Siapa Mereka Para Thalasemia?

Kamis, Mei 07, 2015 0 Comments A+ a-




            Banyak yang tidak mengetahui siapa mereka para thalasemia. Entah karena kita kurang peduli atau memang hati nurani kita sudah tertup dan mati? Penyakit aneh yang selalu membuat penderitanya tidak cukup darah ini selalu menjadi masalah bagi penderita thalasemia. Mereka diibaratkan seperti vampir yang selalu kehausan darah, wajahnya selalu kelihatan pucat seperti mayat hidup. Tapi, apakah mereka menginginkan semua itu? Tidak., mereka tidak pernah menginginkan terlahir demikian.
            Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan darah. Sel darah merahnya tidak berfungsi secara normal karena usia sel darahnya yang begitu pendek. Kemudian sel darah tersebut mati sebelum sampai 120 hari. Akibatnya mereka selalu kekurangan darah merah yang berpengaruh pada konsentrasi Hemoglobin (hb) di dalam darah. Makanya jika kita lihat para penderita thalasemia selalu dalam keadaan pucat.
Saat Praktek pofesi di Central Thalasemia
            Mereka para thalasemia membutuhkan tranfusi setiap 20-30 hari sekali. Dalam setiap tranfusi tergantung nilai hb nya, jika hb nya terlalu rendah 3-5 misalnya, mereka harus mendapatkan tranfusi darah 5-7 kantong sel darah merah sampai hb nya mendekati normal yaitu 10-12. Akan tetapi masalahnya ialah apakah setiap kali giliran tranfusi stok darah selalu tersedia? Bagaimana kalau dalam situasi darurat namun tidak tersedianya stok darah? Maka mereka akan mati, ya., mati karena kekurang darah. Lantas, bayangkan jika kita sendiri yang mengalaminya?
            Orang yang tidak mengalami thalasemia, tidak pernah tau tentang kondisi itu. Bahkan ada yang berpikir bahwa itu terlalu lebay dan melebih-lebihkan fakta. Kenyataannya memang demikian. Seminggu yang lalu saya bertemu dengan keluarga penderita thalasemia saat saya praktek di central thalasemia RSUD ZA. Dari 8 bersaudara lima diantaranya mengalami thalasemia mayor dan harus tranfusi darah dan dirawat. Dua diantaranya dicurigai thalasemia minor, mereka tidak harus tranfusi, tapi mempunyai bakat yang hisa diturunkan kepada anak-anak mereka. Hanya satu orang yang bebas dari thalasemia namun belum dipastikan bisa bertahan sampai dewasa atau tidak.
            Pertumbuhan mereka sangat jauh berbeda dengan anak normal lainnya. Pertumbuhannya terhambat karena ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan anak normal lain yang seusia mereka. Akan tetapi Allah memang adil, mereka tidak mengalami maslah dalam bidang kemampuan kognitif, terbukti dari prestasinya disekolah yang selalu mendaptakan peringkat pertama. Bahkan ada salah satu diantara mereka yang mahir dalam membuat puisi hanya dalam lima menit, dia mampu membuat puisi tentang “aku anak thalasemia”. Subhannalllah.
Fazira (13 thn), yg membuat puisi tentang "aku ank thalasemia"
           Puisi yang dia buat menceritakan tentang kesedihanya karena harus bergantung dengan tranfusi, tranfusi dan tranfusi. Namun diluar sana tidak ada yang tau bahwa mereka ini butuh tranfusi. Sangat susah mendapatkan darah dan terkadang orang sehat ini sangat jarang mau menyumbangkan darahnya lantaran karena takut kekurangan darah. Padahal jika kita lihat mereka para thalasemia seumur hidup kekurangan darah. Lantas kita orang sehat sanggupkah melihat saudara-saudara kita yang terjangkit thalasemia mati karena ketidakpedulian kita.
            Percayalah darah yang kamu punyai itu cukup untuk mu, bahkan allah menyuruhnya untuk berbagi saat kamu sehat. Tapi rasa takutmu terhadap jarum suntik, ataupun takut gemuk dan ketakutan lain yang tak beralasan membuat suadara-saudaramu mati karena sifat egoismu. Tuhan memang memberikan sakit untuk mereka, namun kamu jangan lupa sehat yang diberikan tuhan kepadamu pertanda kamu harus lebih peduli terhadap orang-orang disekitarmu.
            Di hari thalsemia dan peringatan Palang Merah Indonesia ini, mari berbagi darah dengan mereka para penderita thalasemia, karena sekantong darahmu sangat berarti bagi mereka