Mengenal Makna Pelaminan Kasab Emas “Aneuk Jame”
Oleh Yell Saints
Sumber : T. Laksamana bin Teuku Fitahruddin (Budayawan & keturunan Raja Tapa' Toen yang XI).
Dalam bahasa aneuk jame, kaniang artinya kening. Ini merupakan bagian teratas perangkat pelaminan.
Bentuknya seperti lidah ada yang bulat dan runcing, bermakna sebagai lidah kepemimpinan. Bentuk runcing dilambangkan sebagai lidah perempuan dan yang bulat sebagai lidah laki-laki. Jika dihubungkan dalam sebuah kepemimpinan, bahwa perdamaian dan persatuan menjadi hal yang terpenting dalam ruh hidup bermasyarakat. Meskipun lidah tidak bertulang, namun ketjaman kata-kata dapat memicu perpecahan. Di bawah lidah terdapat ambak-ambak yang bermakna rakyat.
2. Maracu
Maracu ialah ukiran benang emas yang berbentuk segi tiga. Ini menggambarkan seorang raja, berbentuk segi tiga berarti tiga raja dalam bahasa Aceh Lhee Sago. Di dalam maracu terdapat motif Situnjung. Makna dari situnjung ini adalah lambang keagungan, kebesaran jiwa dan hati nurani masyarakat aneuk jame.
4. Kipas
Sumber : T. Laksamana bin Teuku Fitahruddin (Budayawan & keturunan Raja Tapa' Toen yang XI).
Dok, Yell Saints saat PKA VI, 2014 ; Pelaminan Kasab Emas "Aneuk Jame" |
Bagi
masayarakat yang hidup di wilayah pesisir selatan Aceh, pasti mengenal yang
namanya kasab emas. Namun bagi yang tinggal di daerah lain, mungkin ada yang
tidak tau bentuk kerajinan sulam kasab emas ini. Beberapa teman yang pernah
saya tanyakan tentang kerajinan ini, mereka tidak mengenal bahkan tidak pernah
tau bentuk dari sulam emas itu. Padahal kasab emas dalam bentuk pelaminan
sering digunakan saat upacara tradisi, dan sudah berkembang di Aceh sejak abad
ke-15.
Kasab
merupakan kerajinan dari benang emas yang membentuk pelaminan. Kegunaanya untuk
dekorasi pelaminan dalam upacara tradisi seperti tujuh bulanan, kelahiran,
perkawinan, sunatan dan meninggal dunia. Setiap bentuk, motif dan warna yang
membentuk pelaminan tersebut mempunyai makna tersendiri. Tapi tidak banyak yang
mengetahui hal itu, termasuk ibu saya yang sejak lama berprofesi sebagai
pengrajin kasab sulam benang emas.
Beliau
hanya bisa menyulam, membilai dan merangkainya membentuk sebuah pelaminan utuh.
Hanya sebagian yang beliau ketahui tentang makna dari potongan yang membentuk
pelaminan tersebut. Selebihnya ibu menyarankan saya untuk menemui pakar adat aneuk jame. Atas saran beliau, saya pun
menemui pakar adat dan budaya aneuk jame yaitu,
T. Laksamana bin Teuku Fitahruddin. Beliau merupakan keturunan XI dari raja
Tapa’ Toen. Dari beliaulah saya mengetahui banyak tentang makna dari pelaminan
kasab emas aneuk jame. Semua
unsur-unsur yang terdapat dalam pelaminan tersebut sarat akan maknanya.
Beliau menjelaskan bahwa pelaminan aneuk jame bernafaskan Islam. Semua diambil dari makna keislaman.
Berikut bagian-bagiannya.
1. Kaniang/Lidah-lidah Dalam bahasa aneuk jame, kaniang artinya kening. Ini merupakan bagian teratas perangkat pelaminan.
Bentuknya seperti lidah ada yang bulat dan runcing, bermakna sebagai lidah kepemimpinan. Bentuk runcing dilambangkan sebagai lidah perempuan dan yang bulat sebagai lidah laki-laki. Jika dihubungkan dalam sebuah kepemimpinan, bahwa perdamaian dan persatuan menjadi hal yang terpenting dalam ruh hidup bermasyarakat. Meskipun lidah tidak bertulang, namun ketjaman kata-kata dapat memicu perpecahan. Di bawah lidah terdapat ambak-ambak yang bermakna rakyat.
2. Maracu
Maracu ialah ukiran benang emas yang berbentuk segi tiga. Ini menggambarkan seorang raja, berbentuk segi tiga berarti tiga raja dalam bahasa Aceh Lhee Sago. Di dalam maracu terdapat motif Situnjung. Makna dari situnjung ini adalah lambang keagungan, kebesaran jiwa dan hati nurani masyarakat aneuk jame.
Dok. Yell Saints; Maracu dengan Motif Situnjung di tengahnya |
Saat
membentuk pelaminan, maracu disusun menjadi sembilan buah dengan posisi bolak
balik. Inilah yang disebut Maracu Tunggak
Baliak. Maknanya ialah Aceh terdiri dari sembilan kerajaan kecil dan besar yang
mempunyai cap stempel kerajaan (cap
seukeurueng). Dahulunya Maracu
Tunggang Baliak dipakai oleh kaum
bangsawan (raja). Sekarang bisa dipakai oleh orang awam (rakyat) dalam adat
perkawinan. Akan tetapi, ada syarat dan ketentuannya, yaitu; orang yang
melaksanakan alek (pesta dalam bahasa
Indonesia) harus memotong kerbau, mematuhi segala ketentuan adat dan memberi
makan 7 orang keuchik.
3. Tapak
Dok. Yell Saints; Tapak |
Di
bawah maracu terdapat lima buah tapak yang dimaknai sebagai pondasi islam,
yaitu shalat lima waktu sehari semalam.
