Janjiku Ku Tepati Lewat Mimpi
Aku
terdiam menatapi foto wanita tua yang ada di tangan ku. Air mata ku satu demi
satu jatuh membasahi pipi, seketika itu pun aku teringat akan janji yang pernah
ku ucapkan kepadanya. Janji yang selalu di tunggunya dariku, namun belum sempat
aku memenuhinya, dia pun pergi meninggalkanku untuk selamnya. Foto yang sedang
ku pegang itu ialah foto nenekku.
Saat
nenek terbaring lemah di rumah sakit, aku tidak bisa menemaninya. Karena aku
sedang melakasankan pendidikan di perguruan tinggi yang mengharuskan aku jauh
darinya. Saat itu aku tidak mendapakan izin pulang untuk membesuk nenek karena
aku sedang praktek di rumah sakit. Aku pun tidak fokus saat berkomunikasi
dengan pasien pada pratikum komunikasi terapeutik. Pikiran ku hanya tertuju
satu kepada nenek, bagaimana kedaannya sekarang? Siapa yang merawatnya? Apa dia
baik-baik saja? Apa dia mendapat perawatan yang baik? Rasa bersalah tiba-tiba
muncul di pikiranku, bayangan nenek muncul bergantian di memoriku. Apalagi saat
aku melewati ruang koridor Intesif Care
Unit (ICU) di Rumah sakit tempatku
pratikum, aku melihat para pasien terbaring dengan di pasang alat bantu
pernapasan dan alat monitor jantung lainnya. Aku teringat nenek yang juga terbaring
lemah di sana. Terakhir kabar yang ku dapat dari ibuku, bahwa nenek tidak
sadarkan diri dan masih berada di ruang ICU. Oh., Tuhan berilah kesempatan
buatku untuk menepati janjiku kepadanya, aku tidak ingin dia pergi secepat ini.
Air
mataku terus becucuran, kenangan saat-saat bersama nenek terus memenuhi setiap
langkahhku. Teringat saat terakhir kali aku berpamitan kepada nenek, saat aku
harus berpisah dengannya dikarenakan tempat kuliahku yang berada di kota Banda
Aceh. Dia membisikkan ke telingaku, “jangan lupa pulang nanti ya, kalau sudah
jadi perawat”. Ia nek, jawabku. Saat aku ingin menaiki mobil L300 yang menjadi
tumpanganku, dia pun menarik tanganku dan memelukku, itulah pelukan terakhir
yang diberikannya kepadaku.
***
Uh...,
perasaanku semakin tidak enak, sudah 14 jam nenek tidak sadarkan diri. Aku
tidak henti-hentinya menelpon ibu untuk mengetahui keadaan nenek. Malam sudah
larut, mataku pun belum bisa di pejamkan, ku lihat jam menunjukkan pukul 00.17
wib. Aku kembali menelpon ibu, katanya nenek juga belum sadarkan diri. Kemudian
ibu menyuruhku segera tidur supaya tidak terganggu kesehatanku nantinya, karena
besok pagi aku harus kuliah.
Aku
pun mencoba untuk tidur, Baru saja aku tidur dan memcoba masuk ke alam bawah
sadar dimana mimpi buruk meghampiriku, aku pun terbangun. Jam menunjukkan pukul
01.13 malam, “ya Allah apa yang terjadi pada ku” gumam ku dalam hati. Pikiranku
teringat nenek yang sedang sekarat di rumah sakit. Betapa tidak bergunanya aku
ini karena tidak bisa menamani nenek di saat dia membutuhkanku. Rasa
bersalahpun mulai menghampiriku. Untuk menenangkan hati, aku ambil air wudhu
dan aku pun shalat tahajud. Aku berdoa agar nenek diberikan kesembuhan agar aku
bisa memenuhi janjiku kepadanya.
Setelah
shalat akupun mencoba untuk tidur lagi, susah rasanya mata ini terpejam dan
pikiranku selalu melayang saat-saat indah bersamanya. Aku memperbanyak dzikir
untuk memudahkan tidurku. Akhirnya akupun sampai ke tahap mimpi, di sana aku
bertemu dengan nenek dan dia memakai pakaian yang sangat bagus seperti orang
mau pergi. Aku sedang berada di tengah-tengah keluarga besar tepatnya pada saat
makan bersama. Nenek hanya tersenyum kepadaku tampa berkata sepatah katapun.
