepada Allah swt. Mereka juga harus mematuhi nasehat-nasehat orang tua, cerdik pandai, alim ulama yang dilandasi kalimah tauhid (Al-Quran dan Hadits).
Motif yang terdapat pada Bii ini adalah Sepasang Burung Merak. Burung ini diibaratkan sebagai sepasang pengantin yang hidup penuh rasa kasih sayang. Mereka bersama-sama mencari nafkah di batang-batang kayu seperti yang tergambar di kasab. Bila di kampung halamannya susah mencari rezeki, hendaklah berusaha pindah ke negri lain, berani trbang pergi meninggalkan kampung halamannya sendiri.
Seprei berlapis digunakan untuk sprei kasur sesuai dengan
jumlah lapisan kelambu yang digunakan. Warnanya disesuaikan dengan kelambu yang
dipakai.
11. Sampang Kain
Sampang Kain |
Di Tapaktuan khususnya Aneuk Jame, kalau nikahnya itu beradat
maka dari pihak laki-laki akan membawa sebuah bawaan kepada sang mempelai
wanitanya. Isi bawaannya terdiri dari perlengakapan sang wanita, seperti pakaian,
seperangakat alat shalat dan berbagai peralatan hias wanita. Dibawa saat malam
pertama antar linto. Barang-barang seperti kain songket itu diletakan di
Sampang Kain sebagai pertanda pembawaan suami kepada istri.
Barang-barang itu dijadikan sebuah pusaka
untuk istri, tidak boleh barang-barang tersebut digunakan oleh orang lain.
Kalau sekiranya ada saudara baik itu dari pihak perempuan maupun laki-laki,
yang datang bertamu ke rumah mereka, tidak boleh barang barang tersebut
digunakan untuk tamu tersebut.
Kemudian saat mempelai wanita pergi ke rumah mempelai pria pada malam
kedua disebut dengan menjalang. Saat pulang nantinya sang mempelai wanita
diberi oleh mertuanya berupa peralatan makan seperti piring, mangkuk, gelas,
cerek dan sebagainya. Barang-barang tersebut dimasukkan ke dalam lemari yang
terletak disamping kamar pengantin.
Apabila seorang suami pergi mencari nafkah
dan tidak ada di rumah, maka barang-barang tersebut tidak boleh digunakan oleh
siapapun, terkecuali istrinya. Apabila sang suami pulang ke rumah barang-barang
yang disimpan itulah dipakai lagi untuk sang suami. Begitulah kuatnya adat Aneuk Jame Tapaktuan dalam menjaga
barang-barang yang diberikan oleh pihak suami.
12. Langit-Langit
Langit-langit terdapat di bagian
atas kamar yang menutupi plapon rumah. Langit-langit itu terdiri dari empat
sudut yang melambangkan empat golongan yaitu; golongan bangsawan, cerdik pandai
(cendikiawan), alim ulama dan rakyat banyak. Ditengah-tengahnya terdapat motif situnjung melingkar bulat yang
digambarkan sebagai raja. Sedangkan bulan dan bintang yang bertaburan
digambarkan sebagai rakyat banyak.
Makna yang terkandung dalam
Langit-Langit ini ialah bagaimanapun besar dan tingginya pangkat seorang
raja/pengantin yang sedang duduk bersanding di pelaminan, hendaknya sadar bahwa
ada yang lebih berkuasa lagi dari segala makhluk, yaitu Allah swt.
Lidah-lidah yang terletak dipinggir
langit-langit bermakna sebagai lidah-lidah kepemimpinan. Bentuk Lindah yang
runcing diumpamakan sebagai lidah perempuan, sedangkan yang bulat diumpamakan
sebagai lidah laki-laki, karena seorang pemimpin bisa dari perempuan dan bisa
dari laki-laki.
13. Tikar Jajakan
Tikar Jajakan |
Kain yg bewarna warni yang dibuat
berliku-liku disebut Tikar Jajakan. Artinya bagaimanapun liku-liku kehidupan
yang dijalani oleh suami istri, harus tabah menerimanya. Sebelum pengantin
laki-laki menuju ke pelaminan kamar pengantin, dia harus menginjak telur yang
bermakna bahwasanya manusia diciptakan Tuhan dari air yg tidak berguna (mani). Oleh karena itu tidak boleh
sombong atas kesuksesan dan keberhasilan hidup yang diberikan Tuhan.
Prosesi menginjak telur tersebut
mengandung makna bahwa manusia berasal dari tanah yang yg dinjak, jadi
hendaklah menyadari dimana asal kita sebenarnya. Maka dari itu manusia tidak
dibolehkan sombong dan angkuh. Kemudian ibu
jari kaki pengantin laki-laki dibasuh dengan sari pati kelapa untuk menyucikan
diri manusaia yang dhaif itu.
Dikarenakan kasab ini juga dipakai oleh
semua daerah yang ada di Aceh di Aceh, maka setiap daerah mempunyai makna kasab
yang berbeda-beda sesaui dengan kearifan lokal yang terdapat pada daerahnya.
Tulisan ini membahas pemaknaan kasab menurut adat Tapaktuan, jadi kalau ada
sekiranya orang yang menggunakan adat Aneuk
Jame Tapaktuan, namun pemakaian kasabnya tidak sesuai maka perlu
dipertanyakan, karena kasab adalah lambang kebudayaan dan adat Aneuk Jame Tapaktuan.
Oleh karena itu apa yang tergambar dalam
keindahan kasab, hendaknya diambil maknanya dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Karena kalau bukan kita yang menggunakannya, siapa lagi. Sungguh
disayangkan jika hiasan kasab hanya panjangan belaka, maka dari itu kita harus
menjaga dan melestarikannya supaya keberadaan dan kemegahan bangsa ini dikenang
sepanjang masa.
2 comments
Write commentsTengkyu sharingnya mbak, jd tau ttg pernikahan adat Aceh khususnya amar mantennya hehe. Adat tradisional itu luar biasa ya maknanya :)
ReplyIya., sama2 mbak., begitulah Adat pelaminan Aceh
Reply