Janjiku Ku Tepati Lewat Mimpi

Kamis, Agustus 28, 2014 0 Comments A+ a-


Aku terdiam menatapi foto wanita tua yang ada di tangan ku. Air mata ku satu demi satu jatuh membasahi pipi, seketika itu pun aku teringat akan janji yang pernah ku ucapkan kepadanya. Janji yang selalu di tunggunya dariku, namun belum sempat aku memenuhinya, dia pun pergi meninggalkanku untuk selamnya. Foto yang sedang ku pegang itu ialah foto nenekku.
Saat nenek terbaring lemah di rumah sakit, aku tidak bisa menemaninya. Karena aku sedang melakasankan pendidikan di perguruan tinggi yang mengharuskan aku jauh darinya. Saat itu aku tidak mendapakan izin pulang untuk membesuk nenek karena aku sedang praktek di rumah sakit. Aku pun tidak fokus saat berkomunikasi dengan pasien pada pratikum komunikasi terapeutik. Pikiran ku hanya tertuju satu kepada nenek, bagaimana kedaannya sekarang? Siapa yang merawatnya? Apa dia baik-baik saja? Apa dia mendapat perawatan yang baik? Rasa bersalah tiba-tiba muncul di pikiranku, bayangan nenek muncul bergantian di memoriku. Apalagi saat aku melewati ruang koridor Intesif Care Unit  (ICU) di Rumah sakit tempatku pratikum, aku melihat para pasien terbaring dengan di pasang alat bantu pernapasan dan alat monitor jantung lainnya. Aku teringat nenek yang juga terbaring lemah di sana. Terakhir kabar yang ku dapat dari ibuku, bahwa nenek tidak sadarkan diri dan masih berada di ruang ICU. Oh., Tuhan berilah kesempatan buatku untuk menepati janjiku kepadanya, aku tidak ingin dia pergi secepat ini.
Air mataku terus becucuran, kenangan saat-saat bersama nenek terus memenuhi setiap langkahhku. Teringat saat terakhir kali aku berpamitan kepada nenek, saat aku harus berpisah dengannya dikarenakan tempat kuliahku yang berada di kota Banda Aceh. Dia membisikkan ke telingaku, “jangan lupa pulang nanti ya, kalau sudah jadi perawat”. Ia nek, jawabku. Saat aku ingin menaiki mobil L300 yang menjadi tumpanganku, dia pun menarik tanganku dan memelukku, itulah pelukan terakhir yang diberikannya kepadaku.
***
Uh..., perasaanku semakin tidak enak, sudah 14 jam nenek tidak sadarkan diri. Aku tidak henti-hentinya menelpon ibu untuk mengetahui keadaan nenek. Malam sudah larut, mataku pun belum bisa di pejamkan, ku lihat jam menunjukkan pukul 00.17 wib. Aku kembali menelpon ibu, katanya nenek juga belum sadarkan diri. Kemudian ibu menyuruhku segera tidur supaya tidak terganggu kesehatanku nantinya, karena besok pagi aku harus kuliah.
Aku pun mencoba untuk tidur, Baru saja aku tidur dan memcoba masuk ke alam bawah sadar dimana mimpi buruk meghampiriku, aku pun terbangun. Jam menunjukkan pukul 01.13 malam, “ya Allah apa yang terjadi pada ku” gumam ku dalam hati. Pikiranku teringat nenek yang sedang sekarat di rumah sakit. Betapa tidak bergunanya aku ini karena tidak bisa menamani nenek di saat dia membutuhkanku. Rasa bersalahpun mulai menghampiriku. Untuk menenangkan hati, aku ambil air wudhu dan aku pun shalat tahajud. Aku berdoa agar nenek diberikan kesembuhan agar aku bisa memenuhi janjiku kepadanya.
