Peringatan Hari HIV/AIDS

Senin, November 30, 2015 0 Comments A+ a-





Oleh - Yelli Sustarina

Satu Desember diperingati sebagai hari HIV/AIDS sedunia, bukan berati hari ini kita mengucapkan selamat kepada orang-orang yang menderita HIV/AIDS layaknya hari ibu atau hari pahlawan. Akan tetapi hari ini justru menjadi peringatan bagi kita semua terhadap bahayanya penyakit mematikan yang diakibatkan oleh Human Immunodefiency Virus (HIV). Hari ini juga dijadikan sebagai hari untuk meningkatkan kewaspadaan bagi yang belum terkena HIV/AIDS, dan memotivasi orang-orang yang menderita HIV/AIDS, bukan membiarkan dan mengucapkan selamat atas efek perbuatan yang dilakukannya.

Bayangkan bagaimana perasaanmu jika ada saudara atau orang terdekatmu terkena HIV? Pasti muncul perasaan was-was saat berinteraksi dengan mereka atau malah menjauhi orang-orang seperti ini. Dan bayangkan bagaimana kalau kamu sendiri yang mengalami penyakit tersebut. Pasti perasaan cemas dan takut menghantuimu, bukan karena penyakitnya, tapi karena malunya dipandang sebagai orang yang tidak baik dalam pergaulan dan pastinya dikucilkan di masyarakat.

HIV merupakan penyakit menular seksual yang sangat ditakuti saat ini, karena virus ini akan menyerang sistim kekebalan tubuh dan merusak fungsinya sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Selain itu HIV juga belum ditemukan obatnya, dan yang memperparah keadaan ialah saat seseorang terkena HIV, dia juga akan rentan terkena penyakit-penyakit lain dan susah untuk sembuh. Gejala-gejala yang muncul dan infeksi terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Orang yang terjangkit virus HIV disebut dengan istilah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Berbagai stigma mucul di masyarakat terhadap ODHA, bahkan mereka sering dikucilkan dan dianggap sebagai kutukan atas perbuatan buruk yang dilakukannya selama ini. 

Dalam pandangan masyarakat, ODHA ialah mereka yang mempunyai perilaku yang tidak baik dalam kehidupan seksualnya, karena sebagian besar ODHA ialah mereka yang aktif secara seksual dengan berganti-ganti pasangan atau yang dikenal dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). Padahal tidak semua ODHA yang diakibatkan oleh berganti-ganti pasangan, tapi juga ada penderita yang terjangkit atau terinfeksi HIV/AIDS tanpa disadari akibat dari kelalain oknum terkait atau penderita yang telah terinfeksi.


Penularan HIV/AIDS

Perlu diketahui bahwa penyebaran atau penularan HIV/AIDS ialah melalui darah atau cairan tubuh si penderita. Darah atau cairan tubuh tersebut bisa lewat jarum suntik yang terinfeksi, dari tranfusi darah, wanita yang terinfeksi oleh suaminya dan bayi yang ikut tertular dari orang tua yang terinfeksi saat hamil dan menyusui anaknya. Penularan HIV tidak semudah yang dibayangkan. Virus tersebut hanya aktif melalui media darah sehingga kita masih aman saat bersalaman, bersantuhan, satu ruangan atau hidup dengan ODHA. Hanya saja kita perlu menjaga jangan sampai barang-barang yang digunakannya terkena darah mereka yang menderita HIV/AIDS.

Akan tetapi ini yang jarang diketahui oleh masyarakat, karena saat seseorang diagnosa menderita HIV/AIDS dan dikethui oleh masyarakat, penderita tersebut sudah jelas dikucilkan bahkan tidak diterima dimasyarakat, sehingga mereka sangat tertekan dengan keadaan tersebut. Stigma dan deskriminasi dari masyarakat membuat ODHA sulit mencari pekerjaan, kehilangan pekerjaan, kehilangan tempat tinggal, bahkan diasingkan dari masyarakat dan diperlakukan tidak manusiawi. 

Perilaku demikian membuat ODHA akan depresi dan menyebabkan gangguan emosi. Apabila penderita sampai depresi maka penyakitnya semakin parah. Hal ini justru akan membuat penderita semakin terpuruk dan muncul hasrat ingin menularkan atau mencelakai orang-orang yang mengucilkannya. Mereka bisa saja dengan sengaja melukai dirinya dan meyebarkan darahnya ke orang-orang yang ada disekitarnya atau ke barang-barang yang sering digunakan banyak orang seperti pisau cukur di tempat orang tukang cukur. 

Jadi ketika ada seseorang yang terkena HIV/AIDS, yang harus dilakukan adalah merangkul dan mendukungnya. Mereka harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi dirinya untuk bertahan hidup. Memang obat HIV belum ada, tapi terdapat obat-obat yang mampu memperlambat kerja virus HIV, sehingga si penderita dapat bertahan hidup lebih lama, namun juga tergantung kondisi fisik dan emosional penderita. Oleh karena itu dengan adanya dukungan dengan orang-orang sekitar, ODHA bisa mendapat ketenangan hidup dan kita tidak perlu cemas lagi terhadap penularan HIV karena unsur kesengajaan.


Pecegahan HIV/AIDS

Pecegahan penyakit HIV/AIDS bukan dengan cara menjauhi orangnya atau ODHA, tapi dengan mencegah penularan virius dengan cara ABCDE yaitu; A= Abstinence (puasa seks), artinya tidak berhubungan seks sama sekali, terutama bagi individu yang belum menikah. B= Be Faitful (setia), jika sudah mempunyai pasangan maka setialah dengan satu pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan. C= Condom, saat anda atau pasangan anda terinfeksi HIV/AIDS, gunakan kondom saat mealakukan hubungan suami istri. D= Drugs (obat-obatan), artinya jauhi narkoba terutama pada jenis jarum suntik yang bergantian. E= Equipment (peralatan), jangan bergantian atau berbagi menggunakan alat seperti jarum suntik, pisau cukur, alat potong kuku atau tato dan alat-alat lainnya yang dapat berhubungan dengan darah.

Selain itu pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara screening awal atau deteksi dini HIV/AIDS dengan cara donor darah. Screening awal sangat penting dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya virus tersebut di dalam tubuh, karena orang dengan HIV/AIDS awalnya tidak menunjukkan gejala apa-apa. Gejala akan muncul saat AIDS naya sudah mucul dan biasanya 5-10 tahun setelah positif terkena HIV. Donor darah dapat mendeteksi penyakit-penyakit yang ada dalam tubuh, salah satunya HIV. Oleh karena itu donor darah sangat dainjurkan sebagai upaya tindakan pencegahan HIV/AIDS.