Produk Khas Aceh yang Bisa Dijadikan Oleh-oleh

Jumat, April 06, 2018 2 Comments A+ a-

Berbagai produk khas Aceh saat pemotretan di toko Yuyun Bordir

Bulan Februari lalu, aku diajak oleh teman untuk melihat sesi foto produk Aceh di toko Yuyun Bordir. Tempatnya itu di dekat jembatan Pango Jln. Prof. Ali Hasyimi, Kampung Ilie, Banda Aceh. Lokasinya sangat mudah ditemukan karena berada di jalan protokol, sehingga tidak sulit untuk mencari tempatnya.

Aku baru pertama pergi ke tempat itu dan baru tahu ada tempat yang membuat bordiran motif-motif Aceh. Di situ juga ada pemilik produk Aceh lainnya yang juga melakukan foto-foto produk mereka. Berikut aku kenalkan satu persatu produk Aceh yang etnik dan trendy ini.

1. Hi Batik
Beralamat di Jl. Keuchik Hasyem No. 04, Gp. Miruk Krueng, Barona Jaya, Aceh Besar.

Produk ini dibuat oleh seorang pemuda usia 26 tahun lulusan Ilmu Komunikasi Unsyiah, bernama Hikmah Muliadi. Sedikit aneh ya, anak komunikasi merambah ke dunia bisnis, batik pula lagi.

Ternyata ide membuat batik dengan motif Aceh ini, bermula dari seringnya Hikmah meliput acara kerajinan batik di Jawa. Saat itu dia bekerja di salah satu stasiun televisi nasional.

Dia berpikir, kenapa tidak motif Aceh diterapkan ke kerajinan batik? Hobinya yang suka menggambar pun memudahkannya membuat batik lukis dengan motif-motif Aceh. Akhirnya pada tahun 2014, hikmah berhasil membuat kain bakal baju batik Aceh yang diberi merk Hi Batik.


Kain batik ini menurut Hikmah banyak yang pesan untuk barang antaran pernikahan. Selain itu juga diminati untuk oleh-oleh khas Aceh, walaupun harganya mulai dari 150 ribu - 2 juta perpotongnya, tidak menghambat minat pembeli, bahkan kain ini sudah pernah dikirim sampai ke Papua. Wah, menarik kan?

Untuk mempercantik tampilannya, Hikmah membuat kain tersebut seperti kupiah meukutup (topi khas Aceh), sehingga etnik Acehnya nampak banget. Walaupun etnik, tapi juga trendy karena paduan warna dan corak batiknya tetap kekinian.

2. Cilet Coklat


Siapa sih yang nggak kenal dengan produk yang satu ini? Produk ini digemari anak muda banget dan trendy untuk dijadikan kado atau hadiah buat orang tersayang. Produk ini dibuat oleh mantan banker bernama Didi Nuriel yang kemudian resign untuk fokus ke bisnis coklatnya.

Idenya berawal dari ‘kepepet’ kata bang Didi. Saat itu dia ditugaskan mengunjungi lima kabupaten di Aceh untuk melihat para petani coklat. Ternyata kualitas coklat di Aceh luar biasa hebat, tapi sayangnya mereka hanya menjualnya sebagai bahan mentah tanpa diolah menjadi produk lain. Dari sinilah mulai muncul ide kreatifnya untuk mengembangkan usaha coklat di Aceh.



Produk yang diberi brand Cilet Coklat ini mempunyai varian rasa dan packagingyang menarik. Apalagi setiap tahunnya bang Didi terus berinovasi mengeluarkan produk baru. Yang paling kusuka dari produknya ialah coklat dengan bingkisan gambar pahlawan Aceh. Menurutku selain kita bisa menikmati rasanya kita juga mengetahui sekilas tentang pahlawan yang ada di Aceh, sehingga bisa menjadi alat edukasi untuk memperkenalkan pahlawan Aceh.

3. Ija Kroeng

Masyarakat Aceh pasti sudah familiar dengan ija kroeng atau kain sarung. Kebiasaan orang Aceh menggunakan ija kroeng menginspirasi Khairul Fajri Yahya untuk membuat produk dengan brand Ija Kroeng.


Dia ingin mempopulerkan kembali nama Ija Kroeng yang sudah sangat jarang digunakan oleh masyarakat Aceh. Saat ini orang lebih senang menggunakan kata sarong ketimbang ija kroeng, padahal jika ditilik ke masa lampau sarong baru dikenal 200 tahun yang lalu, sedangkan ija kroeng sudah dikenakan sejak 800 tahun yang lalu oleh masyarakat Aceh. Di sinilah peran Ija Kroeng ingin meng-trendykan kembali nama ija kroeng.

