Tas Rajut Made in Lokal Aneuk Jamee, Makin Keren dan Arif! #SmescoNV

Selasa, Oktober 20, 2015 2 Comments A+ a-


Tas Rajut Motif Pucuk Rebung

Kalau berbicara tentang rajut, pasti diidentikan dengan kaum perempuan. Padahal menurut sejarahnya rajut ditemukan oleh kaum pria dari Jazirah Arab, Timur Tengah. 

Tujuan dari pembuatan rajut ini pada mulanya untuk membuat permadani. Kemudian oleh para pedagang Arab, hasil permadani rajutan tersebut dijual ke berbagai belahan dunia, hingga tersebar di Eropa dan Asia. Keterampilan merajut ini lalu dipelajari oleh negara-negara kolonial seperti spanyol, inggris dan belanda.

Pekerjaan merajut juga menjadi hal yang populer dikalangan bangsawan inggris. Bahkan merajut merupakan salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh wanita bangsawan di Inggris pada masa Victoria. 

Sedangkan di pesisir Inggris, ada satu daerah yang mempunyai tradisi bagi seorang calon mempelai wanita, harus membuat sweater untuk dihadiahkan kepada calon suaminya pada hari pernikahan mereka.

Di Indonesia, budaya merajut didapat dari orang-orang belanda yang datang ke Indonesia di masa penjajahan. Keterampilan inilah yang diajarkan oleh para noni Belanda kepada perempuan pribumi Indonesia. 

Dikarenakan saat itu keterampilan ini hanya diajarkan kepada kaum perempuan, maka pekerjaan ini lebih diidentikkan dengan kaum perempuan. 

"Merajut kemudian menjadi kebiasaan ibu-ibu rumah tangga dan para lansia untuk mengisi waktu luangnya". 

Saat ini merajut menjadi sebuah keterampilan yang bisa digunakan untuk pemberdayaan perempuan, karena banyak usaha rajut yang berhasil menjadi usaha rumah tangga.

Mengangkat Kearifan Lokal.

Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan yang berujud aktivitas, untuk menjawab permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat. 

Kearifan lokal didapat dari kehidupan sekitar masyarakat yang diambil dari kondisi alam, maupun nilai-nilai budaya yang mempengaruhinya. Orang-orang yang hidup pada zaman dahulu memaknai suatu hal dari tumbuhan, hewan, bentuk geografis suatu daerah dan benda-benda yang terdapat pada masa itu. 

Kemudian mereka tuangkan melalui syair-syair, cerita, lukisan dan kerajinan tangan berupa motif dan bentuk.

Berbicara tentang kearifan, terdapat kata arif yang bermakana: menyadari, mencintai dan memiliki. Oleh masyarakat Aneuk Jamee di Aceh Selatan, kearifan lokal itu dituangkan ke dalam bentuk kerajinan tangan berupa kasab benang emas. 

Kerajinan ini merupakan seni menyulam dengan menggunakan kain beludru sebagai bahan dasar dan benang bewarna emas. Hasil dari kerajinan ini disebut dengan kasab dan digunakan saat acara adat seperti dalam pernikahan, suntan atau pun kematian.

 
Pengrajin Kasab Benang Emas Aneuk Jamee di Gampong Air Sialang Hilir, Kec.Samadua

Di dalam kasab terdapat berbagai motif, bentuk dan warna, semua mempunyai makna. Motif yang terdapat dalam kasab menggambarkan daerah tersebut, namun sayangnya tidak banyak yang mengetahui hal itu. Sehingga generasi sekarang hanya melihat kasab sebagai karya seni atau pelengkap adat dalam pesta penikahan dan sunatan.

Bahkan kita hanya bisa melihat motif-motif tersebut lewat kasab pelaminan benang emas, di acara pesta atau saat Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali. 

Ini tentunya dapat mengakibatkan hilangnya nilai-nilai suatu kebudayaan, ditengah derasnya arus budaya luar yang datang ke Aceh. Oleh sebab itu perlu ide kreatif untuk mengatisipasi hal ini, dengan memunculkan produk rajut tapi motif kasab.

Pelaminan Kasab Aneuk Jamee di Aceh Selatan

Penggunaan Motif Kasab ke Rajut.

Sebagai keluarga yang sudah turun temurun menjadi pengrajin kasab, saya pun berinisiatif untuk membuat motif-motif yang biasa digunakan dalam kasab, dibuat untuk motif rajut. Hal ini dikarenakan produk rajut sedang digemari oleh masyarkat saat ini. 

Oleh karena kasab tidak bisa dipakai sembarangan, jadi rajut merupakan pilihan yang tepat untuk menggantikannya. Selain itu kasab dan rajut sama-sama dibuat dari kerajinan tangan.

