Kurikulum Ala “Laskar Pelangi”

Senin, Desember 15, 2014 0 Comments A+ a-



Masih ingatkah betapa sederhananya sekolah Madrasah Muhammadiyah dalam Novel Laskar Pelangi karangan  Andrea Hirata? Sekolah miskin yang berada dipelosok desa dan tidak mempunyai kurikulum sebagaimana yang ditetapkan oleh birokrasi pendidikan, namun mempunyai murid-murid hebat yang penuh semangat. Suasana keterbatasan ini tidak menjadikan suatu penghalang bagi murid dan guru untuk belajar dan mengajar dengan sunguh-sungguh tanpa harus dipusingkan oleh yang namanya kurikulum.
Kurikulum yang dipakai ialah mengacu pada agama dan budi pekerti. Lihatlah dalam setiap materi pelajaran yang disampaikan oleh “Bu Mus, dan Pak Harfan” selalu dilakukan dengan pendekatan budi pekerti dan akhlak. Anak-anak yang belajar di sekolah tersebut mempunyai akhlak yang baik, mereka sangat hormat kepada guru dan guru juga mempunyai kepudulian yang besar kepada anak didiknya.
Sebagaimana tokoh Harun dalam Novel Laskar Pelangi, yang mempunyai karakter anak sulit belajar, karena kesulitan dalam menagkap pelajaran, membaca dan menulis. Dia merupakan murid yang suka menanyakan libur lebaran kepada Bu Mus. Pertanyaan yang sama ditanyakan setiap hari sepanjang tahun, tapi Bu Mus selalu menjawabnya dengan sabar dan kemudian diikuti dengan senyum manis yang menjadi ciri khasnya, “Sebentar lagi anakku, sebentar lagi” dan kemudian Harun pun bertepuk tangan (Laskar Pelangi, hal 77).
Adakah guru sekarang ini yang sesabar Bu Mus dan mau menjawab pertanyaan muridnya walaupun dengan pertanyaan yang sama?  Dalam novel itu jelas ditunjukkan bagaimana sikap kepedulian guru kepada anak yang memiliki keterbatasan dan menghargai setiap pertanyaan muridnya. Begitu juga dengan Pak Harfan sang kepala sekolah, saat mengajukan pertanyaan pada muridnya mendekatkan jarak komunikasi dengan mendatangi tempat duduk murid. Sehingga muridnya merasa dihargai dan saat dibuka pertanyaan atau diberi pertanyaan semuanya berebut untuk bertanya dan menjawab.
Akan tetapi adakah suasana belajar di sekolah Muhammadiyah dalam novel Laskar Pelangi dirasakan oleh murid-murid saat ini? Kurikulum sebentar-sebentar berganti, mulai dari kurikulum 1999, KBK 2004, KTSP 2006, hingga kurikulum 2013 dan sekarang kurikulum 2013 diganti lagi menjadi KTSP 2006. Namun semangat belajar anak-anak sekarang jauh menurun dari apa yang diceritakan dalam Laskar Pelangi. Ada anak yang takut bertanya, sehingga saat dibuka pertanyaan satupun yang tidak mau bertanya, atau ada juga anak yang merasa tidak senang berada disekolah dan ingin segera cepat-cepat pulang.
Sekolah Taman Siswa

Seharusnya sekolah merupakan taman siswa bagi para pelajar, karena hampir setengah hari dan bahkan ada seharian waktunya dihabiskan disekolah. Tapi kenapa masih ada siswa mencari-cari alasan untuk tidak sekolah, bolos dan ingin cepat-cepat segera pulang meninggalkan sekolah. Ada apa sebenarnya di dunia pendidikan kita saat ini?
Entah karena hanya dalam Novel, ada anak-anak yang begitu semangat menuju sekolah untuk belajar bahkan harus menempuh jarak puluhan kilo meter untuk sampai ke sekolah. Tokoh “Lintang” yang rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari rumahnya ke sekolah. Setelah selesai shalat subuh, Lintang sudah mengayuh sepedanya agar tepat waktu tiba ke sekolah, bahkan dia tidak takut berangkat sebelum matahari terbit dan melewati sebuah danau yang terdapat buaya di dalamnya.
Sekolah Muhammadiyah yang hampir di tutup telah menjadi taman siswa bagi para Laskar Pelangi. Dimana setiap murid disini mempunyai rasa bangga terhadap sekolahnya, sehingga akan menjadikan anak didik bangga kepada guru yang mendidiknya. Kebanggaan muncul karena guru tidak semata-mata menyampaikan pengetahuan saja, tetapi juga berperan sebagai mentor, penjaga, sahabat, dan yang paling penting ialah guru spiritual.
Kenyataan yang kita temukan saat ini di sekolah ialah siswa malas ke sekolah dan guru malas mengajar. Walaupun telah dilengkapi dengan fasilitas dan bahkan kurikulum yang lebih jelas dan sistematis, namun semangat belajar para siswa masih kurang. Terkadang kurikulum yang ditetapkan di sekolah memberatkan para siswa, karena tidak semua siswa mempunyai kecerdasan yang sama dan potensi yang berbeda.

Materi Utama
 Materi utama yang digunakan dalam sekolah Laskar Pelangi ialah agama dan budi pekerti. Sedangkan pelajaran umum seperti matematika, ilmu alam, ilmu sosial, bahasa dan seni merupakan materi pokok selain materi utama tersebut. Namun begitu, mereka berhasil membuktikannya dengan juara cerdas cermat dan mengalahkan sekolah unggulan lainnya yang jauh lebih baik dari mereka. Dalam hal ini menunjukkan bahwa ilmu dunia dapat dipelajari dengan mudah setelah ilmu agama dan budi pekerti tertanam dalam hati para siswa.
Materi utama yang diajarkan dalam pendidikan kita selama ini, memasukkan kurikulum agama dan budi pekerti sebagai kurikulum tambahan atau yang biasa disebut dengan pelajaran muatan lokal. Waktu jam pelajarannya pun sangat sedikit dibandingkan pelajaran umum seperti matematika, bahasa, ilmu sosial dan alam. Akibatnya apa? krisis moralpun terjadi di bangsa ini. Banyak orang pintar yang berpendidikan tinggi dan mempunyai jabatan, namun mendapat nilai nol besar dalam budi pekerti. Sehingga menghalalkan segala cara untuk memperkaya diri dan kelompok dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. Maka tak heran kita melihat maraknya praktek korupsi dan bahkan orang-orang berpendidikan seperti anggota DPR buat rusuh di ruang sidang DPRA (Serambi,09/12/2014).
Semoga apa yang diceritakan dalam novel Laskar Pelangi, menjadi sebuah rujukan bagi kita semua dalam mendidik generasi sekarang, karena apa yang diberikan kepada anak saat ini merupakan cerminan dari generasi mendatang.