Tas Rajut Made in Lokal Aneuk Jamee, Makin Keren dan Arif! #SmescoNV
Tas Rajut Motif Pucuk Rebung |
Kalau
berbicara tentang rajut, pasti diidentikan dengan kaum perempuan. Padahal
menurut sejarahnya rajut ditemukan oleh kaum pria dari Jazirah Arab, Timur
Tengah.
Tujuan dari pembuatan rajut ini pada mulanya untuk membuat permadani. Kemudian oleh para pedagang Arab, hasil permadani rajutan tersebut dijual ke berbagai belahan dunia, hingga tersebar di Eropa dan Asia. Keterampilan merajut ini lalu dipelajari oleh negara-negara kolonial seperti spanyol, inggris dan belanda.
Tujuan dari pembuatan rajut ini pada mulanya untuk membuat permadani. Kemudian oleh para pedagang Arab, hasil permadani rajutan tersebut dijual ke berbagai belahan dunia, hingga tersebar di Eropa dan Asia. Keterampilan merajut ini lalu dipelajari oleh negara-negara kolonial seperti spanyol, inggris dan belanda.
Pekerjaan
merajut juga menjadi hal yang populer dikalangan bangsawan inggris. Bahkan
merajut merupakan salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh wanita
bangsawan di Inggris pada masa Victoria.
Sedangkan di pesisir Inggris, ada satu daerah yang mempunyai tradisi bagi seorang calon mempelai wanita, harus membuat sweater untuk dihadiahkan kepada calon suaminya pada hari pernikahan mereka.
Di Indonesia, budaya merajut didapat dari orang-orang belanda yang datang ke Indonesia di masa penjajahan. Keterampilan inilah yang diajarkan oleh para noni Belanda kepada perempuan pribumi Indonesia.
Dikarenakan saat itu keterampilan ini hanya diajarkan kepada kaum perempuan, maka pekerjaan ini lebih diidentikkan dengan kaum perempuan.
Saat ini merajut
menjadi sebuah keterampilan yang bisa digunakan untuk pemberdayaan perempuan,
karena banyak usaha rajut yang berhasil menjadi usaha rumah tangga.
Sedangkan di pesisir Inggris, ada satu daerah yang mempunyai tradisi bagi seorang calon mempelai wanita, harus membuat sweater untuk dihadiahkan kepada calon suaminya pada hari pernikahan mereka.
Di Indonesia, budaya merajut didapat dari orang-orang belanda yang datang ke Indonesia di masa penjajahan. Keterampilan inilah yang diajarkan oleh para noni Belanda kepada perempuan pribumi Indonesia.
Dikarenakan saat itu keterampilan ini hanya diajarkan kepada kaum perempuan, maka pekerjaan ini lebih diidentikkan dengan kaum perempuan.
"Merajut kemudian menjadi kebiasaan ibu-ibu
rumah tangga dan para lansia untuk mengisi waktu luangnya".
Mengangkat Kearifan Lokal.
Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan
pengetahuan yang berujud aktivitas, untuk menjawab permasalahan dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat setempat.
Kearifan lokal didapat dari kehidupan sekitar masyarakat yang diambil dari kondisi alam, maupun nilai-nilai budaya yang mempengaruhinya. Orang-orang yang hidup pada zaman dahulu memaknai suatu hal dari tumbuhan, hewan, bentuk geografis suatu daerah dan benda-benda yang terdapat pada masa itu.
Kemudian mereka tuangkan melalui syair-syair, cerita, lukisan dan kerajinan tangan berupa motif dan bentuk.
Kearifan lokal didapat dari kehidupan sekitar masyarakat yang diambil dari kondisi alam, maupun nilai-nilai budaya yang mempengaruhinya. Orang-orang yang hidup pada zaman dahulu memaknai suatu hal dari tumbuhan, hewan, bentuk geografis suatu daerah dan benda-benda yang terdapat pada masa itu.
