Prosesi Penyambutan Pengantin pada Reusam Gayo-Aceh
Penari Gayo memberi salam penghormatan kepada pengantin pria dan wanita |
Hari
itu aku menghadiri pesta pernikahan teman satu komunitas, sekaligus dia juga
sebagai seniorku di kampus.
Acaranya
tergolong unik karena pesta pernikahannya diadakan di gedung kampus Akademi Kebidanan
(Akbid) Muhammadiyah Aceh. Ruang para dosen disulap menjadi tempat pelaminan
sulam benang emas, bak tempat istana raja, dan ratu yang begitu indah.
Ya,
begitulah kalau orang Aceh menikah, para pengantinnya dijadikan raja, dan ratu
dengan dekorasi ruangan yang dihiasi dengan kasab sulam benang emas.
Pelaminan Aceh yang didekorasi dengan kasab sulam benang emas |
Aku
sempat heran, kok bisa ya acara seperti ini diadakan di kampus? Usut demi usut
ternyata mempelai laki-lakinya, anak direktur dari kampus tersebut. Yo wes,
jelaslah diizinkan pihak kampus untuk diadakan pesta pernikahan di tempat
tersebut.
Baiklah,
kita kan mau membahas prosesi penyambutan pengantin pada Reusam Gayo, dan Aceh,
kenapa sibuk membahas tentang pengantinya? Eits.., tapi perlu diketahui juga,
pengantin ini berasal dari Gayo, dan Aceh.
Emang
beda ya, Gayo dan Aceh? Sebenarnya masih tetap dalam provinsi yang sama yaitu
Aceh. Hanya saja sukunya yang berbeda, karena di Aceh terdapat 8 suku yang
diakui secara nasional. Meskipun banyak suku lain di pedalaman bumi Aceh,
seperti yang baru-baru ini disibukkan dengan Suku Mente di pedalaman hutan Aceh
Besar.
Perlu
saya jelaskan kenapa saya menggunakan kata Reusam, bukan kata Adat Gayo –Aceh.
Hal ini dikarenakan bentuk prosesi penyambutan pengantin yang akan diceritakan
berikut ialah salah satu bentuk Reusam, bukan Adat.
Reusam
ialah suatu kebiasaan dalam masyarakat yang tidak mengikat,
dan
tidak terikat oleh sanksi hukum.
Adat ialah
suatu kebiasaan dalam masyarakat yang sudah menjadi ketentuan,
atau
aturan yang mengikat. Apabila aturan yang disepakati itu dilanggar,
maka akan
ada sanksi hukum sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.
Reusam
bukanlah Adat, Reusam sebagai pelengkap dari adat. Reusam dari satu daerah
berbeda dengan daerah lainnya, karena Reusam disesuaikan dengan kebiasaan, dan
tradisi masyarakat setempat.
Dan
karena Reusam bukanlah Adat, jadi tidak ada sanksi hukum jika ada orang yang
tidak melakukan prosesi penyambutan pengantin seperti yang dijelaskan berikut.
Untuk
pembahasan Reusam, Adat, Qanun, dan Hukum, nanti ada tulisan khusus yang akan
aku paparkan secara lengkap. Jadi, bersabar dulu ya, menunggu tulisan
selanjutnya.
Penyambutan Pengantin
Si
pengantin laki-laki ini berasal dari daratan tinggi Gayo, yaitu Takengon. Dia
berasal dari suku gayo, terlihat dari penggunaan namanya menggunakan kata win. Kata win ini biasanya digunakan
untuk laki-laki Suku Gayo. Sedangkan si pengantin wanita berasal dari Banda
Aceh dengan Suku Aceh.
Nama pengantin pria "Wincolis" menunjukkan asal sesukuannya |
Biasanya prosesi penyambutan pengantin ini dilakukan di rumah mempelai laki-laki, atau perempuan. Dikarenakan sekerang sudah banyak yang menggunakan gedung sebagai tempat pesta pernikahan, pengatin laki-laki dan perempuan datang ke tempat resepsi pernikahan secara bersamaan.
