Dukung atau Tolak LGBT ?

Sabtu, Juli 15, 2017 8 Comments A+ a-

sumber foto : www.scholarship.in.th
Sepulang dari kegiatan itu, hatiku sungguh berkecamuk. Pikiranku dihantui rasa bersalah, namun disisi lain aku merasa iba dan menganggap terlalu membeda-bedakan mereka yang juga manusia sepertiku. 

Hanya saja mereka yang dianggap berbeda bagi kebanyakan masyarakat, khususnya di Aceh yang sangat erat dengan hukum syariat Islam. Mereka terdiskriminasi, dikucilkan, bahkan sulit untuk hidup dan mendapatkan perkerjaan.

Awalnya aku setuju dengan sikap yang demikian yang mendiskriminasikan mereka, karena bagiku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) adalah sebuah penyakit yang harus dimusnahkan dan dilenyapkan di muka bumi ini.

Hingga akhirnya aku diajak oleh seorang teman untuk menghadiri sebuah pertemuan diskusi terkait gender. Awalnya aku mengira sama seperti diskusi lainnya yang membahas tentang gender, kesetaraan dan hak-haknya.

Tapi kali ini aku dikagetkan dengan banyaknya peserta waria. Mereka yang sebenarnya pria berdandan seperti wanita, bahkan ada yang menggunakan jilbab. Selain itu juga ada perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki, dan berlagak seperti seorang laki-laki pada umumnya.

Aku terheran-heran melihat mereka, sebenarnya ini kegiatan apa? Meskipun juga ada beberpa orang yang sepertiku, namun mereka adalah orang-orang yang berperan melindungi dan mendukung hak-hak mereka.

Aku mencoba bertahan dalam kelompok itu, dan mengikuti prosesnya. Rasa penasaranku muncul, apa yang terjadi dalam kelompok ini selanjutnya. Meskipun ada sedikit rasa was-was, dan kurang nyaman saat berada diantara mereka. 

Kegiatan ini dimulai dengan pemutaran film documenter tentang kehidupan waria di salah satu kabupaten yang berada dalam wilayah kekuasaan Pemerintahan Aceh. 

Di dalam Film yang berdurasi kurang lebih 30 menit itu menceritakan tentang kisah beberapa waria dan kehidupan di masyarakat.

Ada yang mengeluh kesulitan saat mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena tidak dilayani di Kantor Kecamatan. Ada juga yang harus beberapa kali pindah, karena tidak diterima di lingkungan Keluarga dan Masyarakat.

Tapi ada juga yang diterima baik, bahkan ikut dalam kegiatan yang diadakan masyarakat seperti Turnamen Bola Volly. Kondisi ini sekitar Tahun 2010, dimana mereka masih tidak terlalu dipermasalahkan untuk tinggal bersama-sama di masyarakat.

Namun semenjak isu LGBT mencuat dipermukaan persisnya pada pertengahan tahun 2015, kehidupan mereka semakin terjepit. Bahkan untuk bekerja saja mereka harus pindah-pindah, yang rata-rata bekerja sebagai penjaga salon kecantikan.

“Tempat kami sering kali dicurigai sebagai tempat mesum, padahal jelas tidak terbukti” Ungkap salah seorang waria setelah pemutaran video tersebut.

Berbagai kisah mereka tuturkan, terkait pembacokan seorang waria dengan linggis hingga meninggal dunia yang pernah terjadi di Banda Aceh pada tahun 2011 lalu, dan berbagai kisah pilu yang mereka rasakan.

Kelompok mereka sekarang di Banda Aceh memang sangat sedang terjepit, karena adanya pemberlakuan Syariat Islam yang ditetapkan dalam Qanun Pemerintahan Aceh No 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat. Mereka sering menjadi sorotan publik meskipun tidak semua dari mereka bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK).

Kondisi mereka sekarang bukanlah keinginan mereka. Jauh sebelumnya terdapat kisah pilu yang memutuskan mereka terjebak dalam lingkup LGBT. Kisah pelecehan seksual, pengabaian akibat dari keluarga broken home, sampai keadaan ekonomilah yang memaksa mereka seperti ini.

Diakhir pentupan kegiatan ini, mereka meminta dukungan dari peserta yang ada untuk mempertahankan hak-hak mereka sebagai LGBT. Paling tidak hak-hak untuk bisa hidup dengan layak dan nyaman di Banda Aceh.

Rupanya pada hari itu ialah Hari Peringatan International Transgender Day of Remembrance (Hari Mengenang Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Transgender Sedunia) 20 November ditetapkan sebagai Hari yang secara internasional didedikasikan bagi Komunitas Marginal Transgender yang telah menjadi korban pembunuhan atas dasar kebencian di berbagai belahan Dunia.

Aku benar-benar bingung memposisikan diri, apakah aku ikut mendukung mereka atau menolaknya. Aku ingin mengkaji dan membaca lebih banyak tentang Kaum LGBT. 

Memang di dalam Al-Quran Kitab Suci Umat Islam jelas disebutkan bahwa Kaum Sodom pada masa Nabi Luth AS, dimusnahkan Allah karena kelakuan mereka. Namun disisi lain kita juga harus bersikap humanis dan toleransi kepada mereka yang mempunyai Orientasi Seksual yang berbeda. 