Kemudian mereka tuangkan melalui syair-syair, cerita, lukisan dan kerajinan tangan berupa motif dan bentuk.
Berbicara tentang kearifan, terdapat kata arif yang bermakana: menyadari, mencintai dan memiliki. Oleh masyarakat Aneuk
Jamee di Aceh Selatan, kearifan lokal itu dituangkan ke dalam bentuk
kerajinan tangan berupa kasab benang emas.
Kerajinan ini merupakan seni menyulam dengan menggunakan kain beludru sebagai bahan dasar dan benang bewarna emas. Hasil dari kerajinan ini disebut dengan kasab dan digunakan saat acara adat seperti dalam pernikahan, suntan atau pun kematian.
Kerajinan ini merupakan seni menyulam dengan menggunakan kain beludru sebagai bahan dasar dan benang bewarna emas. Hasil dari kerajinan ini disebut dengan kasab dan digunakan saat acara adat seperti dalam pernikahan, suntan atau pun kematian.
Pengrajin Kasab Benang Emas Aneuk Jamee di Gampong Air Sialang Hilir, Kec.Samadua
Di dalam kasab terdapat berbagai motif, bentuk dan
warna, semua mempunyai makna. Motif yang terdapat dalam kasab menggambarkan
daerah tersebut, namun sayangnya tidak banyak yang mengetahui hal itu. Sehingga
generasi sekarang hanya melihat kasab sebagai karya seni atau pelengkap adat
dalam pesta penikahan dan sunatan.
Bahkan kita hanya bisa melihat motif-motif tersebut
lewat kasab pelaminan benang emas, di acara pesta atau saat Pekan Kebudayaan
Aceh (PKA) yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali.
Ini tentunya dapat mengakibatkan hilangnya nilai-nilai suatu kebudayaan, ditengah derasnya arus budaya luar yang datang ke Aceh. Oleh sebab itu perlu ide kreatif untuk mengatisipasi hal ini, dengan memunculkan produk rajut tapi motif kasab.
Ini tentunya dapat mengakibatkan hilangnya nilai-nilai suatu kebudayaan, ditengah derasnya arus budaya luar yang datang ke Aceh. Oleh sebab itu perlu ide kreatif untuk mengatisipasi hal ini, dengan memunculkan produk rajut tapi motif kasab.
Pelaminan Kasab Aneuk Jamee di Aceh Selatan |
Penggunaan Motif Kasab ke Rajut.
Sebagai keluarga yang sudah turun temurun menjadi
pengrajin kasab, saya pun berinisiatif untuk membuat motif-motif yang biasa
digunakan dalam kasab, dibuat untuk motif rajut. Hal ini dikarenakan produk
rajut sedang digemari oleh masyarkat saat ini.
Oleh karena kasab tidak bisa dipakai sembarangan, jadi rajut merupakan pilihan yang tepat untuk menggantikannya. Selain itu kasab dan rajut sama-sama dibuat dari kerajinan tangan.
Oleh karena kasab tidak bisa dipakai sembarangan, jadi rajut merupakan pilihan yang tepat untuk menggantikannya. Selain itu kasab dan rajut sama-sama dibuat dari kerajinan tangan.
Yell
Saints Rajut merupakan produk buatan lokal dari suku Aneuk Jame yang ada di Gampong Air
Sialang, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan.
Para pengrajin rajut Yell Saints Rajut, juga sebagai pengrajin kasab sulam emas. Oleh karena kasab benang emas hanya digunakan saat upacara adat, maka para pengrajin menambah kegiatan lain dengan cara merajut.
Merk Produk Tas Rajut dari pengrajin Lokal Aneuk Jamee di Aceh Selatan |
Motif
rajut yang dihasilkan, sama halnya dengan motif jahitan pada kasab emas. Hal
ini untuk menjaga kearifan lokal yang ada pada suku Aneuk Jame di Aceh Selatan.