Aku bingung dengan semua ini, ku tanyakan kepada bunda yang berada di sampingku
“ Bun, bukannya nenek sedang di rawat di rumah sakit, Koq ada disini?” bunda ku
menjawab makan saja terus, jangan banyak tanya. Tapi nenek juga tetap tidak
berkomentar sambil memandang ku dengan senyumannya.
Selesai
makan, nenekpun duduk di dekatku, tiba-tiba dia menangis sejadi-jadinya, dan
berbicara pada ku seperti orang yang ingin pergi jauh. Tapi aku tidak bisa
mendengar apa yang dikatakanya kepadaku. Dan tiba-tiba aku pun terbangun, ku
usap kedua wajahku sambil mengucapkan istiqfar. “ya Allah apa yang sedang
terjadi padanya? Tolong lindungi dia ya Allah” doa ku dalam hati. Ku lihat jam
menunjukkan jam 03.00 pagi. Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi disana,
pertanda apakah mimpi ku ini?
Aku
memncoba untuk tidur kembali, dan mimpi itu pun memasuki pikiran ku lagi. Kali
ini aku pulang dengan jalan kaki dan ku temukan nenek terkujur kaku sedang di
mandikan oleh kelurgaku. Tangisku pun tak sanggup ku bendung, karna di
detik-detik terakhirnya aku tidak bisa menemaninya. Tiba-tiba aku di kejutkan
oleh nada dering Hp ku yang berbunyi dan akupun terbangun. Ku lihat panggilan
telpon dari ibu, pikiranku lansung tertuju pada nenek. Di ujung telpon sana
terdengar suara ibu yang sedikit terisak oleh tangisan, dia kabarkan kepadaku
bahwa nenek sudah duluan meninggalkan kita semua.
Badanku
terkulai lemah mendengar kabar tersebut, air mata yang dari tadi malam ku
tahan-tahan akhirnya keluar juga. Ibu berusaha menenangkan ku, dia berkata
“jangan sampai kamu larut dengan kesedihan ini, bukankah nenek menginginkanmu
menjadi seorang perawat? Fokuslah dengan kuliah mu insyaallah libur akhir pekan
ini, ibu akan pesan tiket L300 supaya kamu bisa pulang.
Kejadian
hari itu membuatku benar-benar patah semangat. Janjiku belum sempat ku penuhi
kepada nenek. Dia yang ingi melihatku di wisuda dan menjadi seorang perawat belum dapat ku penuhi. Oh.., tuhan kenapa dia
pergi secepat itu?. Aku masih ingat jelas saat dia mengutarakan keinginannya
kepadaku.
****
Sekarang
tepat empat tahun sudah kepergiannya, nenek yang menginginkan ku menjadi
seorang perawat sebentar lagi akan terujud. Besok pagi, tepat tanggal 27 Agustus 2014 aku akan sah menjadi seorang sarjana keperawatan. Akan tetapi sayang,
nenek tidak bisa hadir di hari yang ku tunggu-tunggu ini. Aku berharap bisa
bertemu dengannya walaupun lewat mimpi, seperti mimpiku di saat dia akan pergi
meninggalkan dunia ini.
Akhirnya
Allah swt mempertemukan aku dengan nenek leawat mimpi yang ku inginkan itu.
Sehari setelah aku selesai di wisuda, malamnya aku bermimpi bertemu dengan nenek.
Dia menggenakan mukena dan duduk di sampingku. Aku yang memekai baju toga
dengan ijazah dalam map batik di tangan langsung memeluk nenek. Lalu dia
berkata, “akhirnya nenek bisa melihatmu di wisuda, pastinya sebentar lagi kamu
akan kerja di rumah sakit dan membantu orang-orang yang membutuhkan
pertolonganmu, nenek senang sekali melihatmu, jangan sombong ya nanti kalau
kamu sudah sukses”. Belum sempat aku menjawab kata-katanya, akupun terbangun.
Ya Allah..., apa kah janji ku dulu kepada nenek telah terpenuhi walaupun lewat
mimpi? Aku berharap nenek bisa melihatku sekarang yang telah menjadi seorang
perawat seperti diinginkannya.