Didepan
gedung sudah ada gruop penari Guel yang merupakan tarian khas Gayo, dan penari
Rapa’i yang merupakan tarian khas Aceh menyambut para pengantin tersebut.
Penyambutan pengantin yang diiringi oleh gendang rapa'i |
Setibanya kedua pengantin ke tempat acara pesta, gendang rapa’i dibunyikan oleh para penari Rapa’i. Ini sebagai penanda bahwa kedua pengantin sudah sampai ke lokasi acara.
Kedua
pengantin tersebut tidak langsung memasuki gedung acara, tapi mereka berdiri
dulu di luar menunggu penari Rapa’i menyelesaikan syair-syairnya. Itu merupakan
salah satu bagian dari Reusam Suku Aceh saat menyambut tamu.
Setelah
melewati group rapai’i, kemudian kedua pengantin tersebut disambut oleh para
penari Guel. Ini merupakan bagian dari prosesi penyambutan pengantin dari
Reusam Suku Gayo.
Penari Guel menyambut kedatangan pengantin |
Tari Guel ialah salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh, khususnya di daratan tinggi Gayo, dan merupakan tari tradisi dalam upacara adat tertentu.
Tari Guel dari suku Gayo di Aceh |
Para penari mengajak kedua pengantin untuk menari sebentar, dan kemudian diarak sampai memasuki gudung acara. Kemudian diikuti oleh para pengantar pengantin pria, dan wanita yang membawa berbagai barang hantaran.
Para penari mengajak kedua pengantin menari tarian gayo |
Para pengiring pria membawa berbagai macam hantaran, berupa bingkisan-bingkisan yang berbalutkan kain kuning, dan kasab sulam emas. Isi hantaran tersebut ialah kebutuhan pengantin perempuan seperti, tempat makan, baju, kain songket, telekung, sepatu, dompet, pakaian dalam, dan bahkan sampai ke peralatan mandi, dan berhias pengantin perempuan.
Hantaran yang dibawa pengiring pengantin pria untuk diberikan kepada pengantin wanita |
Sesi Pengenalan Keluarga Besar
Kedua
pengantin memasuki gedung, diikuti dengan keluarga besar dari kedua belah pihak
pengantin perempuan, dan laki-laki. Sedangkang para rombongan pengiring
pengantin, duduk di luar gedung untuk menikmati makanan yang disediakan kedua
belah pihak pengantin.
Acara pengenalan keluarga besar yang berada di dalam gedung |
Didalam gedung dikhususkan untuk keluarga besar kedua pengantin saja, karena nantinya ada sesi pengenalan kedua belah pihak keluarga pengantin.
Di
dalam gedung tersebut kedua pengantin duduk bersanding di pelaminan kasab sulam
benang emas, ibarat raja, dan ratu. Sedangkan para keluarga besar saling
bersilaturahmi saling mengenal, sambil menikmati makanan mewah yang disediakan.
Makanan yang disediakan untuk tamu undangan |
Di luar gedung, para undangan dihibur dengan tarian rapa’i dari suku Aceh. Berbagai kisah disyairkan dalam bait-bait lagu yang dinyanyikan syekh pemain rapa’i.
Pemain rapa'i yang menghibur para tamu undangan |
Hentakan gendang rapa’i memeriahkan suasana pesta. Para undangan tidak dijenuhkan dengan suasana pesta, karena ada tontonan yang menarik saat mencicipi berbagai macam hidangan makanan yang tersedia.
Para tamu undangan sedang menikmati makanan, dan pertunjukan rapa'i |
Para
undangan terus berdatangan, dan para pelayan sibuk menyediakan makanan khas
Aceh untuk para tamu undangan. Kita bisa menikmati semua makanan yang tersedia
di pesta tersebut.
Hmmm..,
nyami! Sungguh menyenangkan saat orang Aceh mengadakan pesta, perut kenyang,
dan hatipun senang mendapat tontonan hiburan.
