Semangat Pahlawan Penyelamat Jiwa

Sabtu, Desember 23, 2017 18 Comments A+ a-

Anggota Komunitas Griya Schizofren Aceh memberikan Gelang Persahabatan kepada Pasien di 
[Rumah Sakit Jiwa Kota Banda Aceh]
Foto Doc. Pribadi.
Hari-harinya dihabiskan dibalik jeruji besi tua. Duduk menunggu supaya waktu cepat berlalu. Tidak ada yang bisa dikerjakan, hanya berputar-putar di ruangan 8x15 meter itu. Ada sekitar 40 orang di ruangan tersebut dan mendekam dengan satu alasan yang sama, yaitu gangguan jiwa. 


Buk, bawa aku ke luar, sebentar saja boleh,” pinta seorang laki-laki paruh baya kepadaku. Usianya sekitar 35 tahun, wajahnya tegas, tapi ada raut kesedihan di wajahnya. Dia terlihat seperti orang normal lainnya dan sangat komunikatif saat diajak bicara.

Sebagai mahasiswa praktek dari keperawatan, aku diharuskan untuk merawat satu pasien dengan gangguan jiwa. Aku pun tertarik untuk mengkaji lebih lanjut laki-laki yang bernama Mr. X (nama samaran) itu.

Aku meminta kepada penjaga ruangan tersebut untuk mengeluarkan Mr X dari bangsal yang diberi nama Bugenvil. Tentunya setelah diskusi dengan perawat pembimbingku, bahwa pasien itu aman untuk di bawa ke luar ruangan.

Hampir satu jam lamanya aku bercakap-cakap dengannya, hingga akhirnya aku menemukan benang merah dari alasan kenapa dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa (RSJ). 

Aku sedang  Melakukan Pengkajian pada Pasien Gangguan Jiwa
Foto Doc. Pribadi

Alasan terkuatnya ialah karena dia sering mengamuk dan merusak barang-barang di rumahnya. Tentu ada sebab yang melatarbelakangi semua itu. Menurut pengakuan Mr. X sering mendengar suara yang menyuruhnya melakukan tindakan kekerasan, brutal, amuk tanpa disadarinya. 

Dalam ilmu kejiwaan orang yang mengalami gangguan pemikiran, perasaan, dan perilaku seperti Mr. X, sehingga menimbulkan delusi dan halusinasi disebut skizofrenia. Ini adalah salah satu gangguan jiwa berat yang mengakibatkan orang yang mengalaminya bisa berbuat di luar batas kewajaran manusia.

Setelah mendaptakan perawatan di RSJ, Mr.X kembali seperti orang normal lainnya. Hanya saja dia tidak boleh putus minum obat. Saat aku melakukan pengkajian keperawatan, dia cukup tenang menjawab semua pertanyaan yang aku ajukan kepadanya. Tapi kenapa Mr.X masih tetap di RSJ dan tidak dipulangkan ke keluarga?

Inilah yang menjadi masalah di RSJ, keluarga pasien yang sudah sembuh tidak mau lagi menjemput pasien. Mr. X berkali-kali memintaku untuk menelpon keluarganya supaya dijemput, tapi hanya janji dan janji yang disampaikan adiknya.

Dia terlihat sedih setiap kali menceritakan anak dan istrinya. Ada rasa rindu yang amat besar untuk bisa berjumpa dengan keluarganya, tapi sayang dia kehilangan kepercayaan dari keluarga karena gangguan jiwa.

Pasien di RSJ Foto doc. pribadi
Stigma negatif yang berkembang di masyarakat tentang gangguan jiwa membuat pasien exs gangguan jiwa sulit diterima lagi dalam kehidupan masyarakat. Mereka dikucilkan, dipandang sebelah mata, dan dianggap tidak berguna. 

Inilah yang mengakibatkan mereka sulit untuk sembuh karena lebel gila melekat selamanya. Terutama bagi meereka yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa.

Berteman dengan Pasien Ganguan Jiwa

Aku berinisiatif mengajak teman-temanku yang bukan kuliah di bidang kesehatan untuk berkunjung ke RSJ. Awalnya mereka takut karena dalam bayangannya orang gangguan jiwa itu anarkis, kasar, dan kejam. 

Salah satu temanku saat kuajak ke RSJ mencari di Google ‘Hal-hal yang harus diperhatikan saat berkunjung ke RSJ.’ Sayangnya tidak ada satu pun tulisan yang membahas tentang itu.