Bukankah Perbedaan itu ialah Rahmat?

Sekilas aku baca lagi tentang teori-teori keberagaman gender dan seksualitas. Teori gender yang merupakan turunan dari pemikiran dan teori sosial ini ialah kontruksi sosial terhadap peran, fungsi, sikap, mentalitas, dan tanggung jawab yang melekat pada perempuan atau laki-laki.

Sedangkan seksualitas ialah sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang telah menjadi kodrat sejak lahir. Misalnya perempuan yang mempunyai payudara, vagina, dan rahim sedangkan pada laki-laki tidak mempunyai bagian-bagian tersebut.

Kemudian dalam kehidupan sosial, baik sikap, perilaku, mentalitas diperankan sesuai dengan jenis seksualitasnya. Misalnya sikap laki-laki yang cendrung lebih keras, mandiri, dan lebih kuat dibandingkan perempuan.

Kontruksi itu muncul karena dipengaruhi oleh budaya, agama, politik dan hukum. Jika peran gender tersebut tidak sesuai dengan jenis seksnya, maka disinilah muncul Konflik atau Pertentangan.

Mereka yang termasuk dalam kelompok LGBT sering kali menerima konflik atas perilakunnya yang dianggap tidak sesuai dengan budaya atau agama sebagian kelompok lainnya. Sehingga sering kali mereka dijauhi, dikucilkan dan bahkan didiskriminasi dalam suatu kelompok yang bukan LGBT.

Akupun juga bersikap demikian terhadap mereka yang LGBT. Bahkan aku pernah mencoba menanyakan kepada publik melalui akun facebook ku terkait pandangan mereka tentang LGBT. Dari 10 akun yang menanggapinya semua menginginkan mereka dimusnahkan, dan menyalahkan perilaku mereka.

Dari situ aku menyimpulkan bahwa isu tentang LGBT ini masih sangat tabu, dan bahkan bisa dikatakan sesuatu yang tidak bisa diterima di masyarakat Aceh. Lantas bagaimana dengan mereka yang sudah terlanjur menjadi kelompok LGBT? Apakah mereka juga dimusnahkan di muka bumi ini?

Terkait perilaku mereka yang menyimpang, tentu pasti ada penyebabnya. Dari beberapa sumber yang aku baca, dan cerita-cerita mereka yang tergabung dalam kelompok LGBT, banyak penyebab yang membuat mereka seperti itu. 

Yang menjadi tugas kita saat ini ialah mencari akar permasalahannya, dan menawarkan solusi yang baik untuk mereka bisa bertaubat dan berubah. Bukan memerangi dan menyalahkan mereka sepenuhnya. Atau malah mendiskriminasikan mereka, sehingga mereka mencari kekuatan di luar yang membuat mereka semakin kuat dan menjadi kelompok besar.

Kita memang menolak perilaku mereka yang menyimpang menurut Hukum Agama, atau pun budaya. Namun kita juga harus mendukung dan merangkul mereka supaya bisa berubah, dan memberikan hak-haknya sebagai seorang manusia. 

Oleh : YELLI SUSTARINA
Tulisan diikutsertakan dalam ASEAN Literary Festival Ardhanary Institute dan Aliansi Jurnalis Independen

8 comments

Write comments
Aini
AUTHOR
15 Juli, 2017 21:21 delete

Epilog yang bagus, Yelli. Harus kita ajak kembali ke jalan yang benar dengan cara yang ahsan, tetap harus ada usaha ke arah sana.

Reply
avatar
Bai Ruindra
AUTHOR
15 Juli, 2017 21:40 delete

Miris tentang kondisi ini, jadi serba salah kan ya. Tapi berharap ada yang terbaik untuk mereka di jalannya.

Reply
avatar
Ihan Sunrise
AUTHOR
16 Juli, 2017 04:21 delete

Sebagai sesama manusia kita memang tidak boleh membenci atau menjauhi mereka, harus dirangkul, agar mereka merasa punya teman, karena banyak juga di antara mereka yang akhirnya jadi LGBT karena mendapat dukungan kuat dari kelompok tersebut

Reply
avatar
16 Juli, 2017 04:32 delete

Iya kak, baiknya memang begitu, bukan malah menjauhi mereka dan menentangnya.

Reply
avatar
16 Juli, 2017 04:34 delete

Iya bg, jadi bingungkan kita memposisikan diri.

Reply
avatar
16 Juli, 2017 04:37 delete

Betul sekali tu kak! Harus peduli kepada mereka dan merangkul mereka supaya tidak terjebak dgn lingkup LGBT.

Reply
avatar
Sri Mulyani
AUTHOR
17 Juli, 2017 00:54 delete

Saya juga bingung, mereka manusia juga, masa iya dimusuhi. Tapi kalau diterima apa tidak semakin berkembang dan menularkan?

Reply
avatar
18 Juli, 2017 06:25 delete

Makannya kita ajak mereka ke arah yg benar Mbak, jgn dimusuhi orgnya, tapi perilakunya itu yg kita tolak dan kita cegah supaya tidak mempengaruhi org lain. Saya awalnya juga bringing memposisikan diri :D

Reply
avatar