4. Yuyun Bordir

Inilah sosok perempuan inspiratif menurutku. Di tengah banyaknya kaum Adam yang mencul sebagai pembisnis, nama Yuyun muncul sebagai pengrajin sekaligus pembisnis yang bergerak pada produk fashion.

Toko Yuyun Bordir sebagai tempat pengambilan foto

Kak Yuyun panggilan akrabnya. Dia merupakan pengrajin bordir yang telah berkiprah sejak tahun 1999. Keahliannya dalam membordir apa saja, didapat dari ibunya yang juga sebagai pengrajin, bernama Huzaimah. Pada zaman Presiden Suharto Huzaimah menerima penghargaan dari presiden sebagai perempuan inspiratif pengrajin bordir motif Aceh.

Kak Yuyun belajar secara otodidak pada ibunya dan terus melakukan inovasi pada produk-produknya. Awalnya hanya sekadar membuat bordir pakaian, tapi pada tahun 2016 kak Yuyun memberanikan diri untuk membuat tas bordir motif Aceh dengan brand Pucȏk.


Tas buatan kak Yuyun memang beda dibandingkan dengan tas motif Aceh lainnya, meskipun harganya mahal mencapai 1,5 juta tapi kualitasnya terjamin dan pastinya memuaskan. Dia sengaja membuatnya sempurna supaya orang yang memakainya tanpak elegan, maka dari itu dia sangat mempertahankan kualitas dari tas buatannya.


Konsumennya pun juga orang kelas atas seperti Ibu Wali Kota, istri para pejabat, dan bahkan Ibu Ani Yudhoyono istri dari manta orang nomor satu di Indonesia ini pun pernah menggunakan tas buatan kak Yuyun. Jadi wajarlah bila harganya segitu, karena disesuaikan dengan kualitas produk dan pasar yang menggunakannya.

5. I Love Songket Aceh (ILSA)


Sebenarnya ini adalah sebuah komunitas anak muda yang ingin mengembalikan kejayaan songket Aceh. Sebagaimana kita ketahui dahulu bahwa Aceh penghasil kain songket terbaik di Sumatera, bahkan Barbara Leight dalam bukunya Tangan-tangan Terampil menyebutkan bahwa “Sutera hasil Aceh yang bermutu tinggi dinilai sebagai kekayaan lebih besar dan akibatnya lebih mahal daripada sutera serupa yang diimpor dari India.”



Orang-orang Belanda, Portugis, dan Perancis yang datang ke Aceh dulunya, juga mengincar kain tenun Aceh yang lebih familiar dengan sebutan Songket Aceh. Bahkan koleksi desain songket Aceh juga disimpan di Museum Leiden, Belanda.


Baca juga tentang Kemegahan Songket Aceh
Tentunya sangat disayangkan bila songket Aceh dilupakan begitu saja tanpa dihargai bahwa itu sebuah maha karya yang luar biasa. Oleh karena itulah komunitas ini hadir untuk mempopulerkan kembali songket Aceh melalui peran anak muda.


Komunitas ini dibentuk pada 31 Oktober 2015 oleh para pemuda Aceh yaitu Azhar Ilyas, Hijrah Saputra, Yudi Randa, Yelli Sustarina, dan Laila Abdul Jalil. Kemudia ILSA merangkul anak muda lainnya yang mempunyai ketertarikan terhadap songkat Aceh.


Saat ini ILSA membuat produk songket yang bisa dimintai oleh kaum muda dengan mengkombinasikan dengan trendynya anak muda. Sehingga songket tidak terlihat kaku dalam penggunaannya karena sudah dimodifikasi dalam bentuk fashion masa kini.

Itulah produk anak Aceh yang patut kita apresiasi. Ayo kita menggunakan produk sendiri dan berbanggalah untuk memakainya, karena kalau bukan kita yang mengenakannya siapa lagi? Kalau bukan saat ini kapan lagi?


2 comments

Write comments
10 April, 2018 09:06 delete

Saya naksir banget sama songketnyaaa...

Reply
avatar
01 Mei, 2018 23:54 delete

Wah, kalau naksir langsung dipinang aja dengan mahar yang nantinya bisa disepakati. Hubungi no saya aja 0852 6008 0834

Reply
avatar