Aku meyakinkan temanku itu bahwa pasien yang dirawat di RSJ tidak seperti dibayangkan selama ini. Dua orang temanku menyutujui untuk ikut ke RSJ denganku. Mereka berjalan di belakangku, seolah seperti mau bertemu dengan binatang buas. 

Begitu kami memasuki perkarangan RSJ, langsung ada pasien yang menyapaku. Pasien itu sudah lama sembuh dan dijadikan sebagai pasien Bekerja Karena Obat (BKO). 

Anggota Griya Schizofren Aceh sedang mendengarkan cerita pasienFoto doc. pribadi
Para BKO bertugas untuk membantu perawat dan pasien gangguan jiwa yang masih berada di ruangan. Mereka sudah dibolehkan untuk bebas beraktivitas di luar ruangan. Sebenarnya mereka sudah bisa pulang, tapi lagi dan lagi keluarga tidak menjemputnya.

Selama dua minggu aku praktek di RSJ ruang Bugenvil, hampir semua BKO kenal denganku. Melihat aku membawa dua orang teman, sontak langsung mereka meminta berkenalan. Pak Ozan (nama samaran), menyambut temanku dengan baik, bahkan dia secara sukarela memperkenalkan teman-temannya yang lain. 

Dua jam lamanya aku dan dua temanku asyik mengobrol dengan para BKO. Kulihat temanku itu sudah mulai santai dan menikmati percakapan itu. Apalagi ketika Pak Ozan bercakap dengan mereka menggunakan bahasa Inggris. 

Nice to met yo all and see you next time” Pak Ozan terkekeh mengungkapkan perasaan senang saat kami berpamitan dengannya.

Rupanya Pak Ozan sebelum sakit pernah bekerja di Jepang yang membuatnya mahir berbahasa Inggris dan beberapa kata bahasa Jepang.

Apa yang dikhawatirkan teman-temanku tidak ada satu pun yang benar, bahkan mereka ingin pergi lagi berkunjung ke RSJ Jumat depan.

Dua orang temanku itu pun nyinyir menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke RSJ kepada teman-temannya. Sontak membuat teman-teman lain jadi penasaran dan meminta untuk ikut.

Aku meminta izin kepada perawat untuk membawa banyak teman, rupanya dia dengan senang hati memberikanku izin selama tidak membuat kekacauan dan kegaduhan.

Disitulah semangat pahlawan kami muncul untuk membantu dan menjadi teman bagi mereka yang mengalami gangguan jiwa. 

Terapi musik yang diadakan anggota Griya Schizofren Aceh di RSJFoto doc. pribadi
Belajar dari pengalaman seorang teman yang mendirikan komunitas Griya Schizofren di Solo, yaitu komunitas peduli dengan orang gangguan jiwa, aku berinisiatif untuk membentuk komunitas ini di Aceh.

Berkat simpati dan kepedulian dari teman-teman yang aku ajak ke RSJ, terbentuklah Griya Schizofren Aceh. Kami rutin berkunjung ke RSJ sekali seminggu untuk berteman dengan mereka yang dirawat di RSJ.

Berbagai aktivitas kami lakukan di sini seperti senam pagi, menyanyi, bermain musik, menggambar, menonton, dan mendengarkan curhat mereka, sehingga pasien tersebut mempunyai keluarga yang bisa dijadikan terapi selain terapi obat.

Sebagai seorang perawat, aku menjelaskan pemahaman tentang ilmu kejiwaan kepada teman-temanku yang latar belakang pendidikannya tidak ada kaitannya dengan ilmu kesehatan atau kejiwaan. 

Rata-rata mereka kuliah di bagian ekonomi, akutansi, sosial politik, hukum, ilmu alam, pertanian, dan sebagainya. Namun mereka tertarik menjadi relawan jiwa untuk menjadi teman bagi orang-orang dengan gangguan jiwa. Dalam hati kecilku berkata, inilah hero zaman now yang mau peduli kepada mereka yang mengalami ganguan jiwa.

Terapi kelompok yang diadakan oleh Griya Schizofren Aceh
Foto doc. pribadi
Mereka mulai menyuarakan aspirasi teman-teman yang mendekam di RSJ kepada masyarakat melalui foto, video, dan menyebarluaskan pemahaman bahwa orang gangguan jiwa tidak seperti yang dibayangkan selama ini.