Setelah shalat akupun mencoba untuk tidur lagi, susah rasanya mata ini terpejam dan pikiranku selalu melayang saat-saat indah bersamanya. Aku memperbanyak dzikir untuk memudahkan tidurku. Akhirnya akupun sampai ke tahap mimpi, di sana aku bertemu dengan nenek dan dia memakai pakaian yang sangat bagus seperti orang mau pergi. Aku sedang berada di tengah-tengah keluarga besar tepatnya pada saat makan bersama. Nenek hanya tersenyum kepadaku tampa berkata sepatah katapun. Aku bingung dengan semua ini, ku tanyakan kepada bunda yang berada di sampingku “ Bun, bukannya nenek sedang di rawat di rumah sakit, Koq ada disini?” bunda ku menjawab makan saja terus, jangan banyak tanya. Tapi nenek juga tetap tidak berkomentar sambil memandang ku dengan senyumannya.
Selesai makan, nenekpun duduk di dekatku, tiba-tiba dia menangis sejadi-jadinya, dan berbicara pada ku seperti orang yang ingin pergi jauh. Tapi aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakanya kepadaku. Dan tiba-tiba aku pun terbangun, ku usap kedua wajahku sambil mengucapkan istiqfar. “ya Allah apa yang sedang terjadi padanya? Tolong lindungi dia ya Allah” doa ku dalam hati. Ku lihat jam menunjukkan jam 03.00 pagi. Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi disana, pertanda apakah mimpi ku ini?
Aku memncoba untuk tidur kembali, dan mimpi itu pun memasuki pikiran ku lagi. Kali ini aku pulang dengan jalan kaki dan ku temukan nenek terkujur kaku sedang di mandikan oleh kelurgaku. Tangisku pun tak sanggup ku bendung, karna di detik-detik terakhirnya aku tidak bisa menemaninya. Tiba-tiba aku di kejutkan oleh nada dering Hp ku yang berbunyi dan akupun terbangun. Ku lihat panggilan telpon dari ibu, pikiranku lansung tertuju pada nenek. Di ujung telpon sana terdengar suara ibu yang sedikit terisak oleh tangisan, dia kabarkan kepadaku bahwa nenek sudah duluan meninggalkan kita semua.
Badanku terkulai lemah mendengar kabar tersebut, air mata yang dari tadi malam ku tahan-tahan akhirnya keluar juga. Ibu berusaha menenangkan ku, dia berkata “jangan sampai kamu larut dengan kesedihan ini, bukankah nenek menginginkanmu menjadi seorang perawat? Fokuslah dengan kuliah mu insyaallah libur akhir pekan ini, ibu akan pesan tiket L300 supaya kamu bisa pulang. 
Kejadian hari itu membuatku benar-benar patah semangat. Janjiku belum sempat ku penuhi kepada nenek. Dia yang ingi melihatku di wisuda dan menjadi seorang perawat  belum dapat ku penuhi. Oh.., tuhan kenapa dia pergi secepat itu?. Aku masih ingat jelas saat dia mengutarakan keinginannya kepadaku.
****
Sekarang tepat empat tahun sudah kepergiannya, nenek yang menginginkan ku menjadi seorang perawat sebentar lagi akan terujud. Besok pagi, tepat tanggal 27 Agustus 2014 aku akan sah menjadi seorang sarjana keperawatan. Akan tetapi sayang, nenek tidak bisa hadir di hari yang ku tunggu-tunggu ini. Aku berharap bisa bertemu dengannya walaupun lewat mimpi, seperti mimpiku di saat dia akan pergi meninggalkan dunia ini.
Akhirnya Allah swt mempertemukan aku dengan nenek leawat mimpi yang ku inginkan itu. Sehari setelah aku selesai di wisuda, malamnya aku bermimpi bertemu dengan nenek. Dia menggenakan mukena dan duduk di sampingku. Aku yang memekai baju toga dengan ijazah dalam map batik di tangan langsung memeluk nenek. Lalu dia berkata, “akhirnya nenek bisa melihatmu di wisuda, pastinya sebentar lagi kamu akan kerja di rumah sakit dan membantu orang-orang yang membutuhkan pertolonganmu, nenek senang sekali melihatmu, jangan sombong ya nanti kalau kamu sudah sukses”. Belum sempat aku menjawab kata-katanya, akupun terbangun. Ya Allah..., apa kah janji ku dulu kepada nenek telah terpenuhi walaupun lewat mimpi? Aku berharap nenek bisa melihatku sekarang yang telah menjadi seorang perawat seperti diinginkannya.