Mengenal Makna Pelaminan Kasab Emas “Aneuk Jame”

Minggu, Juni 21, 2015 5 Comments A+ a-

Oleh Yell Saints
Sumber : T. Laksamana bin Teuku Fitahruddin (Budayawan & keturunan Raja Tapa' Toen yang   XI).
Dok, Yell Saints saat PKA VI, 2014 ; Pelaminan Kasab Emas "Aneuk Jame"

Bagi masayarakat yang hidup di wilayah pesisir selatan Aceh, pasti mengenal yang namanya kasab emas. Namun bagi yang tinggal di daerah lain, mungkin ada yang tidak tau bentuk kerajinan sulam kasab emas ini. Beberapa teman yang pernah saya tanyakan tentang kerajinan ini, mereka tidak mengenal bahkan tidak pernah tau bentuk dari sulam emas itu. Padahal kasab emas dalam bentuk pelaminan sering digunakan saat upacara tradisi, dan sudah berkembang di Aceh sejak abad ke-15.
Kasab merupakan kerajinan dari benang emas yang membentuk pelaminan. Kegunaanya untuk dekorasi pelaminan dalam upacara tradisi seperti tujuh bulanan, kelahiran, perkawinan, sunatan dan meninggal dunia. Setiap bentuk, motif dan warna yang membentuk pelaminan tersebut mempunyai makna tersendiri. Tapi tidak banyak yang mengetahui hal itu, termasuk ibu saya yang sejak lama berprofesi sebagai pengrajin kasab sulam benang emas.
Beliau hanya bisa menyulam, membilai dan merangkainya membentuk sebuah pelaminan utuh. Hanya sebagian yang beliau ketahui tentang makna dari potongan yang membentuk pelaminan tersebut. Selebihnya ibu menyarankan saya untuk menemui pakar adat aneuk jame. Atas saran beliau, saya pun menemui pakar adat dan budaya aneuk jame yaitu, T. Laksamana bin Teuku Fitahruddin. Beliau merupakan keturunan XI dari raja Tapa’ Toen. Dari beliaulah saya mengetahui banyak tentang makna dari pelaminan kasab emas aneuk jame. Semua unsur-unsur yang terdapat dalam pelaminan tersebut sarat akan maknanya.
            Beliau menjelaskan bahwa pelaminan aneuk jame bernafaskan Islam. Semua diambil dari makna keislaman. Berikut bagian-bagiannya.
1.    Kaniang/Lidah-lidah 
      Dalam bahasa aneuk jame, kaniang artinya kening. Ini merupakan bagian teratas perangkat pelaminan.  
Bentuknya seperti lidah ada yang bulat dan runcing, bermakna sebagai lidah kepemimpinan. Bentuk runcing dilambangkan sebagai lidah perempuan dan yang bulat sebagai lidah laki-laki. Jika dihubungkan dalam sebuah kepemimpinan, bahwa perdamaian dan persatuan menjadi hal yang terpenting dalam ruh hidup bermasyarakat. Meskipun lidah tidak bertulang, namun ketjaman kata-kata dapat memicu perpecahan. Di bawah lidah terdapat ambak-ambak yang bermakna rakyat. 
2.    Maracu 
      Maracu ialah ukiran benang emas yang berbentuk segi tiga. Ini menggambarkan seorang raja, berbentuk segi tiga berarti tiga raja dalam bahasa Aceh Lhee Sago. Di dalam maracu terdapat motif Situnjung. Makna dari situnjung ini adalah lambang keagungan, kebesaran jiwa dan hati nurani masyarakat aneuk jame.
Dok. Yell Saints; Maracu dengan Motif Situnjung di tengahnya
Saat membentuk pelaminan, maracu disusun menjadi sembilan buah dengan posisi bolak balik. Inilah yang disebut Maracu Tunggak Baliak. Maknanya ialah Aceh terdiri dari sembilan kerajaan kecil dan besar yang mempunyai cap stempel kerajaan (cap seukeurueng). Dahulunya Maracu Tunggang Baliak  dipakai oleh kaum bangsawan (raja). Sekarang bisa dipakai oleh orang awam (rakyat) dalam adat perkawinan. Akan tetapi, ada syarat dan ketentuannya, yaitu; orang yang melaksanakan alek (pesta dalam bahasa Indonesia) harus memotong kerbau, mematuhi segala ketentuan adat dan memberi makan 7 orang keuchik.
3.      Tapak
Dok. Yell Saints; Tapak
Di bawah maracu terdapat lima buah tapak yang dimaknai sebagai pondasi islam, yaitu shalat lima waktu sehari semalam.






