#CeritaLeuser Potensi Ekowisata di Kawasan Penyangga Leuser Aceh Selatan

Rabu, April 11, 2018 8 Comments A+ a-

Lanskap Kabupaten Aceh Selatan
Baru sebulan lalu, tepatnya pada Selasa, 20 Maret 2018 Aceh Selatan digenangi banjir akibat meluapnya sungai-sungai yang berada di kawasan penyangga Leuser. Ratusan rumah penduduk menjadi sasaran dari keganasan air yang tak lagi bersahabat. 

Aliran sungai yang melalui pemukiman penduduk, menjadi sangat menakutkan karena sudah berubah warna bercampur dengan lumpur. Hal yang lebih menakutkan lagi ialah bahaya longsor yang sewaktu-waktu bisa memakan korban harta dan juga nyawa. 
Banjir 20 Maret 2018 di Aceh Selatan
Keadaan seperti ini wajar dialami oleh masyarakat yang berada di sekitar penyangga Leuser, mengingat tingkat deforestasi di Aceh Selatan menjadi yang tertinggi di tahun 2017. 

Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HakA) bersama dengan Forum Konservasi Leuser (FKL) menyebutkan kerusakan hutan atau deforestasi yang terjadi di Aceh Selatan mencapai 1.847 hektare, disusul Aceh Timur 1.222 hektare, dan Nagan Raya 946 hektare. 

Bila ini terus-terusan terjadi, tidak menutup kemungkinan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang ada di Aceh Selatan akan terancam dirambah masyarakat yang ingin membuat asap dapurnya tetap mengepul. 
Pembukaan Jalan Baru di Kawasan Buffer Zone Aceh Selatan
Oleh karena itu, kawasan penyangga (Buffer Zone) yang ada di sebagian kawasan di Aceh Selatan harus dimanfaatkan dengan baik supaya KEL tidak diganggu. 


Keuntungan Berada Di Kawasan Penyangga 

Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) membentang luas di dua Propinsi Aceh dan Sumatera Utara. Terdapat beberapa kabupaten yang ditetapkan sebagai KEL salah satunya ialah Aceh Selatan. 

Daerah ini selain berbatasan langsung dengan KEL di lintasan Medan-Tapaktuan di Rantau Sialang, terdapat juga kawasan penyangga yang membatasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). 
Adanya kawasan penyangga membuat topografi Aceh Selatan dilalui oleh banyak sungai dan air terjun yang indah. Bahkan ada air terjun yang tidak jauh letaknya dari bibir pantai seperti Air Terjun Air Dingin di Kecamatan Samadua. 

Tidak hanya itu, air terjun juga terdapat di Kecamatan Tapaktuan yaitu Air Terjun Tingkat Tujuh dan Kecamatan Kluet Tengah. Terdapat juga banyak sungai yang dijadikan sebagai kolam pemandian seperti Kolam Pemandian Aroya dan Panjupian di Kecamatan Tapaktuan. 
Air Terjun Air Dingin
Bila kondisi alam sedang baik, tempat ini dijadikan sebagai objek wisata bagi wisatawan. Tidak terhitung jumlah tempat wisata alam yang terdapat di Aceh Selatan, setiap kecamatan pasti ada objek wisata yang bisa dinikmati. Entah itu air terjun, sungai, kolam pemandian, pantai, gunung, batu, dan banyak lainnya. 

Hanya saja selama ini wisata di Aceh Selatan hanya terfokus untuk menikmati objek wisatanya saja, sedangkan lingkungan yang berada di sekitarnya diabaikan. Akibatnya di mana ada objek wisata, pasti banyak sampah yang bertaburan karena plastik makanan yang di bawa oleh wisatawan. 
Sampah yang bertaburan di tepi pantai lokasi wisata Rindu Alam Tapaktuan
Yang menjadi penerima manfaat dari tempat wisata itu hanya pemilik usaha seperti pedagang dan pengelola tempat wisata. Bahkan terkadang tempat wisata itu dijadikan sebagai tempat maksiat bagi wisatawan yang tidak mengerti tentang wisata sebenarnya. 

Masyarakat setempat hanya bisa geram melihat kondisi tersebut, sehigga menimbulkan pemikiran negatif bagi masyarakat bahwa setiap tempat wisata akan rawan terjadinya kemaksiatan.

Potensi untuk Diterapkannya Konsep Ekowisata 

Untuk objek wisata di Aceh Selatan, tidak terhitung lagi jumlahnya karena setiap tempat bisa dinikmati keindahannya. Bila potensi ini dikelola dengan baik berdasarkan konsep ekowisata, tentunya tidak akan ada lagi yang berniat merambah hutan dan mengeksploitasi alam seperti tambang di Aceh Selatan. 
Lokasi wisata Air Terjun Air Dingin yang bisa dijadikan jalur tracking sepeda
Ekowisata adalah wisata yang bertanggung jawab terhadap alam, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan kesadaran lingkungan. Ada tiga komponen dasar yang harus dipenuhi untuk menerapkan konsep ini. Oleh karena itu, lintas sektor sangat diperlukan supaya ekowisata bisa berjalan dengan baik. 

