Kurikulum Ala “Laskar Pelangi”
Masih
ingatkah betapa sederhananya sekolah Madrasah Muhammadiyah dalam Novel Laskar
Pelangi karangan Andrea Hirata? Sekolah miskin yang
berada dipelosok desa dan tidak mempunyai kurikulum sebagaimana yang ditetapkan
oleh birokrasi pendidikan, namun mempunyai murid-murid hebat yang penuh
semangat. Suasana keterbatasan ini tidak menjadikan suatu penghalang bagi murid
dan guru untuk belajar dan mengajar dengan sunguh-sungguh tanpa harus
dipusingkan oleh yang namanya kurikulum.
Kurikulum
yang dipakai ialah mengacu pada agama dan budi pekerti. Lihatlah dalam setiap
materi pelajaran yang disampaikan oleh “Bu Mus, dan Pak Harfan” selalu
dilakukan dengan pendekatan budi pekerti dan akhlak. Anak-anak yang belajar di
sekolah tersebut mempunyai akhlak yang baik, mereka sangat hormat kepada guru
dan guru juga mempunyai kepudulian yang besar kepada anak didiknya.
Sebagaimana
tokoh Harun dalam Novel Laskar Pelangi, yang mempunyai karakter anak sulit
belajar, karena kesulitan dalam menagkap pelajaran, membaca dan menulis. Dia
merupakan murid yang suka menanyakan libur lebaran kepada Bu Mus. Pertanyaan
yang sama ditanyakan setiap hari sepanjang tahun, tapi Bu Mus selalu
menjawabnya dengan sabar dan kemudian diikuti dengan senyum manis yang menjadi
ciri khasnya, “Sebentar lagi anakku, sebentar lagi” dan kemudian Harun pun
bertepuk tangan (Laskar Pelangi, hal 77).
Adakah
guru sekarang ini yang sesabar Bu Mus dan mau menjawab pertanyaan muridnya walaupun
dengan pertanyaan yang sama? Dalam novel
itu jelas ditunjukkan bagaimana sikap kepedulian guru kepada anak yang memiliki
keterbatasan dan menghargai setiap pertanyaan muridnya. Begitu juga dengan Pak
Harfan sang kepala sekolah, saat mengajukan pertanyaan pada muridnya
mendekatkan jarak komunikasi dengan mendatangi tempat duduk murid. Sehingga muridnya
merasa dihargai dan saat dibuka pertanyaan atau diberi pertanyaan semuanya
berebut untuk bertanya dan menjawab.
Akan
tetapi adakah suasana belajar di sekolah Muhammadiyah dalam novel Laskar
Pelangi dirasakan oleh murid-murid saat ini? Kurikulum sebentar-sebentar
berganti, mulai dari kurikulum 1999, KBK 2004, KTSP 2006, hingga kurikulum 2013
dan sekarang kurikulum 2013 diganti lagi menjadi KTSP 2006. Namun semangat
belajar anak-anak sekarang jauh menurun dari apa yang diceritakan dalam Laskar
Pelangi. Ada anak yang takut bertanya, sehingga saat dibuka pertanyaan satupun
yang tidak mau bertanya, atau ada juga anak yang merasa tidak senang berada
disekolah dan ingin segera cepat-cepat pulang.
Sekolah Taman Siswa
Seharusnya
sekolah merupakan taman siswa bagi para pelajar, karena hampir setengah hari
dan bahkan ada seharian waktunya dihabiskan disekolah. Tapi kenapa masih ada
siswa mencari-cari alasan untuk tidak sekolah, bolos dan ingin cepat-cepat
segera pulang meninggalkan sekolah. Ada apa sebenarnya di dunia pendidikan kita
saat ini?
Entah
karena hanya dalam Novel, ada anak-anak yang begitu semangat menuju sekolah
untuk belajar bahkan harus menempuh jarak puluhan kilo meter untuk sampai ke
sekolah. Tokoh “Lintang” yang rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi
dari rumahnya ke sekolah. Setelah selesai shalat subuh, Lintang sudah mengayuh
sepedanya agar tepat waktu tiba ke sekolah, bahkan dia tidak takut berangkat
sebelum matahari terbit dan melewati sebuah danau yang terdapat buaya di dalamnya.
Sekolah
Muhammadiyah yang hampir di tutup telah menjadi taman siswa bagi para Laskar
Pelangi. Dimana setiap murid disini mempunyai rasa bangga terhadap sekolahnya,
sehingga akan menjadikan anak didik bangga kepada guru yang mendidiknya.
Kebanggaan muncul karena guru tidak semata-mata menyampaikan pengetahuan saja,
tetapi juga berperan sebagai mentor, penjaga, sahabat, dan yang paling penting
ialah guru spiritual.
Kenyataan
yang kita temukan saat ini di sekolah ialah siswa malas ke sekolah dan guru
malas mengajar. Walaupun telah dilengkapi dengan fasilitas dan bahkan kurikulum
yang lebih jelas dan sistematis, namun semangat belajar para siswa masih
kurang. Terkadang kurikulum yang ditetapkan di sekolah memberatkan para siswa,
karena tidak semua siswa mempunyai kecerdasan yang sama dan potensi yang
berbeda.
Materi Utama
Materi utama yang digunakan dalam sekolah
Laskar Pelangi ialah agama dan budi pekerti. Sedangkan pelajaran umum seperti
matematika, ilmu alam, ilmu sosial, bahasa dan seni merupakan materi pokok
selain materi utama tersebut. Namun begitu, mereka berhasil membuktikannya
dengan juara cerdas cermat dan mengalahkan sekolah unggulan lainnya yang jauh
lebih baik dari mereka. Dalam hal ini menunjukkan bahwa ilmu dunia dapat
dipelajari dengan mudah setelah ilmu agama dan budi pekerti tertanam dalam hati
para siswa.
Materi
utama yang diajarkan dalam pendidikan kita selama ini, memasukkan kurikulum
agama dan budi pekerti sebagai kurikulum tambahan atau yang biasa disebut
dengan pelajaran muatan lokal. Waktu jam pelajarannya pun sangat sedikit
dibandingkan pelajaran umum seperti matematika, bahasa, ilmu sosial dan alam.
Akibatnya apa? krisis moralpun terjadi di bangsa ini. Banyak orang pintar yang
berpendidikan tinggi dan mempunyai jabatan, namun mendapat nilai nol besar
dalam budi pekerti. Sehingga menghalalkan segala cara untuk memperkaya diri dan
kelompok dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. Maka tak heran kita
melihat maraknya praktek korupsi dan bahkan orang-orang berpendidikan seperti
anggota DPR buat rusuh di ruang sidang DPRA (Serambi,09/12/2014).
Semoga
apa yang diceritakan dalam novel Laskar Pelangi, menjadi sebuah rujukan bagi
kita semua dalam mendidik generasi sekarang, karena apa yang diberikan kepada
anak saat ini merupakan cerminan dari generasi mendatang.