1. Motif
tampuak lawang/tampuak ampek
Motif ini menggambarkan empat sudut
dengan jarak yang sama, menyerupai tangkai cengkeh/lawang. Terdiri dari empat
kelopak yang merekah. Berdasarkan kearifan lokal Aneuk Jame yang tinggal di
Aceh Selatan, cengkeh menggambarkan hasil komuditas utama dari pertanian yang
ada di Aceh Selatan.
Makna filosofinya yaitu kehidupan yang
sempurna di topang oleh empat bagian yaitu; iman, islam, tauhid dan ma’rifat.
2. Motif
Sisiak Rumbio (Sisik Rumbia)
Daerah
Aceh Selatan terdapat lahan rawa dan gambut yang cukup banyak. Sehingga rumbia
menjadi tumbuhan endemik. Rumbia menjadi komuditas yang kaya meanfaat mulai
dari buah, batang, pelepah dan daun.
3. Motif Naiak (Naik) Turun
Motif ini menggambarkan kondisi geografis Aceh
Selatan yang memiliki banyak gunung dan lembah. Makna filosofisnya bahwa
kehidupan pasti ada kondisi kita saat di atas dan di bawah yaitu ada naik dan
turun.
4. Motif Takat Sabalah
Takat berarti perkiraan yang tepat,
sabalah berarti sebelah. Motif ini
digunakan untuk motif-motif yang kecil dan sulit untuk motif yang besar. Selain
itu juga ada variasi dengan takat duo,
supaya motif yang ditampilkan tidak menoton.
5. Motif Pucuk Rebung
Pucuk
rebung merupakan tumbuhan bambu yang masih kecil. Masyarakat Aneuk Jame menjadikannya
sebagai sayur. Berdasarkan filosofi bentuk dasarnya yang lebar berarti orang
banyak. Pucuk berarti pimpinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebuah
masyarakat dipimpin oleh orang banyak.
Penggunaan motif-motif ini diharapkan bisa menjadi sebagai media promosi kepada masayarakat agar tidak meninggalkan nilai-nilai budayanya. Kalau biasanya motif tersebut hanya bisa dilihat dalam bentuk kasab benang emas, tapi sekarang motif-motif tersebut ada dibuat dalam bentuk tas rajut dan tentunya bisa digunakan dalam keseharian.
Begitulah
hal-hal kecil yang bisa dilakukan untuk mengangkat kembali kearifan lokal yang
ada di daerah Saya. Apalagi SMESCO http://www.smescoindonesia.com mempunyai misi untuk mempromosikan produk
lokal ke kancah internasional, tentunya rajut yang mempunyai motif khas Kasab Aneuk Jamee ini dapat bernilai jual tinggi.
Bukan hanya sekedar mengangkat produk lokal, tapi kita mengetahui makna yang terkandung dari produk yang dihasilkan. Produk lokal terangkat, budaya lokalpun bisa terjaga.
Bukan hanya sekedar mengangkat produk lokal, tapi kita mengetahui makna yang terkandung dari produk yang dihasilkan. Produk lokal terangkat, budaya lokalpun bisa terjaga.
Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan mencintai budayanya? Jadi tugas kita sebagi generasi sekarang untuk menjaga dan meneruskannya ke generasi mendatang. Seperti yang dikatakan pepatah Aceh
“Mate aneuk meupat jirat, gadoh adat pat tamita (Mati anak tahu
kuburannya, hilang adat kemana hendak dicari)”.
Semoga Tas Rajut Aneuk Jamee di Aceh Selatan dapat dikenal oleh dunia Internasional.
http://www.smescoindonesia.
2 comments
Write commentsSalut buat perempuan Aceh Selatan yang masih merawat budaya merajut. Di daerah saya terakhir saya lihat waktu saya masih SD.
ReplyPatut dipertahankan dan dipasarkan secara luas bila perlu. :D
Ya.., semoga saja rajut dari pengrajin lokal ini bisa dikenal sampai ke tingkat Internasional.
Reply