Petang 27 Puasa

Senin, Juli 13, 2015 0 Comments A+ a-



Foto bersama keluarga besar (1434 H)

Masih teringat oleh ku saat kebersamaan dua tahun yang lalu. Saat semua keluarga ku berkumpul, berkumpul di rumah nenek. Setiap petang 27 puasa, merupakan moment yang paling di tunggu-tunggu, saat semua keluarga besarku berkumpul untuk berbuka puasa di rumah nenek. Saat ini lah yang paling membahagiakan buat nenek, karena bisa berkumpul dengan cucu-cucunya.
Aku masih ingat, saat nenek menyiapkan makanan untuk kami semua. Walaupun  kami membawa makanan dari rumah masing-masing, tapi nenek tetap menyediakan makanan untuk kami. Aku sangat menyukai masakannya, apalagi sambal udang sabu dan teri buatannya. Sederhana memang, tapi itu bisa menambah selera makanku dan menghilangkan anoreksia (tidak nafsu makan), saat gangguan makanku muncul.
            Petang 27 puasa tahun 1434 H/ 2013 M, petang terkahirku bisa berbuka bersama dengan nenek. Aku masih ingat bagaimana dia sibuknya memasak untuk persiapan buka bersama di petang 27 puasa saat itu. Peteng itu terkahir kali aku melihat senyum kebahagiaanya. Senang rasanya bisa melihat senyum itu, tapi sayang petang 27 puasa kali ini, aku tidak bisa menikmati kebersamaan itu lagi.
            Tahun ini, kali kedua ku tidak mendapatkan kebersamaan di petang 27 puasa. Bahkan untuk tahun-tahun ke depan tidak akan ada lagi tradisi petang 27 puasa. Setelah kepergian nenek pada tanggal 20 September 2013, satu bulan setelah ulang tahunku, keluarga besarku pun mulai kehilangan arah. Bagai anak ayam kehilangan induk, tak tau kemana lagi harus berkumpul.
            Memang setiap yang bernyawa pasti akan mati. Kalau gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan kenangan. Aku tidak lepas dari kenagan saat bersama nenek, bahkan aku masih punya janji kepadanya. Sebuah janji yang akan aku persembahkan untuknya di tahun 2014. Tapi Allah swt, berkata lain, dia memanggil nenekku duluan, sebelum aku menepati janji ku itu. Sedih., benar-benar sedih, aku tidak bisa menepatinya. Janjiku kepadanya akan membawa dirinya untuk hadir di hari aku di sumpah menjadi sarjana keperawatan (http://yellsaints.blogspot.com/2014/08/janjiku-ku-tepati-lewat-mimpi.html).
            Petang 27 puasa kali ini, terkesan biasa-biasa saja bagiku. Tidak ada lagi buka bersama, tidak ada lagi canda tawa dan berbagi cerita dengan sepupuku. Kebersamaan itu hilang seiring dengan kepergian nenekku. Sekarng tinggal hanya kenangan. Nenek ku yang mempunyai 8 anak dengan 23 cucu, 1 cicit, sekarang tidak bisa lagi berkumpul seperti di petang 27 puasa sebelumnya.
            Andaikan waktu bisa dimundurkan, aku akan bilang ke nenek, setiap 27 puasa ditetapkan sebagai hari wajib keluarga untuk berkumpul bersama, meskipun dia sudah tiada. Mungkin nenek lupa mengatakan kepada anak-anaknya untuk melanjutkan tradisi ini. Tapi, mau bagaimana lagi, petang 27 puasaku tidak seindah dulu.