Yell Saints Rajut merupakan produk buatan lokal dari suku  Aneuk Jame yang ada di Gampong Air Sialang, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan. 

Produk yang dihasilkan asli buatan tangan para pengrajin. Motif yang digunakan dalam produk Yell saints Rajut, diambil dari motif kasab sulam benang emas. 

Para pengrajin rajut Yell Saints Rajut, juga sebagai pengrajin kasab sulam emas. Oleh karena kasab benang emas hanya digunakan saat upacara adat, maka para pengrajin menambah kegiatan lain dengan cara merajut.
Merk Produk Tas Rajut dari pengrajin Lokal Aneuk Jamee di Aceh Selatan
Motif rajut yang dihasilkan, sama halnya dengan motif jahitan pada kasab emas. Hal ini untuk menjaga kearifan lokal yang ada pada suku Aneuk Jame di Aceh Selatan.

1.    Motif tampuak lawang/tampuak ampek

Motif ini menggambarkan empat sudut dengan jarak yang sama, menyerupai tangkai cengkeh/lawang. Terdiri dari empat kelopak yang merekah. Berdasarkan kearifan lokal Aneuk Jame  yang tinggal di Aceh Selatan, cengkeh menggambarkan hasil komuditas utama dari pertanian yang ada di Aceh Selatan.

 

Makna filosofinya yaitu kehidupan yang sempurna di topang oleh empat bagian yaitu; iman, islam, tauhid dan ma’rifat.

2.    Motif Sisiak Rumbio (Sisik Rumbia)


Daerah Aceh Selatan terdapat lahan rawa dan gambut yang cukup banyak. Sehingga rumbia menjadi tumbuhan endemik. Rumbia menjadi komuditas yang kaya meanfaat mulai dari buah, batang, pelepah dan daun.



3.    Motif Naiak (Naik) Turun

Motif  ini menggambarkan kondisi geografis Aceh Selatan yang memiliki banyak gunung dan lembah. Makna filosofisnya bahwa kehidupan pasti ada kondisi kita saat di atas dan di bawah yaitu ada naik dan turun.


4.    Motif Takat Sabalah

Takat berarti perkiraan yang tepat, sabalah berarti sebelah.  Motif ini digunakan untuk motif-motif yang kecil dan sulit untuk motif yang besar. Selain itu juga ada variasi dengan  takat duo, supaya motif yang ditampilkan tidak menoton.

 
5.    Motif Pucuk Rebung

Pucuk rebung merupakan tumbuhan bambu yang masih kecil.  Masyarakat Aneuk Jame menjadikannya sebagai sayur. Berdasarkan filosofi bentuk dasarnya yang lebar berarti orang banyak.  Pucuk berarti pimpinan.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebuah masyarakat dipimpin oleh orang banyak.



Penggunaan motif-motif ini diharapkan bisa menjadi sebagai media promosi kepada masayarakat agar tidak meninggalkan nilai-nilai budayanya. Kalau biasanya motif tersebut hanya bisa dilihat dalam bentuk kasab benang emas, tapi sekarang motif-motif tersebut ada dibuat dalam bentuk tas rajut dan tentunya bisa digunakan dalam keseharian.

Begitulah hal-hal kecil yang bisa dilakukan untuk mengangkat kembali kearifan lokal yang ada di daerah Saya. Apalagi SMESCO http://www.smescoindonesia.com mempunyai misi untuk mempromosikan produk lokal ke kancah internasional, tentunya rajut yang mempunyai motif khas Kasab Aneuk Jamee ini dapat bernilai jual tinggi. 

Bukan hanya sekedar mengangkat produk lokal, tapi kita mengetahui makna yang terkandung dari produk yang dihasilkan. Produk lokal terangkat, budaya lokalpun bisa terjaga.

Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan mencintai budayanya? Jadi tugas kita sebagi generasi sekarang untuk menjaga dan meneruskannya ke generasi mendatang. Seperti yang dikatakan pepatah Aceh 

Mate aneuk meupat jirat, gadoh adat pat tamita (Mati anak tahu kuburannya, hilang adat kemana hendak dicari)”. 

Semoga Tas Rajut Aneuk Jamee di Aceh Selatan dapat dikenal oleh dunia Internasional. 
http://www.smescoindonesia.


2 comments

Write comments
Makmur Dimila
AUTHOR
20 Oktober, 2015 09:23 delete

Salut buat perempuan Aceh Selatan yang masih merawat budaya merajut. Di daerah saya terakhir saya lihat waktu saya masih SD.

Patut dipertahankan dan dipasarkan secara luas bila perlu. :D

Reply
avatar
22 Oktober, 2015 00:16 delete

Ya.., semoga saja rajut dari pengrajin lokal ini bisa dikenal sampai ke tingkat Internasional.

Reply
avatar