Nggak Ada Cerita Nggak Dorong Pasien (catatan harian Co Ass)

Kamis, Oktober 16, 2014 0 Comments A+ a-


Hari pertama masuk Co Ass, deg-deg an rasanya hati seperti genderang mau perang. Hahaha..., kayak lagu aja. Tapi sumpeh.., grogi habis saat berhadapan dengan pasien. Biasanya saat pratikum di lab dengan phantom (boneka/patung), wah... lancarnya seperti air mengalir. “Selamat siang pak., perkenalkan saya perawaat blabla, saya akan bla bal, dan bla bla-bla. Tiba saat berhadapan dengan pasien langsung, mulut ini seperti terkunci dengan 1000 gembok dan kuncinya di lemparkan ke dasar semudra hindia.
Perasaan seperti ini bukan hanya saya yang mengalaminya, tapi hampir semua mahasiwa Co Ass merasakan hal itu, kalau nggak percaya tanya deh ke anak Co Ass yang pernah praktik, kecuali kalu dia bohong atau gensi mengatakan perasaannya. Memang sebuah tantangan besar saat menghadapi pasien, apalagi yang kita hadapi ialah orang yang sakit, kalau tidak mahir dalm berkomunikasi, ya sudahlah.., siap-siap saja akan diserang oleh keluarga pasien.
Untungnya sebelum masuk Co Ass, para mahasiswa dibekali ilmu komunikasi terapeutik. Komunikasi ini bertujuan untuk memberikan efek menyenangkan saat berbicara dengan pasien, jadi walaupun belum di kasih obat dengan ngomong saja sudah mengurangi rasa sakit pasien. Hebatkan komunikasinya.., hehehehe..,. Alhamdulilah saya bisa melakukannya dengan baik, walaupun dalam hati grogi setengah mati., hahahaha lebay deh.., J.
Hari pertama saya lewati dengan perasaan menyenagkan, walaupun selama 6 jam lebih mondar mandir merawat pasien alhamdulillah semua itu tergantikan dengan ucapan terimakasih yang di ucapkan pasien. Simpel sih sebenarnya.,, tapi saat mereka tulus menyampaikanya., rasanya gimana gitu,, bisa buat hilangin rasa lelah dan menambah ion tubuh. Tidak perlu lagi minum pocari sweat atau vitamin.., hahahha.
Hal yang paling sering dikerjakan adalah nge-dorong pasien. Lho..lho.lho., koq di diorong? jatuh dong. Maksudnya ialah mengatar pasien dengan kursi roda atau pun dengan brangkar, kan didorong bukannya di gendong hahahaha. Nggak ada cerita perawat nggak dorong pasien. Tiada hari tanpa nge-dorong pasien. Pasti kalau nggak satu, dua atau berkali-kali tugas ini dilakukan oleh perawat. Pengalaman hari pertama menjemput pasien di kamar OK (operasi), saya sangat katrok dengan kartu left.
Penggunaan left hanya bisa digunakan saat ambulasi pasien maksudnya membawa pasien. Yang namanya orang nggak pernah pasti kagok dengan yang namanya left apalagi saya mendapat teman yang sama katroknya dengan saya. Selama dia praktik dia belum pernah menggunakan left saat ambulasi pasien. Ampun deh..., jadi pakai apa kalau mau membawa pasien dari lantai 1 ke lantai 2 atau sebaliknya? saat saya ambulasi pasien dengan dia, dia pastiin bahwa saya bisa menggunkan kartu left, karena saya sudah beberapa kali menggunakan kartu tersebut dan sempat diajarin oleh abang Co Ass yang sudah lama praktik di rumah sakit tersebut, jadi saya sedikit paham.
Waktu membawa pasien dari lantai 2 ke lantai 1, alhamdulillah aman. Dengan bangga patner saya tu mengatakan “o.... gine ternyata menggunkan alat ne., gampang koq”, “jadi kemaren kenapa nggak mau gunain left?” jawab ku, “abang cuman malas aja dek, karena abang masih kuat nge-dorong pasien menggunakan tangga seluncuran”, “alah... gayamu”. Emang sih.., patnerku ini sedikit alay dan lebay., tapi juga katrok. hahahah..., sorry ya bro, tapi lho orangnya asyik koq!
Selepas kami mengantarkan pasien ke ruang HD (Hemodialisis),kami pun pulang membawa brangkar. Saat mau menggunakan left, patnerku nggak tekan tombol masuk, jadi pintu left ketutup dan left pun naik ke lantai 2, setelah leftnya turun ternyata ada pasien lain yang ada di dalamnya, akibatnya kami harus menepikan brangkar agar brangkar yang didalm left bisa keluar, saat brangkar sudah dilkeluarkan, si patner tidak menekan tombol leftnya, jadi ketutup lagi deh. “Waduh,,,,koq nggak di pencet tadi?” kataku podanya, “kejauhan dek..,” sanggahnya. Kemudian left turun lagi, ternyata ada juga pasien. Kemudian kami harus rela menunggu brangkar pasien keluar dari left. Diapun juga nggak pencet tombol open, leftnya naik ke atas lagi sampai lima kali naik turun leftnya kamipun masih berdiri di depan left, entah kapan giliran kami tiba masuk left, setiap kali leftnya turun ke lantai satu ada saja muatan didalmnya, dan patnerku kebingungan untuk menekan tombol open saat leftnya tertutp. Walahwalah.., kami menunggu sekitar 15 menit hanya untuk menunggu giliran masuk left. Aku ketawa saat mengingat penglaman ini, pengalaman nge-dorong pasien dan terjebak diantrian left karena katrok menggunakannya.

Bersambung....