4. Kipas
Kipas
yang bersulam benang emas ini, diselipkan disamping kiri dan kanan maracu.
Jumlahnya terdiri dari 17 kipas, yang bermakna 17 rakaat shalat dalam lima
waktu sehari semalam. Kipas ini terdiri dari 4 warna yang melambangkan; kuning
sebagai raja, merah cerdik pandai, putih ulama, hijau rakyat dan warna lainya
seperti merah jambu dan biru sebagai orang pendatang.
Adapun
makna dari pemakaian pelaminan berupa kipas untuk resepsi perkawinan yaitu;
a. Supaya
pengantin yang sedang berasanding mendaptkan kesejukan dalam rumah tangga,
diberkahi dan dirahmati oleh Allah swt.
b. Jumlah
17 buah kipas untuk mengingatkan shalat. Saat terjadi salah paham antara suami
istri, harus segera diambil dan kipaskan. Maksudnya dengan isyarat segera ambil
air wudhu dan melaksankan shalat.
c. Kipas
yang diselipkan kiri dan kanan bermakna bahwa, kedua mempelai harus
melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.
d. Kipas
yang dipasang bukan hanya sebagai pajangan belaka, tetapi mengandung makna yang
sakral dan harus direlaisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Banta
Gadang
Dok. Yell Saints; Saat PKA VI 2014; Banta Gadang |
Hiasan
yang terdapat di samping kipas, terdiri dari dua buah kiri dan kanan. Banta
gadang dilambangkan sebagai panglima raja. Susunan banta gadang terdiri dari
tujuh lapis ragam kasab. Masing-masing memiliki warna dan motif yang berbeda.
6. Dalansi
Ini
merupkan pelengkap dari sebuah pelaminan. Sebenarnya dipakai untuk tutup
kelambu dalam kamar pengantin, dengan muka kelambu yang bewarna warni.
7. Banta
Basusun
Banta
basusun diletakkan di depan kipas dan ambak. Terdiri dari empat sebelah kiri
dan empat sebelah kanan, bermakna ada empat pihak delapan kaum. Dalam adat aneuk jame, saat akan berlangsungnya
pernikahan harus dihadiri saudara-sudara kedua orang tua dari pihak istri dan
suami, atau disebut niniak mamak. Banta basusun inilah
8. Buah
Butun kuning
Buah
butun kuning berdiri tepat di depan pelaminan, dan dimaknai sebagai payung
kerajaan yang
memayungi 9 buah maracu/raja. Ruas dari buah butun ada delapan
yang bermakna ada 8 tingkatan
surga.
Makna dari
setiap bagian yang melekat dalam sebuah pelaminan kasab aneuk jame, tentunya menjadi sebuah ciri kehususan dari masyarakat
yang mendiami pantai barat selatan ini. Dari penamaan setiap bagian-bagian
susunan pelaminan, sangat terlihat begitu kentalnya perpaduan budaya Aceh dan
Minangkabau. Hal itu diakrenakan etnis aneuk
jame berasal dari keturunan Minangkabau, Sumatra Barat.
Selain itu,
unsur-unsur keislaman sangat kental di setiap pemaknaan dari pelaminan kasab aneuk Jame. Hal ini menunjukkan bahwa
Islam sudah berkembang secara pesat di Aceh, khususnya di bagian pantai barat
selatan. Kejayaan Islam sangat jelas terlihat dari kemewahan yang tergambar di
pelaminan, semua berbalutkan warna emas. Secara tidak lansung dapat dimaknai
betapa makmurnya kehidupan masayarakat pada masa lalu yang di pimpin oleh para
raja.
Dok. Yell Saints; Saat berkunjung ke rumah T. Laksamana bin Teuku Fitahruddin |
5 comments
Write commentsAssalamu'alaykum...
ReplyKak Yelli, saya sangat terkesan dengan tulisan kakak ini. Saya juga termasuk orang yang kurang paham tentang budaya. Setidaknya dengan membaca tulisan ini, wawasan saya jadi bertambah dan semakin cinta dengan budaya daerah sendiri.
Ohya, saya juga baca artikel kakak di http://www.lintasnasional.com/2015/10/11/sebuah-catatan-tentang-adat-dan-syariat/. Disitu kakak sebutkan kakak punya buku sendiri 'Makna Pelaminan Kasab Benang Emas Aneuk Jame Tapaktuan Aceh Selatan' untuk dijual kan kak? Apa masih ada kak? Kebetulan saya memang sedang mencari buku khusus yang membahas tentang adat di Aceh Selatan.
Terimakasih sebelumnya :)
Waalaikumsalam.., terimakasih sudah mengunjungi blog saya. Senang masih ada orang yang ingin membaca tentang budaya. Bukunya belum di diterbitkan, terkendala dengan masalah pendanaan. Untuk lebih lengkapnya, saya sudah membukukannya dengan judul "Catatan pengrajin kasab" buku tersebut membahas makna filosofi yg terkandung dalam kasab Aneuk Jamee Aceh Selatan, dan juga ada sedikit mengulas tentang para pengrajin kasab. Bukunya hanya dicetak 2 buah, satu ada sama saya, satu lagi ada pada nara sumbernya. Kalau Sera mau melihat bukunya, bisa hubungi no saya 0852 6008 0834.
ReplySukses selalu Yelli, salut dengan anak muda yg mau terus mengembangkan dan cinta dgn budayanya. Kereen bangeeut...
ReplyAmin ya Allah, terima kasih bg, semua karena kepedulian terhadap budaya kita. Kalau bukan kita yang merawatnya siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi?
ReplySaya mau beli hiasan dinding khas Aceh ini yg ada mute2nya, gmn caranya?agak susah saya cari di internet.
Reply