Setelah
penampilan rapa’i, kemudian dilanjutkan dengan penampilan nasyid dari sanggar
seni RIAB (Ruhul Islam Anak Bangsa). Berbagai lantunan syair yang dilagukan, dengan paduan musik modern
menggunakan mulut (big box), sangat
syahdu untuk di dengar.
Group Nasyid yang sedang menghibur tamu undangan |
Suasana
makan siangpun jadi menyenangkan. Sungguh luar biasa Reusam Aceh ini, bersyukur
deh aku tinggal di bumi yang menjunjung tinggi, adat dan budaya ini. Pandai
sekali memuliakan tamu, sehingga para tamu senang, dan mendoakan untuk kebaikan
kedua pengantin.
Setelah
selesai acara makan-minumnya, barulah aku bersama teman-temanku masuk ke gedung
acara, untuk mengucapkan selamat kepada kedua pengantin.
Wah.,
cukup ramai di dalam karena para undangan lain juga menghampiri kedua pengantin
untuk mengucapkan selamat, dan berfoto. Setelah beberapa lama menunggu akhirnya
kami kebagian juga untuk foto-foto bersama pengantin. Fiuh.., capek juga ya
nunggunya.
Kita kebagian juga fotonya bersama pengantin |
Kedua pengantin tersebut bagaikan artis yang sedang direbutkan oleh para fansnya untuk berfoto. Mereka ibarat raja, dan ratu yang sedang menikmati kebahagian hidup dalam mahligai rumah tangga.
Kapan
ya, aku bisa kayak gitu? Semoga saja tahun ini bisa jadi Raja, dan Ratu di
pernikahan Reusam Suku Aceh, dan Aneuk Jame. Amin, ya rabbal alamin.
Mohon
doanya ya semua!
12 comments
Write commentsSuka sama tarian guyel dri Gayo, pas ke gayo pengen beli kain tari guyel itu cuma lumayan mahal trus ngj jd beli.
ReplyKita bangga banget jadi orang Aceh (Aceh sebagai provinsi) yang punya banyak sekali budaya, reusam, adat istiadat, dan multikultur.
ReplyNabung dulu dek Mat, supaya bisa beli kainnya. Atau nikah dengan gadis Gayo, supaya dapat hadiah kain Gayo dari mertua. :D
ReplyBenar kak, saatnya kita yang menjaga dan melestarikannya, agar semua ini bisa dinikmati oleh generasi mendatang.
ReplyLengkap banget ulasan mbak Yelli ini. Berbagi cerita ttg kebudayaan khas Aceh..itu pelaminannya mewah bgt ya.
ReplyIya, terima kasih mbak sudah berkunjung ke rumah saya. Begitulah mbak, pelaminan di pernikahan Aceh, semua serba mewah.
ReplyAkak pernah sekali berkunjung ke Takengon. Takjub benar dengan kekayaan adat pernikahannya. Ibu mertua dan pengantin menari di panggung. Ada tarian taring kuping ntah namanya, untuk penyambutan. Menyaksikan itu bikin tertawa lebar deh pokoknya. Heheh
ReplySungguh luar biasa budaya yang ada di Aceh ne kak ya! Bersyukur kita tinggal disini, bisa menyaksikan berbagai kahasanah budaya yang ada di Aceh.
ReplyAamiin semoga terkabul doanya ya mba Yelli.
ReplyIndonesia itu indah ya, beragam banget model pernikahan dan upacaranya
Salam kenal ya.
Amin ya rabbalalamin. Terima kasih doanya Mbak Nyi. Indonesia sangat indah, dan beragam, sama seperti orang-orangnya. :)
ReplyAllahuma shali wasalim wabarik alaih, Kearifann lokal Aceh memang tiada duanya, hingga saya selalu berharap untuk bisa berkunjung ke sana dan sholat di masjid besar Aceh....makasih telah berbagi mbak Yelli...
ReplyIya, sama2. Semoga ada kesempatan untuk datang ke Aceh ya! dan menyaksikan secara langsung perkembangan budaya di negri tanoh rencong ini.
Reply