Sampai akhirnya komunitas ini membuat seminar kesehatan dengan tema Peduli Gangguan Jiwa bagi masyarakat umum dan mahasiswa. Kami mendatangkan pasien binaan Griya Schizofren Aceh sebagai narasumber dalam acara tersebut. 

Tentu ini banyak menarik perhatian masyarakat dan pelajar untuk datang. Benar saja pada saat acara hampir 100 orang yang hadir di acara seminar yang kami buat secara gratis itu.

Biaya untuk membuat acara tersebut murni dari donasi teman Griya Schizofren Aceh. Ada menyumbang kue, miuman, dan membuat sertifikat untuk para peserta yang hadir di acara tersebut. 

Bagi hero zaman now kegiatan sosial seperti ini menumbuhkan kepedulian yang menumbuhkan semangat pahlawan dan tidak kalah dengan semangat juang pahlawan di era kemerdekaan. 

Bulan Kemanusiaan Berbagi Berkah di Panti Asuhan

Sekarang komunitasku itu tidak bisa melakukan aksi sosialnya lagi di RSJ, lantaran komunitas kami belum ada legalitas. RSJ yang merupakan instansi pemerintah meminta kami surat izin legalitas kalau ingin melakukan kegiatan berikutnya di RSJ.

Apalagi sekarang RSJ Aceh sedang proses akreditasi, jadi setiap lembaga apa pun yang bekerjasama dengannya harus jelas dan mempunyai izin legalitas yang terdaftar di Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol).

Tentu ini tidak mengurangi semangat relawan kami, karena masih banyak jiwa-jiwa yang harus diselematkan selain di RSJ. Hero Zaman Now terus berbagi terutama di bulan kemanusiaan ini.

Salah satu anggota dari Griya Schizofren Aceh menyarankan untuk mengalihkan kegiatan kami ke panti asuhan. 

Tempat ini menjadi penampung bagi anak-anak yang kehilangan pengasuhan dan di sinilah tempat terakhir buat mereka, kerena  ada yang ditinggal meninggal dunia oleh kedua orang tuanya seperti anak itu.” Ujar Lia, pengurus panti sambil menunjuk salah seorang anak yang asyik bermain dengan kesendiriannya.

Anak yang aku temukan di panti asuhan
Aku perhatikan dari jauh tingkahnya, dia asyik bermain tidak peduli gerimis membasahi tubuhnya. Berkali-kali pengasuh panti memanggilnya untuk segera masuk, tapi tidak ada jawaban, bahkan menolehpun tidak.

Dalam hati kecilku terbesik keinginan untuk merawatnya, tentu dengan memberikan asuhan keperawatan seperti yang kupelajari semasa kuliah. Maka dari itu kami dari Griya Schizofren Aceh merencanakan aksi sosial kami di panti asuhan pada bulan kemanusiaan.

Anak-anak yang tinggal di panti asuhan sangat membutuhkan kasih sayang, perawatan, dan juga akses kesehatan yang baik. Secara kasat mata kita bisa melihat senyum di wajah mereka, tapi sesungguhnya mereka mempunyai masalah seperti kurangnya perhatian, pengabaian, bullying, dan ancaman kekerasan.

Di sinilah peran kami untuk berteman dan menjadi keluarga mereka. Tentunya kami di sini mempunyai keterbatasan, terutama di bidang finansial. 

Melihat geliat Dompet Dhuafa yang fokus pada bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan pengembangan sosial, ada sedikit harapan untuk membantu mereka anak-anak di panti asuhan.


Semangat pahlawan yang bisa kami tularkan berupa aksi sosial dengan menyelamatkan jiwa orang dengan gangguan jiwa dan anak-anak panti asuhan. Lantas tidak maukah kamu donasi untuk menyelamatkan jiwa orang-orang yang membutuhkan?

18 comments

Write comments
23 Desember, 2017 23:07 delete

Semangat terus Yelli bersama komunitasnya Griya Schizofren Aceh. Semangat teruse berkarya, berbagi dan menginspirasi! Salut. ^_^

Reply
avatar
23 Desember, 2017 23:39 delete

Iya, tentunya harus semangat bg supaya bisa menyelamatkan jiwa-jiwa yang membutuhkan.