Bila dikaji lebih dalam sangat memungkinkan ekowisata ini diterapkan di Aceh Selatan. Apalagi dengan adanya dana desa di masing-masing gampong dapat dijadikan sebagai upaya untuk mempermudah jalannya ekowisata. Salah satu prioritas penggunaan dana desa ialah kegiatan pengelolaan hutan dan pantai di desa. Tentunya ini bisa dianggarkan untuk memenuhi komponen pertama dari ekowisata yaitu konservasi alam. 
Sumber mata air di Gampong Air Sialang Hilir, Kecamatan Samadua
Hal ini bisa dilakukan dengan membuat tempat-tempat sampah di setiap objek wisata, penyediaan toilet yang layak, peraturan yang harus dipatuhi pengunjung, dan petugas yang memantau pengunjung yang tidak tertib di objek wisata tersebut. Intinya obek wisata di tempat tersebut tetap terjaga keasliannya sehingga bisa dinikmati terus menerus. 

Komponen kedua ialah memberdayakan masyarakat setempat untuk menjual barang hasil olahannya, baik berupa makanan, kerajinan, jasa, dan sebagainya. Sehingga tempat wisata tersebut dapat membangun perekonomian masyarakat. 
Kelompok pengrajin rajut di Gampong Air Sialang Hilir, Kec. Samadua
Komponen terakhir ialah meningkatkan keasadaran lingkungan hidup dengan mengajak masyarakat setempat dan wisatawan untuk lebih dekat dengan alam. Misalnya dengan menerapkan peraturan bagi setiap wisatawan tidak diperbolehkan membawa makanan yang berbungkus plastik. Memberi denda bagi wisatawan yang membuang sampah sembarangan dan denda bagi penjual yang menggunakan bungkusan plastik. 

Selain itu juga bisa disediakan paket wisata untuk memanen pala, atau membuat pala sambutan. Aceh Selatan yang terkenal dengan tanaman pala bisa dijadikan sebagai sarana belajar wisatawan untuk memanfaatkan pala sebagai tanaman hijau yang bernilai ekonomi.

Memetik pala di kebun pala, salah satu paket wisata yang bisa ditawarkan di ekowisata

Jika komponen di atas sudah dipahami dan diterapkan, KEL di Aceh Selatan dapat terjaga dengan baik karena kawasan penyangga dapat dimanfaatkan dengan tepat sasaran. Semoga dengan adanya potensi ini, Aceh Selatan bisa dijadikan salah satu daerah ekowisata terbaik di Aceh. 

Referensi 







8 comments

Write comments
Mayuf
AUTHOR
12 April, 2018 05:58 delete

Perairan nya besar ya mba sampe bisa banjir

Reply
avatar
12 April, 2018 17:17 delete

Syedih mba liat sampah bebuangan di tepi pantai. Kebanyakan pengunjung terlalu fokus liburan, smpai gak berpikir bagaimana kelanjutan objek wisatanya kalo tidak sadar dampak membuang sampah di kawasan pantai. Nah syukur aja masih ada wanita hebat yang masih pduli seperti, kalau bukan dimulai dari kita ya mau nunggu siapa lagi ^^


Hai mba Yelli, singgah blogwalking ke blog aku ya ^^
Terima kasih

Reply
avatar
15 April, 2018 19:15 delete

Apa jadinya ya kalau Leuser kian rusak @_@ Semoga kita kian peduli

Reply
avatar
15 April, 2018 20:43 delete

Besar dan banyak cabang nya.

Reply
avatar
15 April, 2018 20:44 delete

Makanya perlu konsep ekowisata Mbak.

Oke, aku akan berkunjung 😊

Reply
avatar
15 April, 2018 21:06 delete

Maka bencana pun akan datang lebih parah dari sebelumnya. Semoga kita peduli.

Reply
avatar
Ayu
AUTHOR
18 April, 2018 19:56 delete

Tulisan yang sangat menggugah Yelli.
Ekowisata bisa jadi solusi jitu. Tak perlu lagi pembukaan pertambangan besar-besaran yang merusak sumber air dan hutan.

Untuk referensi bisa dibaca tulisan ini:
1. https://studipariwisata.com/analisis/ecotourism-pariwisata-berwawasan-lingkungan/
2. http://saveforest.webs.com/konsep_ekowisata.pdf

Reply
avatar
01 Mei, 2018 23:50 delete

Oke,, makasih kak Ayu atas sarannya. :)

Reply
avatar