Nggak Ada Cerita Nggak Dorong Pasien (catatan harian Co Ass)
Hari
pertama masuk Co Ass, deg-deg an rasanya hati seperti genderang mau perang.
Hahaha..., kayak lagu aja. Tapi sumpeh.., grogi habis saat berhadapan dengan
pasien. Biasanya saat pratikum di lab dengan phantom (boneka/patung), wah...
lancarnya seperti air mengalir. “Selamat siang pak., perkenalkan saya perawaat
blabla, saya akan bla bal, dan bla bla-bla. Tiba saat berhadapan dengan pasien
langsung, mulut ini seperti terkunci dengan 1000 gembok dan kuncinya di
lemparkan ke dasar semudra hindia.
Perasaan
seperti ini bukan hanya saya yang mengalaminya, tapi hampir semua mahasiwa Co
Ass merasakan hal itu, kalau nggak percaya tanya deh ke anak Co Ass yang pernah
praktik, kecuali kalu dia bohong atau gensi mengatakan perasaannya. Memang
sebuah tantangan besar saat menghadapi pasien, apalagi yang kita hadapi ialah
orang yang sakit, kalau tidak mahir dalm berkomunikasi, ya sudahlah..,
siap-siap saja akan diserang oleh keluarga pasien.
Untungnya
sebelum masuk Co Ass, para mahasiswa dibekali ilmu komunikasi terapeutik. Komunikasi ini bertujuan
untuk memberikan efek menyenangkan saat berbicara dengan pasien, jadi walaupun
belum di kasih obat dengan ngomong saja sudah mengurangi rasa sakit pasien.
Hebatkan komunikasinya.., hehehehe..,. Alhamdulilah saya bisa melakukannya
dengan baik, walaupun dalam hati grogi setengah mati., hahahaha lebay deh.., J.
Hari
pertama saya lewati dengan perasaan menyenagkan, walaupun selama 6 jam lebih
mondar mandir merawat pasien alhamdulillah semua itu tergantikan dengan ucapan
terimakasih yang di ucapkan pasien. Simpel sih sebenarnya.,, tapi saat mereka
tulus menyampaikanya., rasanya gimana gitu,, bisa buat hilangin rasa lelah dan
menambah ion tubuh. Tidak perlu lagi minum pocari sweat atau vitamin..,
hahahha.
Hal
yang paling sering dikerjakan adalah nge-dorong pasien. Lho..lho.lho., koq di
diorong? jatuh dong. Maksudnya ialah mengatar pasien dengan kursi roda atau pun
dengan brangkar, kan didorong bukannya di gendong hahahaha. Nggak ada cerita
perawat nggak dorong pasien. Tiada hari tanpa nge-dorong pasien. Pasti kalau
nggak satu, dua atau berkali-kali tugas ini dilakukan oleh perawat. Pengalaman
hari pertama menjemput pasien di kamar OK (operasi), saya sangat katrok dengan
kartu left.
Penggunaan
left hanya bisa digunakan saat ambulasi pasien maksudnya membawa pasien. Yang
namanya orang nggak pernah pasti kagok dengan yang namanya left apalagi saya
mendapat teman yang sama katroknya dengan saya. Selama dia praktik dia belum
pernah menggunakan left saat ambulasi pasien. Ampun deh..., jadi pakai apa
kalau mau membawa pasien dari lantai 1 ke lantai 2 atau sebaliknya? saat saya
ambulasi pasien dengan dia, dia pastiin bahwa saya bisa menggunkan kartu left,
karena saya sudah beberapa kali menggunakan kartu tersebut dan sempat diajarin
oleh abang Co Ass yang sudah lama praktik di rumah sakit tersebut, jadi saya
sedikit paham.
Waktu
membawa pasien dari lantai 2 ke lantai 1, alhamdulillah aman. Dengan bangga
patner saya tu mengatakan “o.... gine ternyata menggunkan alat ne., gampang
koq”, “jadi kemaren kenapa nggak mau gunain left?” jawab ku, “abang cuman malas
aja dek, karena abang masih kuat nge-dorong pasien menggunakan tangga
seluncuran”, “alah... gayamu”. Emang sih.., patnerku ini sedikit alay dan
lebay., tapi juga katrok. hahahah..., sorry ya bro, tapi lho orangnya asyik
koq!
Selepas
kami mengantarkan pasien ke ruang HD (Hemodialisis),kami pun pulang membawa
brangkar. Saat mau menggunakan left, patnerku nggak tekan tombol masuk, jadi
pintu left ketutup dan left pun naik ke lantai 2, setelah leftnya turun
ternyata ada pasien lain yang ada di dalamnya, akibatnya kami harus menepikan
brangkar agar brangkar yang didalm left bisa keluar, saat brangkar sudah
dilkeluarkan, si patner tidak menekan tombol leftnya, jadi ketutup lagi deh. “Waduh,,,,koq
nggak di pencet tadi?” kataku podanya, “kejauhan dek..,” sanggahnya. Kemudian
left turun lagi, ternyata ada juga pasien. Kemudian kami harus rela menunggu
brangkar pasien keluar dari left. Diapun juga nggak pencet tombol open, leftnya
naik ke atas lagi sampai lima kali naik turun leftnya kamipun masih berdiri di
depan left, entah kapan giliran kami tiba masuk left, setiap kali leftnya turun
ke lantai satu ada saja muatan didalmnya, dan patnerku kebingungan untuk
menekan tombol open saat leftnya tertutp. Walahwalah.., kami menunggu sekitar
15 menit hanya untuk menunggu giliran masuk left. Aku ketawa saat mengingat
penglaman ini, pengalaman nge-dorong pasien dan terjebak diantrian left karena
katrok menggunakannya.
Bersambung....