  

4. Kipas 
         Kipas yang bersulam benang emas ini, diselipkan disamping kiri dan kanan maracu. Jumlahnya terdiri dari 17 kipas, yang bermakna 17 rakaat shalat dalam lima waktu sehari semalam. Kipas ini terdiri dari 4 warna yang melambangkan; kuning sebagai raja, merah cerdik pandai, putih ulama, hijau rakyat dan warna lainya seperti merah jambu dan biru sebagai orang pendatang.
Adapun makna dari pemakaian pelaminan berupa kipas untuk resepsi perkawinan yaitu;
a.    Supaya pengantin yang sedang berasanding mendaptkan kesejukan dalam rumah tangga, diberkahi dan dirahmati oleh Allah swt.
b.    Jumlah 17 buah kipas untuk mengingatkan shalat. Saat terjadi salah paham antara suami istri, harus segera diambil dan kipaskan. Maksudnya dengan isyarat segera ambil air wudhu dan melaksankan shalat.
c.    Kipas yang diselipkan kiri dan kanan bermakna bahwa, kedua mempelai harus melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.
d.   Kipas yang dipasang bukan hanya sebagai pajangan belaka, tetapi mengandung makna yang sakral dan harus direlaisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
5.    Banta Gadang

Dok. Yell Saints; Saat PKA VI 2014; Banta Gadang
Hiasan yang terdapat di samping kipas, terdiri dari dua buah kiri dan kanan. Banta gadang dilambangkan sebagai panglima raja. Susunan banta gadang terdiri dari tujuh lapis ragam kasab. Masing-masing memiliki warna dan motif yang berbeda.
6.    Dalansi
Ini merupkan pelengkap dari sebuah pelaminan. Sebenarnya dipakai untuk tutup kelambu dalam kamar pengantin, dengan muka kelambu yang bewarna warni.
7.    Banta Basusun
Banta basusun diletakkan di depan kipas dan ambak. Terdiri dari empat sebelah kiri dan empat sebelah kanan, bermakna ada empat pihak delapan kaum. Dalam adat aneuk jame, saat akan berlangsungnya pernikahan harus dihadiri saudara-sudara kedua orang tua dari pihak istri dan suami, atau disebut niniak mamak.  Banta basusun inilah
yang melambangkan niniak mamak.

8. Buah Butun kuning
    Buah butun kuning berdiri tepat di depan pelaminan, dan dimaknai sebagai payung kerajaan yang  
    memayungi 9 buah maracu/raja. Ruas dari buah butun ada delapan yang bermakna ada 8 tingkatan 
         surga.

Makna dari setiap bagian yang melekat dalam sebuah pelaminan kasab aneuk jame, tentunya menjadi sebuah ciri kehususan dari masyarakat yang mendiami pantai barat selatan ini. Dari penamaan setiap bagian-bagian susunan pelaminan, sangat terlihat begitu kentalnya perpaduan budaya Aceh dan Minangkabau. Hal itu diakrenakan etnis aneuk jame berasal dari keturunan Minangkabau, Sumatra Barat.
Selain itu, unsur-unsur keislaman sangat kental di setiap pemaknaan dari pelaminan kasab aneuk Jame. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sudah berkembang secara pesat di Aceh, khususnya di bagian pantai barat selatan. Kejayaan Islam sangat jelas terlihat dari kemewahan yang tergambar di pelaminan, semua berbalutkan warna emas. Secara tidak lansung dapat dimaknai betapa makmurnya kehidupan masayarakat pada masa lalu yang di pimpin oleh para raja.
Dok. Yell Saints; Saat berkunjung ke rumah T. Laksamana bin Teuku Fitahruddin







5 comments

Write comments
Unknown
AUTHOR
01 Maret, 2016 05:55 delete

Assalamu'alaykum...
Kak Yelli, saya sangat terkesan dengan tulisan kakak ini. Saya juga termasuk orang yang kurang paham tentang budaya. Setidaknya dengan membaca tulisan ini, wawasan saya jadi bertambah dan semakin cinta dengan budaya daerah sendiri.
Ohya, saya juga baca artikel kakak di http://www.lintasnasional.com/2015/10/11/sebuah-catatan-tentang-adat-dan-syariat/. Disitu kakak sebutkan kakak punya buku sendiri 'Makna Pelaminan Kasab Benang Emas Aneuk Jame Tapaktuan Aceh Selatan' untuk dijual kan kak? Apa masih ada kak? Kebetulan saya memang sedang mencari buku khusus yang membahas tentang adat di Aceh Selatan.
Terimakasih sebelumnya :)

Reply
avatar
02 Maret, 2016 05:06 delete

Waalaikumsalam.., terimakasih sudah mengunjungi blog saya. Senang masih ada orang yang ingin membaca tentang budaya. Bukunya belum di diterbitkan, terkendala dengan masalah pendanaan. Untuk lebih lengkapnya, saya sudah membukukannya dengan judul "Catatan pengrajin kasab" buku tersebut membahas makna filosofi yg terkandung dalam kasab Aneuk Jamee Aceh Selatan, dan juga ada sedikit mengulas tentang para pengrajin kasab. Bukunya hanya dicetak 2 buah, satu ada sama saya, satu lagi ada pada nara sumbernya. Kalau Sera mau melihat bukunya, bisa hubungi no saya 0852 6008 0834.

Reply
avatar
20 Juni, 2017 07:09 delete

Sukses selalu Yelli, salut dengan anak muda yg mau terus mengembangkan dan cinta dgn budayanya. Kereen bangeeut...

Reply
avatar
25 Desember, 2017 18:24 delete

Amin ya Allah, terima kasih bg, semua karena kepedulian terhadap budaya kita. Kalau bukan kita yang merawatnya siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi?

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
19 Oktober, 2018 01:31 delete

Saya mau beli hiasan dinding khas Aceh ini yg ada mute2nya, gmn caranya?agak susah saya cari di internet.

Reply
avatar