Reply
avatar
24 Desember, 2017 00:34 delete

Saluttt!! Semangat terus ya, mbaaa.. :)

Reply
avatar
24 Desember, 2017 00:44 delete

Makasih mbak, semoga para pahlawan jiwa lainnya juga semangat dalam melakukan aksi sosial ini.

Reply
avatar
Bai Ruindra
AUTHOR
24 Desember, 2017 03:41 delete

Selintas terlihat normal ya, Yel. Tapi begitulah. Btw, pengidap skizofrenia kenapa harus dibawa ke RSJ ya, padahal kan bisa dirawat jalan dgn baik agar tdk merugikan dirinya sendiri. Setahu saya sih, mereka terombang-ambing antara sadar dan tidak, jika sadar mereka bisa menyesali perbuatannya.

Reply
avatar
Nugraha Fauzi
AUTHOR
24 Desember, 2017 04:23 delete

ah bertemu lagi di dunia tulis menulis ternyata, masih ingat kah dengan saya? hehe

Mantap blognya, keren2 😊

Reply
avatar
24 Desember, 2017 08:04 delete

Skizofrenia itu gangguan jiwa berat bang dan harus mendapatkan perawatan yang benar, karena pemikiran, perasaan, dan perilakunya sudah menyimpang.
Mungkin yg abang maksud itu masuk ke tahap depresi ringan.

Reply
avatar
24 Desember, 2017 08:08 delete

Saya lagi mengingat2, di manakah kita pernah berjumpa ya?

Reply
avatar
Ikrom Zain
AUTHOR
24 Desember, 2017 17:22 delete

subhanallah
saya tak bisa berkata-kata mbak baca postingan ini
memang kalau tak ada yang peduli dengan mereka sungguh berat sekali hidup mereka
padahal sering ini memang kehendak dari-Nya
seharusnya orang dekat lebih peduli
ulasan yang sangat menarik mbak
terimakasih sharingnya, semoga komunitas seperti ini semakin banyak dan tetap istiqomah.

Reply
avatar
24 Desember, 2017 18:03 delete

Iya Mas, materi memang bisa dibeli, tapi kasih sayang dan perhatian susah didapat apalagi bagi mereka yang kehilangan kepercayaan dan pengasuhan.

Reply
avatar
Firmansyah
AUTHOR
24 Desember, 2017 19:29 delete

Wah keren mbak tulisannya. Salam kenal ya....
Good luck... :)

Reply
avatar
Rudi G. Aswan
AUTHOR
25 Desember, 2017 14:45 delete

Salut banget dengan para relawan dalam ranah apa pun, sebab mereka berkenan meluangkan waktu dan tenaga dilandasi cinta kasih untuk sesama walau tanpa imbalan. Semogalah dibalas oleh Allah ya, tetap konsisten dan diberi kemudahan dalam hidup. Indonesia sudah terlalu banyak yang hobi komentar di medsos, tapi aksi nyata kurang! Bravo untuk para pemuda hebat yang mau bergerrak!

Reply
avatar
Abu Teuming
AUTHOR
25 Desember, 2017 18:48 delete

Membuat bahagia orang waras mungkin jadi pilihan semua orang. Membuat bahagia orang yang sakit jiwa hanya mau dan mampu dilakukan oleh orang-orang pilihan Tuhan.

Reply
avatar
26 Desember, 2017 04:15 delete

Makasih Mas, salam kenal kembali :)

Reply
avatar
26 Desember, 2017 04:17 delete

Makasih, semoga semangat berbagi kami akan memotivasi kami untuk mencari ridha Allah swt.

Reply
avatar
26 Desember, 2017 04:20 delete

Sebenarnya tidak ada beda antara orang waras dan yang bukan, hanya presepsi kitalah yang mengotak-ngotakan mereka.
Orang yang dianggap tidak waras hanya sakit, tapi yang sakit adalah jiwanya bukan seperti sakit fisik pada umumnya.

Reply
avatar
Irfan
AUTHOR
26 Desember, 2017 04:39 delete

Saya awalnya juga mikir ke RSJ itu mengerikan, setelah membaca tulisan ini ternyata tidak.. masih ada komunitas yang peduli dengan sesama seperti ini, mantap sekali :)

Reply
avatar
26 Desember, 2017 08:12 delete

Makanya kita ingin membuka mata semua orang bahwa apa yang dipikirkan negatif tentang orang gangguan jiwa tidak semuanya benar.

Reply
avatar