OPINI - Puasa dan Tidur

Selasa, Juli 26, 2016 1 Comments A+ a-

Oleh Yelli Sustarina

BANYAK orang yang salah pengertian tentang makna tidur sebagai ibadah, saat bulan puasa. Sehingga tak jarang tidur sebagai alasan, untuk menjaga puasanya dan bermalas-malasan. Bahkan ada yang mengisi hari-harinya dengan tidur sepanjang hari. Namun apakah benar tidur yang demikian bernilai ibadah? Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan? 

Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan penuh ampunan dan makfirah. Amalan yang dilakukan di bulan ini, tentunya bernilai ibadah dan dilipat gandakan oleh Allah swt. Diterangkan dalam sebuah hadis, bahwa “Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, doanya adalah doa yang mustajab, pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.” (HR. `Abdullah bin Aufi yang dituliskan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/1437).

Berdasarkan hadis tersebut, banyak yang salah kaprah tentang makna tidur sebagai ibadah. Tidur di sini bukanlah tidur untuk bermalas-malasan, dan sebagai pelarian dari rasa lapar atau haus menunggu waktu berbuka. Tapi tidur yang dimaksud ialah dengan niat supaya malamnya kuat melaksanakan ibadah shalat sunat Tarawih dan Witir, serta amalan ibadah lainnya. Lamanya waktu tidur juga disesuaikan, karena tidur yang lama dapat mengganggu kesehatan tubuh saat berpuasa.

Proses tidur
Tidur merupakan sesuatu yang sederhana, tetapi mempunyai manfaat yang luar biasa. Pada saat tidur terjadi proses biologis di dalam tubuh berupa pemulihan dan perbaikan sel-sel tubuh. Pemulihan terjadi karena tubuh diberi kesempatan untuk mengambil oksigen lebih banyak. Sedangkan perbaikan terjadi pada tingkat molekuler, untuk mengganti protein tubuh yang rusak. 

Kebutuhan tidur bagi setiap orang tentunya berbeda, tergantung tingkat aktivitas dan kebiasaan tidur. Normalnya orang dewasa membutuhkan tidur sekitar 6-8 jam setiap hari. Selama tidur tersebut, ada beberapa hal yang terjadi tanpa disadari oleh orang yang punya tubuh. Proses tersebut dapat dilihat dan diukur melalui electroenchepalogram (EEG), alat untuk memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang otak) pada kertas grafik.

Pada hakikatnya, tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement- REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement-NREM). Tidur yang pulas dan lelap dapat ditemukan pada jenis tidur REM. Sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya terdapat gerakan kedua bola mata yang bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah meningkat, gerakan mata cepat, pernafasan tidak teratur dan metabolisme meningkat.

Sebelum masuk ke tahap REM (tidur nyenyak sekali), seseorang mengalami tidur NREM (tidur yang nyaman dan dalam). Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar. Ada empat tahap yang dilalui saat tidur NREM, dengan gelombang pola perubahan aktivitas gelombang otak. Tahap pertama merupakan tahap transisi saat seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Tanda-tanda yang dapat dirasakan berupa otot-otot melemas, kelopak mata menutup dan rileks, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, menurunnya kecepatan pernapasan dan jantung. Pada EEG terlihat penurunan voltasi gelombang alfa. Pada tahap ini seseorang dapat terbangun dengan mudah.

Tahap kedua merupakan tahap tidur ringan dan penurunan proses tubuh. Tahap ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun dan kecepatan nafas dan jantung juga menurun. Tahap ini berlangsung sekitar 10-15 menit. Saat inilah muncul gelombang beta pada EEG yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombang-gelombang ini disebut dengan gelombang tidur.

Pada tahap ketiga keadaan fisik melemah, yang ditandai dengan penurunan kecepatan jantung dan pernafasan. Gelombang beta pada EEG menjadi 1-2 siklus/detik, saat inilah seseorang sulit untuk bangun dari tidurnya. Kemudian berlanjut ke tahap empat, dimana seseorang berada dalam keadaan rileks dan jarang terjadi pergerakan tubuh. Pada EEG, terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernafasan menurun sekitar 20-30%. Pada saat ini sesorang mengalami mimpi dalam tidur.

Setelah mengalami empat tahap pada tidur NREM, tahap ke lima merupakan tidur REM yang berlangsung selama 10 menit. Selama tertidur sekitar 7-8 jam, seseorang mengalami REM dan NREM bergantian sekitar 4-6 kali. Kemudian bagaiamana kondisi tubuh saat di bulan puasa jika terus-terusan tidur? Tentunya siklus tersebut terjadi berulang-ulang melebihi batas wajarnya. Tubuh secara terus-menerus mengalami proses perbaikan dan pemulihan tanpa ada aktivitas yang berarti. Sehingga ketika bangun, tubuh tidak menjadi lebih sehat, malah menjadi lemas dan lelah.

Tidur yang Sehat
Di dalam Islam kita selalu diajarkan supaya tidak berlebih-lebihan dalam suatu hal, termasuk saat tidur. Meskipun tidur mempunyai banyak manfaat, namun akan menjadi mudharat bagi tubuh jika dilakukan secara berlebihan. Apalagi dilakukan di waktu yang tidak dianjurkan untuk tidur, seperti setelah selesai shalat subuh dan ashar. Jadi, bagaimanakah tidur yang sehat itu menurut pandangan Islam dan ditinjau dari segi kesehatan? 

Tidur yang sehat adalah tidur yang berkualitas. Dalam bahasa medis tidur seperti itu saat otak mengalami corak gelombang lamban yang sinkron pada EEG. Sedangkan menurut pandangan Islam, tidur yang berkualitas ialah tidur yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Mutafa’alaih: “Rasulullah saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.”

Praktik tidur seperti itu telah terbukti secara medis, dapat berupaya mengoptimalisasi tubuh, dalam detoksifikasi untuk menyeimbangkan racun yang ada di tubuh. Detoksifikasi atau pembuangan racun tubuh, terjadi pada hati di malam hari. Mekanisme tersebut berkaitan erat dengan diproduksinya antioksidan sebagai penetral racun. Pada tidur berkualitas, pembuangan racun di hati dapat berjalan secara optimal, khususnya dalam pembentukan asam amino glutathione sebagaiantioksidan yang menyeimbangkan stres oksodatif dan radikal bebas.

Kemudian tidur atau beristirahat di siang hari, setelah zuhur sebelum ashar. Tidur seperti ini dianjurkan Rasulullah saw, dan disebut juga qayluulah. Sebuah penelitian yang diadakan olehHarvard School of Public Health dan University of Athens Medical School, bahwa tidur siang saat bekerja dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung. Studi ini menjelaskan bahwa mereka yang menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam untuk tidur siang di kantor, tiga kali dalam seminggu, risiko kematian yang disebabkan oleh timbulnya gejala penyakit jantung berkurang rata-rata 37%, dibandingkan dengan mereka yang tidak tidur siang di kantor. 

Oleh karena itu, pada Bulan Puasa Ramadhan ini jadikanlah sebagai bulan untuk beramal. Jika pun amalan itu berupa tidur, maka niatkanlah untuk beribadah kepada allah swt, dan tidurlah sesuai batas waktu seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

Yelli Sustarina, S.Kep., Mahasiswi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Darussalam, Banda Aceh. Email: yellsaints.paris@gmail.com
Editor: hasyim

1 comments:

Write comments
17 Mei, 2018 21:40 delete

Izin share kak :) di www.muslimkota.com

Reply
avatar